Dua hari yang lalu ibu, kembali ke desanya di antar oleh Mas Yudis. Namun ucapan ibu, masih tertinggal di dalam otakku.
Apa yang harusku lakukan? Aku sama sekali belum bisa mengambil keputusan.
Berkutat di dapur ruko membuat roti dan mencoba menu baru hingga pulang larut malam. Mungkin itu cara terbaik saat ini, untuk mengalihkan sejenak ucapan ibu, tempo hari.
"ada masalah apa, kayaknya serius banget,"
Sepintar apapun aku menutupi dari semua orang, tidak akan bisa kututupi dari Jaswin sahabatku.
"siapa yang punya masalah." jawabku sambil terus mengaduk adonan.
"kamu bisa sembunyikan dari semua orang, tapi tidak dariku." kata jaswin menatapku.
"Apa ini ada hubungannya dengan kedatangan mertuamu kemarin?"
Aku menghentikan gerakan tangan sejenak lalu melanjutkan lagi tanpa menjawab pertanyaan Jaswin.
"Dan, apa bom waktu sudah meledak." Aku masih pura pura tak mendengar ucapan jaswin.
Masih sibuk dengan aktivitas tanganku. Membentuk adonan lalu memasukkan nya kedalam oven.
"Baiklah, mungkin kamu butuh waktu. Jika kamu sudah siap, aku akan menjadi pendengar yang setia." Jaswin membuang napas lalu berbalik meninggalkanku.
"Apa aku akan menjadi orang yang sangat egois jika tidak mengabulkan permintaan seorang ibu,"
Jaswin menghentikan langkahnya kemudian berbalik kearahku.
"Apa aku akan menjadi istri durhaka jika menyembunyikan ini dari suamiku?" aku pejamkan mata sebelum melanjutkan ucapanku, "Katakan! Apa yang akan kamu lakukan jika berada di posisiku saat ini."
"Tidak adakah kesempatanku untuk memilih?" Aku mengatakan seolah jaswin orang yang bersalah saat ini.
"Apa yang kamu katakan Mil, aku tidak mengerti."
"Ibu, memintaku menikahkan mas Yudis, dengan wanita lain." Jaswin membulatkan mata menatapku.
...****************...
Ada untungnya juga aku meluapkan kemarahan pada jaswin, tadi pagi. Dadaku terasa lebih lega walaupun belum sepenuhnya yakin dengan keputusan yang ku ambil.
Jaswin, maaf aku janji akan berikan bonus padamu jika berhasil membujuk suamiku.
Yup! Telah aku putuskan untuk mengabulkan permintaan ibu, sudah cukup bagiku memiliki mas Yudis, seorang diri.
Saatnya aku harus mengalah dan membagi cinta untuk wanita lain. Apa aku benar-benar telah merelakannya? Entahlah, aku pun masih bimbang, aku berjanji akan menerima wanita manapun yang akan menikah dengan mas Yudis.
Aku berjalan mondar-mandir sambil melirik jam yang menempel di dinding kamarku. Kenapa waktu terasa begitu lambat, aku tak bisa menutupi kegugupan untuk mengatakan pada mas Yudis.
Harus memulai dari mana? Atau, apa yang akan aku katakan terlebih dahulu agar mas Yudis, setuju untuk menikah lagi.
Aku terlonjak dan hampir teriak saat seseorang memelukku dari belakang.
"Iiih, Bikin kaget saja," Ku pukul lengan mas Yudis, yang memelukku, dia tertawa lalu membalikkan tubuhku menghadap nya.
" Kamu jadi sering ngelamun akhir akhir ini, sampai gak sadar aku masuk,"
Aku cemberut lalu mengulurkan tangan untuk Salim padanya.
"Aku kan gak lihat ke pintu, mana tahu kamu sudah pulang," mas Yudis tersenyum lalu mengecup kening ku.
"Cepat mandi ada yang mau aku bicarakan."
" Bicara sekarang saja,"
" Gak bisa, harus mandi dulu Biar gak panas. Hawa panas suka bikin emosi," Ku dorong tubuhnya agar masuk ke kamar mandi. Dia terkekeh sambil berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
Belum bicara saja badan sudah terasa panas dingin. semoga saja nanti aku gak nangis dan rencana berjalan lancar.
Aku pergi ke dapur membuat teh dan mengambil roti yang ku bawa dari toko.
Saat aku kembali masuk ke dalam kamar mas Yudis, sudah duduk di atas kasur sambil memainkan handphone.
"Resep baru mau coba?"
Dia menerima roti yang ku berikan lalu memakannya dengan gigitan besar.
"Bagaimana?"
"Seperti biasa, enak." Aku tersenyum lalu duduk di samping nya.
Aku duduk di sampingnya lalu membuang nafas sebelum mulai bicara.
"Kemarin ibu, ngomong pengen punya cucu,"
"Terus kamu jawab apa."
"Seperti biasa," mas Yudis mengangguk angguk.
"Ibu, pengen sebelum di panggil sang pencipta bisa melihat anak mas Yudis."
"Ibu sudah tahu jawabannya bukan?"
Dia masih santai sama sekali tak terusik dengan ucapan ku.
"Ibu, minta ku menikahkan mas Yudis, dengan wanita lain."
