Selir BADASS
Pandangan seorang pria fokus kedepan dengan tangan kanan yang bersiap memutar gas motornya. Saat bendera dikibarkan, dia memutar gas motornya dan langsung melesat dengan kelajuan tinggi.
Pria itu begitu lihai, setiap ada tikungan tajam disitu juga badannya condong mengikuti setiap tikungan sirkuit.
Sampai satu putaran selesai, bendera dikibarkan kembali. Pria itu menghentikan laju motornya yang disambut oleh sorakan crew motor.
Saat pria itu membuka helmnya, dia tersenyum tenyata skillnya masih ada walaupun dia sudah lama tidak bergelut di bidang itu.
Valentino Bagaskara, pria berumur 30 tahun mantan pembalap yang sekarang menjadi CEO di Bagaskara Group karena harus menggantikan posisi papanya yang harus pensiun karena penyakit kanker yang dideritanya.
Semenjak saat itu, terpaksa Valentino harus mengubur keinginannya menjadi pembalap karena harus meneruskan perusahaan papanya. Maka dari itu, Valentino membeli saham salah satu perusahaan agensi pembalap dimana saat dia ingin balapan bisa sesekali mencoba menunggangi kuda besi yang kadang dirindukannya.
“Wah, Tuan Valentino ternyata masih sehebat dulu,“ tegur salah satu crew dengan tepuk tangannya.
Valentino hanya tersenyum, saat ini memang dia sedang berada di sirkuit Sepang, Malaysia dimana diadakan babak kualifikasi untuk menentukan posisi pembalap saat pertandingan dimulai nanti.
“Aku yakin pembalap kita akan menang,“ ucap Valentino.
Dan tak lama seorang pria yang notabene adalah asisten dari Valentino lari tergopoh mendatangi bosnya.
“Bos, kita harus cepat kembali ke Indonesia,“ ucapnya.
Valentino mengernyit. “Bukankah jadwal kita masih beberapa hari lagi? Kita harus melihat pertandingan sampai selesai!“
Pria yang bernama Yuda itu mendapat kabar mengejutkan dari Indonesia, oleh karena itu mau tidak mau dia harus menyampaikan ini pada bosnya.
“Tuan Bagaskara dalam keadaan kritis, Bos,“ lapornya.
Satu kalimat dari Yuda yang membuat Valentino langsung meninggalkan pekerjaannya dan pulang ke Indonesia hari itu juga.
*****
Di sebuah gedung di Jakarta, hari itu tengah diadakan acara wisuda di mana salah satunya ada gadis cantik bernama Chanel Solastika menjadi pesertanya.
Akhirnya Chanel bisa menyandang sarjana S-1 di usianya yang sudah menginjak 24 tahun. Dia begitu bahagia karena disela kuliahnya, dia juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Sebenarnya keluarga Bagaskara, bisa saja memenuhi kebutuhan Chanel tapi semenjak lulus SMA gadis itu ingin mandiri dan pergi dari keluarga itu.
Dari usia 10 tahun memang Chanel diasuh oleh keluarga Bagaskara karena di usia itu, orangtua Chanel meninggal dalam sebuah kecelakaan dimana Bagaskara menjadi tersangka dalam kecelakaan tersebut.
Karena rasa bersalahnya, Bagaskara mengasuh Chanel dan menganggapnya seperti keluarga sendiri tapi Chanel selalu memposisikan dirinya sebagai orang lain. Sebab, diam-diam dia jatuh hati pada anak semata wayang Bagaskara yang sering dia panggil kakak, Valentino.
Takut perasaannya semakin dalam dan juga berharap lebih akhirnya Chanel memutuskan untuk menjauhkan diri dari keluarga Bagaskara.
“Chanel Solastika!“
Mendengar namanya dipanggil, Chanel berdiri dari tempat duduknya dan menuju panggung dimana sorakan teman-temannya terdengar disana.
“Akhirnya kita wisuda juga!“ ucap Icha, sahabat dari Chanel.
“Iya, akhirnya,“ lirih Chanel karena dari sekian peserta wisuda hanya dirinya yang tidak didampingi oleh orangtua.
Sebenarnya dia bisa saja meminta keluarga Bagaskara datang tapi dia juga tahu jika mereka tidak mungkin datang karena keadaan Bagaskara yang sakit keras dan tidak memungkinkan untuk datang.
“Aku mau foto dulu ya!“ pamit Icha yang diangguki oleh Chanel.
Masih hanyut dalam pikirannya tiba-tiba Chanel didatangi oleh seorang pria yang notabene adalah orang suruhan dari keluarga Bagaskara.
