THECEO 4

Disclaimer!!! Jika ada yang terganggu dengan tulisan di chapter ini mohon untuk melewatkan chapter ini saja. Terima kasih.

°

Dua hari yang lalu. Jason pergi dari rumah kediaman keluarga Zuruno, setelah bicara dengan ayahnya Jason semakin yakin, ia mendapat izin untuk rencana membunuhnya.

Jason masuk ke dalam mobil dan mengemudikan mobilnya pergi dari perkarangan.

Jika kau ingin melakukannya, jangan sampai nama Zuruno ataupun namamu diketahui, Jason.

Daddy tidak mendukungmu, tapi juga tidak melarang. Perasaanmu sama dengan Daddy. Daddy hanya ingin hasilnya setimpal.

Jason menggenggam setir kemudinya erat. Setimpal, kata itu tertancap ke dalam pikiran dan hatinya. Ia akan mengingat kata itu agar tidak goyah. Ia menginjak gas, kecepatan mobilnya semakin tinggi. Namun ia menormalkan kembali kecepatan jalannya karena mengangkat telepon.

“Ada apa?... Aku tidak butuh bantuanmu, Rico.... Tidak, aku bisa menyelesaikannya sendiri.... Dengar, aku tidak ingin kau terlibat hal ini, jika kau ingin membantuku. Kau hanya perlu membiarkan aku menyelesaikannya dengan benar.... Rico!”

Telepon terputus. Rico memaksa ikut, ia mendesah kasar. Apakah ayahnya memberitahu rencana ini kepada Rico? ayahnya pasti mengkhawatirkan dirinya juga.

Jason berhenti di depan gedung pencakar langit. Nama perusahaan Hamin Corp terlihat di bagian paling atas gedung.

Dexian Peros, kau harus menanggungnya. Bajingan tengik, seenaknya saja kau hidup tenang setelah melakukan sebuah kejahatan. Nyawa dibalas nyawa.

Jason tersentak ketika seseorang mengetuk kaca jendelanya, setelah tahu siapa orang itu. Jason membuka kunci pintu dan membiarkan Rico masuk.

“Bagaimana kau tahu aku yang ada di dalam mobil?” tanya Jason. Ia sudah mengganti mobil dengan identitas mobil ilegal yang ia sewa setelah pergi dari kediaman orang tuanya. Lalu bagaimana Rico tahu?

“Aku menguntitmu. Akhir-akhir ini aku beralih profesi sebagai detektif, jadi aku tahu apa saja yang kau lakukan,” terang Rico.

Jason mendengus, ternyata bukan ayahnya. Yah... ia sedikit kecewa, ia kira ayahnya mengkhawatirkan dirinya juga tapi disatu sisi ia berterima kasih karena ayahnya memegang janjinya, tidak boleh ada yang tahu rencana Jason. Tapi ternyata tambah satu orang yang mengetahui rencananya.

“Karena aku sudah menangkapmu, Jason. Beritahu aku apa rencananya,” kata Rico. Ia tersenyum tapi juga emosinya masih ada dan tertinggal di atas ubun-ubun. Rico akan membantu Jason membunuh Dexian Peros.

Jason menghela napas. “Aku hanya perlu membawanya ke mansion yang baru kubeli,” ucap Jason.

“Wah... Zuruno memang berbeda. Membeli mansion karena ingin membunuh. Tapi bukankah akan gampang diketahui jika kau melakukannya di mansion, tempat yang akan kau tinggali?”

Jason tertawa singkat. “Kau bilang sudah menjadi detektif menguntitku. Tapi kenapa kau tidak tahu jika aku membelinya dengan identitas palsu?”

“Begitu? tapi apa bisa? maksudku, kau tidak bertemu dengan agen properti secara langsung?”

“Tidak.”

“Dan kau tidak melihat bagaimana bentuk mansion yang akan kau beli?”

“Aku hanya memberitahu agennya, seperti apa yang aku inginkan. Dan kesepakatan terjalin, saat aku tahu mansion itu seperti yang aku bayangkan.”

“Kalau begitu, bawa aku ke sana. Aku ingin melihatnya.”

