THECEO 2

Cara Lunox menatap meja dan kursi tempat Tiffany yang masih rapi, bahkan tidak ada tas wanita itu di kursinya. Apa dia tidak berangkat hari ini? pikirnya.

Cara Lunox melihat Dave dan menghampirinya, pria itu terkejut, sedikit mundur memberi jarak karena ia muncul tiba-tiba. “Dave, apa kau tahu dimana Tiffany?” tanya Cara Lunox, ia melihat Dave mengecek tempat Tiffany yang tidak ada orangnya.

Dave berjalan ke tempat Tiffany. “Dia tidak berangkat?” tanyanya kepada Cara.

Cara mendengus, padahal ia duluan yang bertanya begitu tapi Dave malah balik bertanya. “Aku kan bertanya padamu. Kukira kau tahu dimana Tiffany. Berarti dia tidak berangkat ya?” tanyanya lagi.

Dave mengangkat bahunya, ia tidak dengar bahwa Tiffany izin hari ini. Apa ia lupa mengecek email dan ponselnya ya? Dave mengambil ponselnya di saku dan membuka pesan, tapi tidak ada pesan apa pun dari Tiffany, terakhir tiga hari yang lalu.

“Kemana dia ya?” gumamnya, bertanya pada dirinya sendiri.

“Maka dari itu. Kenapa dia tidak berangkat, tapi juga tidak menghubungimu. Apa dia sakit?” tebak Cara dengan nada ragu. “Kemarin dia baik-baik saja padahal.”

Dave berjalan ke ruangannya dan Cara mengekori pria itu di belakang.

Dave duduk di kursinya dengan tangan menumpu dagu. Ia menatap Cara yang duduk di sofa dengan alis mengernyit. “Apa yang kau lakukan di sana?”

Cara mengangkat alisnya, tentu saja ia sedang duduk. Apalagi yang Dave lihat, Cara hanya duduk diam menunggu pria itu memberitahunya kenapa Tiffany tidak berangkat. “Aku duduk di sini, Dave....”

“Iya, aku tahu kau sedang duduk. Tapi kenapa kau di sini? pergilah. Kembali bekerja,” usir Dave, ia menyalakan layar komputernya dan melirik Cara yang berbicara.

“Aku menunggumu memberitahuku tentang Tiffany yang tidak ada di sini. Kira-kira dia kemana? kenapa tidak datang? apa dia sakit, Dave? jika iya, kenapa dia tidak mengirim pemberitahuan dirinya atau surat izinnya ke kantor? kau tidak menerima pesan apa pun darinya, Dave?”

Cara mulai memberikan pertanyaan yang banyak pada orang yang menurutnya tahu jawabannya dan kali ini Dave adalah korbannya.

Matilah kau, Dave.

Dave memijat kedua sisi keningnya. Lalu menghembuskan napas kasar, ia menatap tajam Cara. “Tiffany tidak berangkat, Cara. Kau bisa melihat tempatnya yang rapi, tidak ada barang yang biasanya kau lihat di sana, seperti tasnya yang sering dia letakkan di kursinya. Mejanya tidak berantakan, tempatnya terlihat tidak tersentuh sedikit pun. Kau bisa lihat. Tapi aku tidak tahu kenapa Tiffany tidak berangkat, dia tidak mengirim pesan apa pun kepadaku, jadi aku tidak bisa memberi tahumu,” jawab Dave dengan jelas. Ia tahu kelakuan wanita rambut pendek itu jika sudah kepo.

Cara mendesah lelah. “Apa aku nanti jenguk dia saja?” pikirnya. “Ah, jangan-jangan Tiffany tidak berangkat karena dikurung oleh pria tua yang menyebalkan itu,” tuduhnya.

“Pria tua? siapa itu?” tanya Dave, ia berhenti mengetik keyboard karena perkataan Cara Lunox mengalihkan perhatiannya.

“Pria tua pemilik apartemen yang ditinggali Tiffany. Tiffany pernah mengatakan satu hal padaku tentang pria tua yang menyebalkan. Jadi awalnya begini, Tiffany belum bisa membayar apartemennya bulan lalu dan bulan sekarang hampir jatuh tempo lalu pria tua itu menagih terus hingga Tiffany harus bersembunyi. Jangan sampai Tiffany tertangkap oleh pria tua itu. Tapi... eh. Tunggu dulu. Apa benar begitu ceritanya ya?” Cara mengetuk dagunya dengan telunjuk, mengingat cerita Tiffany tentang dirinya sendiri yang telat membayar sewa apartemennya. “Ah, tapi intinya. Pria tua pemilik apartemen yang disewa Tiffany itu menyebalkan. Pasti Tiffany tidak bisa pergi dari apartemennya karena pria tua itu menunggunya di depan pintu,” jelas Cara yakin. Cara berpikir bahwa sekarang ia sudah seperti Tiffany yang cerdas. Bisa menemukan titik masalahnya sendiri.

Dave menatap Cara dengan menyipitkan matanya dan sedikit meringis mendengar cerita Cara, menurutnya Cara melebih-lebihkan tentang pria tua pemilik apartemen yang disewa Tiffany menunggu Tiffany di depan pintunya. “Cara, kau lebih baik melanjutkan pekerjaanmu. Pergilah, aku juga harus menyelesaikan pekerjaanku.”