“Permisi, Nona Chanel. Anda diminta datang ke rumah sakit oleh tuan Bagaskara,“ ucapnya.
*****
Di rumah sakit, tangisan Amelia memenuhi ruangan dimana suaminya dirawat. Keadaan Bagaskara sudah semakin kritis, detik-detik terakhirnya dia menunggu Valentino datang karena ada sebuah amanat yang harus anak laki-lakinya itu penuhi.
“Ma, dimana Valen?“ tanya Bagaskara dengan nafasnya yang tersengal.
“Sabar, Pa. Valen baru sampai di bandara dan sedang menuju kemari,“ sahut Amelia karena suaminya terus bertanya sedari tadi.
Dan tak lama yang ditunggu akhirnya datang juga. Valentino dengan tergesa masuk ke ruangan papanya dirawat.
“Papa!“ panggil Valentino mendekati Bagaskara yang terbaring lemah.
Dengan sisa tenaganya Bagaskara meraih tangan Valentino dan berkata. “Penuhi amanat papa untuk terakhir kalinya!“ pintanya.
“Apa itu, Pa? Aku akan memenuhi semuanya asal papa sembuh!“ ucap Valentino tanpa ragu.
“Jagalah Chanel seumur hidupmu, menikahlah dengannya!“ pinta Bagaskara.
Bagai tersambar petir Valentino mendengarnya, pria itu terdiam cukup lama karena bingung harus menjawab apa. Sementara Bagaskara menunggu jawaban anaknya dengan penuh harap, selama ini Bagaskara dihantui rasa bersalah karena dirinya Chanel menjadi yatim piatu. Untuk menebus rasa bersalahnya, dia ingin Valentino dan Chanel menikah. Dia berharap Valentino akan menjaga Chanel seumur hidupnya dan membahagiakan gadis itu.
“Valen__“ panggil Bagaskara mulai menuntut.
Valentino masih tampak berpikir dengan melihat alat penunjang kehidupan di tubuh papanya. Selama ini dia hanya menganggap Chanel sebagai adik dan tidak lebih dari itu. Tapi karena tidak ingin membuat papanya kecewa akhirnya Valentino menyetujui permintaan terakhir papanya itu.
“Baiklah, Pa! Aku akan menikahi Chanel!“ ucap Valentino kemudian.
“Papa titip Chanel dan bahagiakan dia,“ pinta Bagaskara lagi.
Valentino terdiam bingung harus menjawab apa karena selama ini ada sesuatu hal besar yang dia sembunyikan pada keluarganya.
“Aku akan berusaha, Pa!“ sahut Valentino.
Chanel yang baru saja datang dengan masih mengenakan baju kebaya juga tak kalah syok saat mendengar penuturan Amelia yang menyambutnya saat dia datang.
“Aku akan menikah dengan kak Valen?“ tanya Chanel untuk kesekian kalinya.
“Iya, Valen sudah menunggumu di dalam,“ jawab Amelia dengan menggandeng tangan calon menantunya itu masuk ke ruangan Bagaskara dirawat.
Ternyata disana sudah ada seorang penghulu yang siap menikahkan Valentino dan Chanel. Semua sudah direncakan oleh Bagaskara sebelumnya.
Dengan wajah tertunduk Chanel mendekati Valentino yang menunggunya. Gadis itu duduk di samping calon suaminya itu dengan gugup.
Sampai akhirnya dengan disaksikan semua yang ada di ruangan itu, Valentino mengucapkan kalimat sakral dengan lantang dan dalam satu tarikan napas.
“Sah!“
Satu kata yang membuat Chanel menangis tergugu karena tidak menyangka jika hari ini dia sudah sah menjadi istri Valentino, pria yang dia sukai diam-diam.
Chanel meraih tangan Valentino dan mencium tangan itu dengan Valentino yang mencium keningnya.
Hal itu disaksikan oleh Bagaskara dengan senyuman bahagia. Sampai layar monitor pendeteksi jantung berbunyi panjang menandakan bahwa dia sudah pergi dengan damai karena amanatnya sudah dipenuhi oleh anak laki-lakinya.
“Papa!“
Semua yang ada di ruangan itu berteriak saat Bagaskara menghembuskan nafas terakhirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
awal yang menarik
2025-02-13
0
shu_zan
baru 1 bab langsung w kasih vote Thor, mumpung Senin😄😄,, maraton baca novelmu
2024-02-05
0
Ajusani Dei Yanti
lanjut thorrrr kuh
2023-05-24
0