Pagi ini aku melihat Inggrid sibuk mondar-mandir dari dapur menuju meja makan dengan membawa dua buah piring di kedua tangannya.
"Lagi ngapain Nggrid?"
Aku menarik salah satu kursi yang mengelilingi meja makan kemudian mendudukinya.
"Ini lagi buat sarapan," Ingrid tersenyum kemudian kembali menata piring yang ia bawa dari dapur.
"Memang bibi kemana? Sampai kamu repot begini,"
"Bibi ke pasar, kebangun dari jam tiga pagi terus gak bisa tidur lagi. Dari pada bengong di kamar mending masak aja," jawab Inggrid kemudian duduk di kursi yang ada di depanku.
"Selamat pagi sayang," mas Yudis mengecup ujung kepala ku dari belakang.
Aku menoleh padanya lalu tersenyum, Namun ia hanya melakukan itu pada tidak pada Ingrid.
"Kok, cuma aku saja yang di sapa Ingrid juga dong,"
"Pagi Nggrid," mas Yudis menoleh pada Ingrid kemudian tersenyum.
Hanya itu tidak ada morning kiss atau yang lainnya.
"Ini rumah mas, bukan kantor. Gak ada manis manisnya banget sama istri," aku mencibir kearah mas Yudis.
Tapi tiba tiba mas Yudis mengecup sebelah pipi ku, membuat aku gelagapan lalu menatap Inggrid yang tersenyum lalu menggeleng.
Aku memukul lengannya Merasa tak enak pada Inggrid.
Kami bertiga makan dalam diam tidak ada obrolan sama sekali sampai kami berangkat ke tempat kerja masing-masing.
lega rasanya karena pagi ini mas Yudis, mau berangkat kekantor bersama Inggrid. Tepatnya aku paksa berangkat bersama.
Aku melambaikan tangan ketika mobil yang mereka tumpangi melaju meninggalkan halaman rumah.
Kemudian aku pun melajukan mobilku menuju toko roti.
Sesampainya di toko Aku menceritakan pada jaswin, tentang yang terjadi di meja makan pagi tadi. Apa Ingrid tidak cemburu?
"Waduh, aku gak tahu Mil, di singel aja belum tahu rasanya apalagi di Doble,"
Aku melempar tissue yang sudah ku remas pada muka jaswin, yang cekikikan.
"Gini deh, misalnya kamu yang berada di posisi Inggrid, kira kira apa yang kamu rasakan?" Jaswin, menaik turun kan alisnya menatap ku.
Aku diam tak menjawab kemudian menyangga dagu dengan sebelah tangan membayangkan jika aku yang berbeda di posisi Inggrid.
"Cemburu? Atau mungkin biasa aja," lanjut jaswin, "menurut ku wajar jika sikap Meraka berdua biasa saja. Bayangkan saja dari atasan dan bawahan tiba tiba saja menjadi suami istri tanpa ada rasa cinta. Intinya mereka hanya butuh waktu,"
Aku mengangguk angguk membenarkan ucapan jaswin.
"Lalu, apa yang harus aku lakukan? Dan sampai kapan mereka akan bersikap seperti orang asing,"
Jaswin, mengedikan bahu.
"Sampai kapan, itu hanya mereka berdua yang tahu,"
Apa aku hanya akan tinggal diam menunggu cinta tumbuh di antara mereka?
Sedangkan ibu, sudah mendesak ku agar segera memberi kabar kehamilan Inggrid.
Ini bukan lagi kasus ABG yang sedang mencari cinta sejati. Ini kasus orang dewasa, tapi apa sangat sulit seorang yang telah dewasa jatuh cinta lagi?
Hari ini aku sengaja pulang larut, sekitar pukul setengah sebelas malam mobilku baru memasuki halaman rumah dengan harapan mas Yudis akan tidur di kamar Ingrid.
Karena tidak ada aku mas Yudis akan membutuhkan bantuan Inggrid, dan secara tidak langsung mereka akan sering ngobrol dan lama kelamaan akan saling membutuhkan. aku pikir begitu.
Tapi saat membuka pintu kamar, aku melihat mas Yudis berbaring di atas tempat tidurku.
Aku menghembuskan nafas lalu menutup pintu perlahan agar tidak membangunkannya.
Paginya aku sengaja berangkat lebih awal agar tidak bertemu dengan mas Yudis dan Inggrid.
Aku sengaja menghindari pertemuan dengan Mereka agar mereka bisa lebih akrab dan saling membutuhkan.
Sebelumnya aku sudah mengirim pesan pada mas Yudis.
"Maaf aku sibuk, ada acara amal pembukaan cabang baru di luar kota . Aku sudah titipkan semua keperluan pada Inggrid, jaga diri baik baik i love you,"
Aku juga mengirimkan pesan pada Inggrid.
"Aku pergi keluar kota untuk beberapa hari, gunakan kesempatan ini untuk dekat dengan mas Yudis, dan segera beri aku kabar baik,"
Aku menghembuskan nafas kemudian meletakkan handphone di atas kasur lantai yang ku duduki sekarang.
Tidak ada acara amal dan pembukaan cabang baru hanya alasan ku saja agar mas Yudis, dan Inggrid, lebih dekat dan tidak canggung karena kehadiran ku di antara mereka.
Aku merebahkan tubuhku di atas kasur lantai yang berada di lantai dua.
