Gudang

Ara seperti biasa sedang menuju perpustakaan,namun dari belakang ada yang memukul kepalanya.

Ara kesakitan,lalu pingsan.

Hana dan kedua temannya menyeret Ara ke gudang dan mengunci gudang.

"Bye bye pengganggu!"Hana sangat senang.

Daffa mencari-cari Ara,tapi tak menemukannya,bertanya juga tidak ada yang tahu.

"Lah lo nggak sekolah Ra?"batin Daffa.

Sedang berpikir dan mencari,Hana muncul menghampiri Daffa,tangannya bergelayut di lengan Daffa.

"Daffa...ke kantin bareng yuk..."Hana manja.

Daffa diam,berusaha melepas.

"Diam,bisa?"Daffa sangat kesal,Hana terus mengganggunya.

"Kamu nyari Ara?nggak ada kan,orang Ara nggak sekolah."Hana berbohong.

"Ara nggak sekolah?lah kok nggak bilang gw..."batin Daffa,Daffa percaya begitu saja.

"Yaudah ayok kita ke kantin!"Hana menyeret Daffa,dan kedua teman Hana membantu Hana,terpaksa Daffa ikut mereka bertiga.

Di gudang.

Ara sudah terbangun,"lah ini..."pandangan Ara masih lumayan rabun,kepalanya masih agak sakit dan dirinya sudah sadar.

Saat sudah sadar sepenuhnya,Ara baru sadar dirinya berada di gudang.

"Aishhh..."Ara kesal,dirinya bangun berusaha membuka pintu.

"Buka!"teriak Ara,tapi tak ada yang menyahuti.

Ara hanya bisa pasrah,ponsel nya juga masih ada di kolong mejanya.

"Hadeh harus nunggu orang dah ini...."Ara duduk di pojok,memperhatikan sekitar.

Banyak berkas2 yang Ara tak tahu,dan juga bangku bangku yang tidak di gunakan.

Ara mempunyai ide,dia menyusun bangku2 itu sejajar lalu mengambil kain yang ada di lemari gudang.

"Nah siap,oh iya buku."Ara menaruh buku untuk di jadikan bantal.

"Siap,tidur aja."Ara langsung tidur begitu saja,sangat santai tidak seperti kebanyakan orang yang terkurung.

Sore hari.

Leon kembali ke sekolah,ingin bertemu Pamannya.

Paman nya,Andre merupakan adik Ibunya,selama ini yang paling menyayangi Leon adalah Andre setelah ibu Leon meninggal.

"Kesini lagi,ngapain?"tanya Andre.

"Males pulang..."Leon merebahkan dirinya di sofa.

"Dari pada kamu diam,coba ambilin berkas kuning di gudang."Andre meminta tolong.

"Oke."Leon bangun langsung pergi menuju gudang.

Sesampainya di gudang ternyata Gudanh terkunci dari luar,"dulu perasaan nggak suka di kunci..."

Leon mengambil kunci dan membukanya lumayan gelap.

Leon menyalakan lampu,betapa kagetnya Leon melihat seseorang yang sedang tidur.

Leon mendekat perlahan-lahan mengira   seseorang itu sudah mati.

Saat sudah sangat dekat,Ara terbangun.

"Lah udah di buka?makasih."Ara dengan santai pergi.

Leon kebingungan,"lo kekunci disini?"tanya Leon.

"Hooh,sekarang gw dah bisa keluar,makasih."Ara pergi begitu saja.

"Aneh..."cibir Leon,Leon mengambil berkas kuning yang diperintahkan pamannya dan memberikannya pada pamannya.

Ara,Ara pergi ke kelasnya mengambil tas dan untung saja ponselnya masih ada.

"Syukurlah..."Ara tenang,ponselnya sudah 2 kali hilang,untung saja orang tua Ara mau membelikan lagi.

Ara segera pergi karena matahari sudah akan tenggelam.

Di parkiran,Leon dan Ara bertemu lagi.

Leon mendekati Ara,"Mau gw anterin lagi?"tanya Leon,merasa kasian dengan Ara.

"Gw?lagi?maksudnya..."Ara belum peka.

"Oh lo yang nabrak gw ya?"

Leon hanya berdehem.

"Nggak mau ah..."Ara menolak mentah-mentah.

"Lo cewek,yakin bisa sendirian?"Leon merasa tak yakin.

Ara tiba2 terpikirkan masa lalunya yang membuatnya mengalami trauma.

"Ya nggak sih..."

"Yaudah gw anterin,mumpung gw baik."