Jason berdecak. “Kau lupa tujuanku? kenapa kau membuatku mengalihkan perhatian dari tujuan utamaku?”

“Tidak, bukan begitu. Baiklah, lalu kapan kita membunuh Dexian?”

“Hanya aku yang membunuhnya, kau tidak usah ikut campur.”

Rico menyipitkan matanya. “Aku sudah menangkapmu, brengsek. Jika tidak aku akan membuka mulut kepada media,” ancam Rico.

“Lakukan saja semaumu. Aku juga akan melakukan apa yang aku mau,” acuh Jason. Rico tidak mungkin melakukan itu kepadanya.

Rico mengerang, ancaman tidak berhasil. “Jason, biarkan aku ikut andil. Mencongkel matanya saja, satu mata saja, Jason,” katanya dengan mengacungkan telunjuknya.

“Tidak.”

“Oh ayolah... Jason Zuruno. Biarkan a—eh mobilnya. Itu mobil plat nomor milik Dexian,” acung Rico tiba-tiba saat matanya menangkap sebuah mobil warna hitam melaju meninggalkan gedung itu.

“Kau yakin?”

Rico menatap Jason tidak percaya. “Hei, brengsek. Kau tidak mencari tahu dulu korbanmu? kenapa bodoh sekali kau ini. Tunggu apa lagi, cepat ikuti mobilnya!” perintah Rico yang dituruti Jason.

Mobil melaju cepat lalu sedikit pelan saat Jason melihat mobil itu berhenti di lampu warna merah.

“Kau lihatkan. Jika aku tidak bersamamu pasti kau akan kehilangan mangsamu. Rencanamu belum matang, kenapa sudah bergerak lebih dulu... sendirian pula,” oceh Rico.

Jason hanya mendengarkan, matanya tidak boleh beralih dari depan. Ia mengunci objeknya seperti bidikan kamera.

Lampu berubah warna ke hijau. Mobil Jason mengikuti jalan mobil di depannya, jarak mereka lumayan jauh agar tidak terlalu mencolok.

“Rico, ini mengarah ke jalan sepikan? jika iya, maka beraksi pada saat itu juga,”

“Iya, memang mengarah ke jalan itu. Lalu apa rencananya?”

“Kita akan menyalip, menghentikan mobilnya. Aku keluar lalu saat dia keluar, aku membuatnya pingsan dengan bius,”

“Bius?” tanya Rico lalu diikuti gelak tawa yang tidak bisa ia hentikan. Bius katanya, lawak sekali. Rico kira, Jason itu kuat dan Jason akan menghajar Dexian habis-habisan.

Jason menatap Rico lalu temannya itu berhenti tertawa. “Aku tidak menghajarnya di sini karena ingin menyiksanya terlebih dahulu. Jika aku melakukan pembunuhan di sini, menghajarnya sampai mati. Akan ada orang yang lewat, sebelum aku membunuhnya. Kau pikir, kenapa aku membeli mansion itu? kau lupa?” kata Jason.

Lalu ia melanjutkan katanya tentang rencananya. “Setelah aku bius dia. Aku membawanya dengan mobil ini dan kau bawa mobilnya. Dan kita lewat jalan yang terpisah. Aku akan mengirim alamat mansionku padamu,” terang Jason.

Dan rencana itu berjalan sesuai dengan apa yang Jason katakan kepada Rico. Tubuh lunglai Dexian yang tidak sadarkan diri dipandunya masuk ke dalam mansion dan mereka membawa Dexian ke ruangan gelap bawah tanah.

Jason mendudukkan tubuh Dexian di kursi besi.

Rico melihat sekeliling ruangan gelap ini. “Jadi kau memilih ini karena ada ruangan gelap bawah tanahnya?” tanya Rico beralih menatap Jason yang menatap Dexian dengan tatapan membunuh.

“Rico, kau keluarlah. Aku bisa menyelesaikan ini sendiri,” ucap Jason, ia mengusir Rico dari ruangan ini.

“Apa-apaan kau ini. Sudah kukatakan, aku akan membantumu. Setidaknya biarkan aku melukis jejak di tubuhnya, mencongkel satu mata saja,” pinta Rico.