Ruko ini memiliki dua lantai, lantai satu di gunakan untuk untuk proses produksi roti dan sebagai etalase menjajakan roti serta menu yang di miliki.
Kemudian lantai dua hanya lorong panjang di gunakan sebagai cafe dengan panggung kecil untuk pertunjukan live music. biasanya, akhir pekan lantai dua akan penuh dengan pengunjung.
Dan di sudut lorong ada sebuah kamar dengan kamar mandi di dalam nya yang ku tempati saat ini.
Dua hari ini aku tidak pulang kerumah, berharap jika pulang nanti sudah melihat mas Yudis dan Inggrid, sebagai pasangan suami istri yang sesungguhnya.
Jika itu benar terjadi satu janji ku pada Inggrid sudah terpenuhi.
Mata ku belum benar-benar terpejam saat mendengar suara kenop pintu yang putar, namun tubuh yang lelah menolak untuk membuka mata.
Aku merasakan sentuhan tangan yang mengusap usap rambutku namun sekali lagi mata ini tak mampu ku buka walau hanya sebentar saja.
Aku langsung membuka mata, tepatnya memaksa membuka mata, saat merasakan benda kenyal menempel di pipi.
Memaksa tubuh ku bangun untuk mengetahui siapa yang dengan lancang berani mencium pipiku.
Aku melongo ketika mas Yudis, tersenyum di hadapan ku.
Benarkah ini dia? Atau aku hanya bermimpi.
Yah benar, mungkin hanya mimpi karena aku sangat merindukannya.
"Kenapa bengong"
Dia mencubit pipi ku dan, awww... Sakit sekali.
Aku menggosok gosok pipi ku yang sakit.
Ini nyata bukan mimpi tapi bagaimana dia tahu aku disini?
"Jadi kamu sembunyi disini,"
Dia merebahkan tubuhnya di samping ku berbaring terlentang menghadap langit langit. Kemudian aku bergeser untuk memberinya tempat agar lebih luas.
Dia masih mengenakan pakaian kerja artinya dia belum pulang kerumah.
"Sembunyi gimana maksudnya,"
"Kamu tahu, dua hari ini aku sangat kesepian. Kenapa kamu tidak mengangkat telepon ku,"
"Maaf, aku sibuk. Tapi aku sudah titipkan semua keperluan mu pada Inggrid, kamu bisa minta kepadanya bukan,"
"Sibuk apa?" Dia menoleh padaku.
"Bukankah aku sudah kirim pesan, ada acara amal pembukaan cabang baru,"
Aku memijat kepalaku yang terasa pening
"Amal fiktif," sahutnya lalu kembali menghadap langit langit kamar, "dua hari ini Aku tidak pulang kerumah,"
"Apa!"
Aku tersentak lalu menatapnya. Jadi dua hari ini berlalu dengan sia sia.
"Kenapa kaget begitu," dia menoleh pada ku sambil tersenyum.
"Jadi, dua hari ini tidak ada sesuatu yang terjadi di antara kalian?" Aku masih menatapnya bingung.
"Jadi Kamu sengaja melakukan ini semua,"
Aku mengangguk.
"Untuk apa Mil,"
kemudian dia bangun lalu duduk menghadap ku.
"Jika aku tidak menjauh, apa kalian bisa melakukannya?"
"Mil, aku memang bersedia menikah dengan Inggrid, tapi bukan berarti aku bersedia membagi cinta dengan nya," Dia memegang kedua bahu.
"Memang kenapa? Inggrid juga istri mu dia berhak atas apa yang ada padamu,"
Mataku mulai memanas mungkin sebentar cairan bening yang sudah membeku akan meleleh lalu mengalir di kedua pipiku.
"Aku tidak bisa melakukannya Mil, aku tidak memiliki rasa apapun padanya,"
"Bukankah laki laki bisa melakukannya walau tanpa cinta,"
Nadaku mulai meninggi bersama dengan tetesan air mata yang sudah benar-benar mencair.
"Apa menurutmu aku serendah itu?"
Aku menggeleng dengan mulut terisak.
"Jika kamu tidak bisa melakukannya dengan cinta, setidaknya hargailah dia sebagai wanita,"
"Mil, jangan paksa aku untuk ini,"
"Lalu bagaimana anak itu akan hadir di antara kita,"
Aku sudah tidak tahan untuk tidak berteriak.
"Jadi karena anak!" Dia berteriak pada ku, "aku mencintaimu apa adanya, aku sudah tidak peduli lagi jika anak itu tidak akan hadir di antara kita,"
"Tapi aku peduli dan aku menginginkannya,"
Nada bicara ku semakin meninggi, sepertinya aku benar-benar kehilangan kendali.
"Kamu sudah lihat sekarang, karena keegoisan mu lah yang telah menghancurkan hubungan kita." Dia mengacungkan telunjuknya di depan ku.
"Jangan salahkan aku jika suatu saat aku benar-benar mencintai Inggrid,"
Dia marah kemudian keluar dari kamar dengan membanting pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Anonymous
Gregeten, Milea ngeselin
2022-11-24
0
MAMI LUIZ LUIZ
bodoh....sok2an rela tp nangis di blkg pintu ...
2022-03-22
1
Ardika Zuuly Rahmadani
tukan, masalah lagy🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2022-03-03
0