Dia menghentikan kunyahan nya lalu menatap ku, "Menikah bagaimana maksud nya?"
Ku genggam tangannya, lalu ku tatap bola matanya.
"Menikahlah dengan wanita yang bisa memberikan keturunan," dia menghempaskan tangan dari genggaman ku.
"Apa kamu sudah gila! Kamu sadar dengan apa yang kamu katakan?"
"Iya sadar, sangat sadar. itu sebabnya aku meminta mu menikah lagi, "mata ku berkaca-kaca, "Maaf kan aku yang tak sempurna ini, aku akan sangat bahagia jika kamu mau mengabulkan permintaan ku."
Mas Yudis memegang kedua bahu ku, lalu menghapus air mataku yang sudah mengalir sejak tadi.
"Jika ke tidak sempurnaan itu ada padaku, apa kamu akan melakukan hal yang sama," aku menggeleng dengan air mata yang masih mengalir.
"Itulah yang aku lakukan padamu saat ini, menerima kamu apa adanya. jika kamu tidak bisa memberikan keturunan aku tidak akan menuntut itu dari mu," Ia menarikku dalam pelukannya, "Aku akan tetap menjadi pelengkap untuk menutupi kekurangan-kekurangan mu."
Lidah ku terasa mencekat sulit untuk melanjutkan ucapan ku saat ini. Ku puaskan menangis di pelukannya sebelum melanjutkan ucapan ku lagi, "Aku ingin melihat mu bahagia,"
"Apa kamu pikir kebahagiaan ku hanya ada pada seorang anak?" Ia longgarkan pelukannya, "Cukup dengan kau barada di sisiku, itu sudah membuat aku bahagia." lalu kembali memelukku erat.
"Aku mohon, turuti lah permintaan ku kali ini." Aku masih Keukeh memaksa hingga dia melepaskan pelukannya pada ku kemudian berbaring membelakangi ku yang masih duduk di samping nya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Hingga esok pagi dia masih mendiamkan ku. menjawab pertanyaan ku hanya dengan 'iya' dan 'tidak' walaupun sudah ku tanyakan banyak hal pada nya. Seperti nya dia benar benar marah padaku.
Dan hari ini aku tidak bisa fokus dengan pekerjaan. Aku membolak balikkan handphone berharap mas Yudis, membalas pesan chat dari ku.
Tapi pesan chat dari ku tak ada satupun yang di baca.
Oh, ayolah Yudistira Mahesh, ini bukan kau. Suamiku tidak pernah melakukan ini. Ku hembuskan nafas panjang lalu ku rebahkan kepala bertumpu pada lengan kiri.
"Ada apa?" Jaswin mengusap bahuku dari belakang lalu duduk di kursi sebelah ku.
"Dia mendiamkan ku sejak semalam,"
Jaswin menghembuskan nafas, "Dia butuh waktu Yudis, orang yang bijak. dia tidak akan mengambil keputusan yang salah,"
Aku mengangguk setuju dengan ucapan jaswin, Benar mungkin dia memang butuh waktu. Lagian mana mungkin dia langsung memberikan jawaban atas permintaan yang bahkan aku sendiri pun tak ingin meminta dari nya.
kucoba mengirimkan pesan chat lagi padanya.
"Maaf kan aku, apa kamu masih marah padaku?"
"Jangan diamkan aku seperti ini, aku tak sanggup."
mataku melotot melihat layar handphone yang menandakan beberapa pesan masuk.
"Aku tidak pernah marah padamu, aku hanya ingin kamu memikirkan kembali ucapan mu,"
Cukup lama aku diam tak membalas pesan dari nya, aku masih berpikir jawaban apa yang akan ku berikan padanya. Setelah kurasa menemukan jawaban yang tepat, lalu ku balas pesan dari nya.
"Aku hanya ingin kamu bahagia."
"Cukup dengan berada di sisiku, sudah membuat ku bahagia. Jangan pedulikan permintaan ibu, anggap beliau tak pernah mengatakan apapun padamu,"
"Aku tidak bisa melakukannya, aku mohon kali ini saja. Jangan bersikap sebagai suami bersikap lah sebagai anak yang berbakti,"
Ku hapus air mata yang mengalir.
"Kenapa kamu keras kepala sekali."
"Aku mohon, kalini saja. Kabulkan permintaan ku, menikahlah dengan wanita lain yang bisa memberikan keturunan. Jadikan aku orang pertama yang akan mendengar kabar bahagia itu."
Entah kekuatan dari mana aku mengatakan itu pada nya.
"Baiklah jika kamu memaksa, aku akan menikah dengan wanita manapun yang kau pilihkan untukku."
"Tapi aku tidak janji bisa mengabulkan keinginan mu dan ibu,"
Aku tersenyum bersama air mata yang mengalir di pipi.
Bahagia kah? Atau aku harus bersedih dan menangis sepanjang hari? Karena kenyataannya aku akan membagi cinta dengan wanita lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
EuRo
hai kak aku lanjut baca, sudah kasih bunga ya..
2022-04-11
3
SoVay
aku kasih bunga juga yaaa
2022-03-20
2
Mayya_zha
Hai kak... aku hadir... bawa favorit dan like. baca pelan ya.. singgah balik di karyaku FAKE LOVE
2022-03-20
1