“Terima kasih. Kau sudah membantuku tadi, tapi hal utama ini biar aku yang melakukannya sendiri,” kata Jason dengan nada yang tidak biasa. Siratan marah, sedih, dan nada yang tidak bisa terdengar lainnya, teredam di kerongkongannya.

Rico paham, ia paham tatapan itu. Lalu ia mendesah pasrah. “Baiklah. Jangan langsung membunuhnya, karena itu sangat mudah dilakukan pengadilan hukum. Siksa dia,” ujar Rico dengan sedikit saran.

Setelah Rico meninggalkan Jason sendiri. Jason menunggu Dexian bangun dari pingsannya. Obat biusnya ternyata bekerja lumayan lama, selama 40 menit Jason menahan diri agar tidak melayangkan tinju ke wajah tenang bajingan itu.

“Sadarlah dengan cepat, brengsek!” geram Jason menendang kursi yang diduduki Dexian.

Setelah beberapa menit, Dexian terbangun dan mengerang. “Dimana aku?” tanyanya sedikit lemah.

Jason tanpa menunggu kesadaran Dexian pulih langsung menendang perutnya dua kali dan ketiga kalinya dengan dorongan kencang.

Dexian terbatuk dan mengerang kesakitan dengan posisi setengah duduknya, menunduk dan memegang perut yang sakit.

Jason menunduk dan menarik kerah kemeja Dexian, sehingga Jason bisa menatap mata itu yang menatap lemah. “Kau... apa kau merasa sakit?” tanya Jason tertahan. “Jawab aku, bajingan... apa kau merasakan sakit apa yang dia rasakan?! Kau tidak menjawabku. Artinya sakitnya kurang, hm?”

Jason membanting kepala Dexian ke tembok. Kaki Jason juga menendang pipi Dexian, kepala pria itu setengah berputar ke kanan.

“Maksudmu... Maria Zuruno hah... Jason?”

Jason sudah mendengar dari mulut bajingan itu sendiri. Benar, Maria Zuruno. “Dan kau masih bisa mengatakan namanya kan, Dexian Peros? akan kubuat kau tidak lagi bisa menyebut nama suci itu, brengsek!” teriak Jason. Emosi sudah mengambil alih tindakannya, kepalan tangannya juga sudah mengeras hingga memutih.

Satu tinju mendarat di pipi kanan Dexian. Kedua di pipi kirinya. Ketiga di kanannya, lalu berikutnya di kirinya lalu di kanannya lalu kirinya... kanan-kiri hingga bukan lagi pipinya yang berdarah tapi buku-buku jari Jason juga lecet mengeluarkan darah.

“Kau belum matikan, brengsek. Aku harap belum, aku masih ingin membuatmu merasakan sakit yang lebih bahkan parah hingga kau memohon padaku untuk membunuhmu langsung saja,” kata Jason.

Deru napas Dexian terdengar sedikit lemah dan sesak.

“Dexian, aku memohon padamu untuk bertahanlah sedikit lagi. Karena aku belum puas, jadi tolong, bertahanlah Dexian... bajingan!” teriak Jason. Ia tidak terkontrol, dirinya menyerang tiap alat vital Dexian hingga erangan Dexian melemah.

“Sebelum ajalmu datang. Aku ingin bicara padamu sebagai seorang kakak yang adiknya mati karena pria yang dicintainya. Dexian Peros, aku Jason Zuruno membalas rasa sakit dari adikku Maria Zuruno. Aku mengirimmu ke neraka dan membiarkan adikku yang di surga tidak bisa lagi melihatmu dan Maria Zuruno bahagia dan tenang di sana.”

Matilah Dexian Peros. Jangan tinggalkan namamu masih ada berkeliaran di sekitarku, ucap Jason dalam hatinya setelah melihat jasad Dexian dengan kondisi mengenaskan.

Darah dengan warna gelap kental mengalir sampai ke kaki Jason. Tubuh korbannya tidak lagi bisa dilihat sebagai bentuk manusia karena terpisah. Jason benar-benar membersihkan Dexian Peros dengan tangannya sendiri.

The Handsome Evil CEO© YAKIYA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!