"Apa yang bisa jamin kalau lo nggak bakal ngapa ngapain gw?"Ara menatap sinis Leon.

"Kalau gw ngapa ngapain lo dari kemarin juga udah gw apa apain."Leon menjelaskan menggunakan logika.

"Iya sih...yaudah."Ara naik.

"Gw ingetin lagi ya jangan pegangan."

"Gimana nggak pegangan,lo kek mau ngajak mati!"Ara kesal.

"Gw bakal pelan-pelan."

"Awas aja!"ancam Ara.

Benar saja Leon mengendarai motornya dengan pelan-pelan,sesuai kecepatan maksimun di jalan raya.

"Ini rumah lo kan."Leon mengantar Ara dengan selamat.

"Thanks."Ara berterima kasih.

Leon langsung pergi begitu saja.

Ara masuk,sudah ada Mama nya yang sedang menonton televisi.

"Assalamualaikum ma."Ara mencium tangan mamanya.

"Waalaikumsalam,kamu pulang,kok sore banget?"mana Ara khawatir.

"Aku di jahilin lagi..."Ara menceritakan hal yang terjadi pada dirinya pada mamanya.

"Apa kamu mau pindah sekolah aja?"mama Ara khawatir.

"Nggak usah ma,sisa 1 tahun lagi,Ara masih mau sekolah di sana,lagian Ara juga udah biasa."

"Kakak!!"seorang anak laki2 berumur 3 tahun datang dari lantai dua bersama papa Ara.

Dia adalah adik Ara.

"Eh ada Darren."Ara langsung memangku Darren.

Mama dan papa Ara terlihat senang.

Ara pergi ke atas,Darren mengikutinya mereka memang suka bermain bersama.

Lalu papa Ara mendekat ke mama Ara,"Apa yang terjadi,dia pulang sore sekali..."papa Ara khawatir.

"Dia di jahili temannya lagi,apa yang harus kita lakukan..."mama Ara merasa sedih,tak bisa menjaga anaknya dengan baik.

"Kita jaga sama2 Ara dan Darren,kita pasti bisa,mama lihat,Ara bukan gadis remaja yang seperti dulu,dia sudah berani melawan,papa yakin Ara bisa menjaga diri sendiri dengan baik."papa Ara menenangkan mama Ara.

"Iya pah..."

Ara sudah mengganti baju,melihat notifikasi ponselnya,dari Daffa.

-gw abis di jahilin,gw dah pulang gosah khawatir.

-what?!siapa yang jahilin lo

-ntah.

-lo pulang naik apa?

Tanya Daffa

-di antar sama temen

-temen?cowok yang pernah nganter lo juga?

-hooh,dia bukan temen gw sih,dia hanya orang asing yang nggak sengaja ketemu sama gw

-lo bisa percaya begitu saja?

-tampangnya emang berandal,tapi dia baik kok

Tanpa sengaja,Ara memuji Leon di chat nya bersama Daffa,membuat Daffa merasa cemburu.

Daffa melempar ponselnya,kebetulan mama nya masuk.

"Daffa,ayok makan malam,ada papa juga."

Daffa turun sudah ada papanya,Daffa cuek dengan papanya,tak menyukai papanya sendiri.

"Ayok makan ya."mama Daffa menyiapkan semuanya.

Mama Daffa merasa senang karena mereka bisa berkumpul bersama.

"Daffa..."panggil papa Daffa.

Daffa diam,tak menggubris.

"Kamu msih membenci papa?"

"Nggak."jawab Daffa singkat dan ketus.

"Lalu?"tanya papa Daffa.

"Aku hanya sedang nggak mood makan,yaudah aku duluan."Daffa pergi begitu saja meninggalkan meja makan.

Mama Daffa merasa sedih melihat sikap Daffa,"mungkin Daffa memang lagi buruk moodnya."papa Daffa menenangkan mama Daffa yang terlihat bersedih.

"Iya pa."

Di rumah Leon.

Leon makan sendiri,di meja makan di dapur yang membuatnya selalu bermimpi buruk.

Papa nya lebih sering tinggal di rumah istri kedua papanya.

Leon makan sendiri,semuanya dia lakukan sendiri,tak ada ibu nya yang akan memasak untuknya.

"Ma,kalau mama ada disini aku yakin mama juga nggak tahan,tapi seharusnya mama nggak usah bunuh diri,kita bisa tinggal di tempat lain,bahagia tanpa papa."gumam Leon sendiri.

Terpopuler

Comments

~🌹eveliniq🌹~

~🌹eveliniq🌹~

lanjut Thor

2021-11-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!