“Baiklah, Dave. Aku juga sudah tahu alasan Tiffany tidak berangkat kerja,” kata Cara terdengar bangga. Ia berdiri, berjalan ke pintu dan menarik gagang pintu tapi saat ia teringat sesuatu ia berbalik menatap Dave. “Dave, artinya Tiffany membutuhkan kita kan? dia terjebak di sana. Tidak bisa keluar. Aku akan menjenguknya pulang nanti,” putus Cara Lunox, ia ke luar dari ruangan Dave.

Sedangkan Dave menatap pintu yang sudah tertutup dengan geleng-geleng kepala. Cara memiliki pemikiran yang luas dan ajaib, bagaimana bisa otaknya bekerja dengan berlebihan, memiliki opininya sendiri yang aneh menurut Dave.

•••

Cara melihat jam di pergelangan tangannya, ia sudah melirik jamnya seribu kian kali. Menunggu tepat jam pulang kerja, rencananya yang ia beritahu Dave. Cara akan menjenguk Tiffany dan menanyakan langsung alasan sebenarnya, kenapa wanita itu tidak mengirim surat ke kantor jika tidak berangkat?

Cara mendesah senang, jam sudah menunjukkan pukul 09.00 yang artinya jam normal karyawan Hamin Corp pulang. Cara langsung mematikan komputer dan memasukkan semua barang-barangnya yang berserakan di meja ke dalam tasnya.

Cara berjalan ke arah lift dengan tasnya yang sudah menyender di pundaknya. Cara bergabung bersama karyawan lain yang juga naik lift menuju lantai dasar.

“Ah... sesak sekali. Hei, salah satu keluar dulu.”

“Iya. Aku di belakang juga terhimpit.”

“Hei, hei. Jangan injak sepatuku! Aku susah-susah menyemirnya tadi pagi.”

“Hei, keluar salah satu. Pintunya tidak bisa tertutup. Terlalu banyak penumpang.”

“Hei, kau keluar sana.”

“Kau saja. Lihat. Kakiku lebih mundur daripada kakimu yang mendekati pintu. Kau yang mengalah.”

“Aduh... cepatlah. Aku harus sampai rumah tepat waktu, jika tidak dinner-ku dengan kekasihku terlambat.”

Para pria mau pun wanita sama-sama tidak mau mengalah. Cara yang sudah berdiri dengan sekuat tenaga karena terdorong dan tergeser, hingga terhimpit di tengah-tengah tubuh orang-orang lainnya mulai sesak.

··

Cara mendesah lega saat kakinya yang pegal sudah menginjak area luas lantai dasar, ia sudah turun dari lift dan saat ini ia harus segera ke luar mencari taksi.

Cara berdiri di pinggir jalan raya yang ramai dan tangannya terangkat melambai dengan semangat menghentikan laju taksi yang menampilkan warna hijau di atasnya.

Cara masuk ke dalam taksi dan menyebut alamat tujuannya, beberapa menit kedepan Cara ke luar dari taksi setelah sampai di depan bangunan tingkat 3 di depannya dengan gaya klasik warna putih serta daun-daun yang menjalar di temboknya.

Cara berjalan menaiki anak tangga yang pendek dan mengetuk pintu di depannya. “Aku baru melihat apartemen yang tidak ada belnya dan harus mengetuk dulu...,” gumamnya setelah melihat tulisan di samping pintu.

Tamu harap sopan, ketuk lebih dulu.

Lalu pintu terbuka, pria tua menyebalkan yang Cara tahu itu menatapnya dengan kacamata yang bertengger. Pria tua itu membenarkan letak kacamatanya.

“Cari siapa?” tanya pria tua itu.

Setelah melihat aslinya Cara jadi tidak bisa mengumpat, ia merasa ada belas kasihan di hatinya yang selalu baik. “Tiffany... apa dia ada di apartemennya?”

“Oh teman Tiffany. Dia tidak pulang dari kemarin,” kata pria tua itu.

“Oh tidak pu—apa?! Tidak pulang?!”

Pria tua itu mengerutkan keningnya yang keriput mendengar teriakkan Cara. “Iya.”

•••

Cara berdiri mengetuk-ngetuk heelsnya pelan ke trotoar, ia masih berdiri di depan apartemen Tiffany. “Kemana Tiffany?”

Lalu ia berpikir untuk menghubungi Dave, ia harus beritahu Dave tentang Tiffany yang menghilang.

Deringan ketiga juga tidak diangkat oleh Dave dan Cara mengulangi panggilannya.

“Ah Dave. Akhirnya kau mengangkat teleponku... Oh apa?... Oh iya! Dave, Dave oh my God! Aku sudah menjenguknya tapi Tiffany tidak ada di sini. Bagaimana ini? dimana dia, Dave? apa dia diculik?... Baiklah, baiklah. Kita harus membahas ini besok di kantor.”

Cara menutup panggilan dan memasukkan ponselnya ke dalam tasnya.

The Handsome Evil CEO©YAKIYA

Terpopuler

Comments

HARTIN MARLIN

HARTIN MARLIN

masih menyimak

2022-09-25

0

Chybie Abi MoetZiy

Chybie Abi MoetZiy

nyimak....

2021-11-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!