Hub.
Jihan berhasil menangkap bola basket yang melaju kearahnya.
"Hufff hampir saja" Lea bernafas lega, andai saja bola basket itu tidak berhasil Jihan tangkap, maka Lea tidak dapat membayangkan bagaimana keadaan adiknya sekarang.
Semua siswa siswi yang menonton perlombaan itu tercengang. Bagaimana mungkin Jihan bisa menangkap bola basket dengan begitu mudah nya.
Jihan menatap bola yang ada di tangannya, kemudian tatapan beralih kearah Alviro. Cowo sialan yang sudah membuat bajunya kotor dan hadiah sakit di bokongnya.
"Boy... Apa lo memikirkan hal yang sama dengan pikiran gue? " Ucap Babas. Matanya masih fokus ke Jihan.
"Mungkin sama boy" Sahut Albi.
"Shoot!!!!! Shoot!!!! " Sorak siswa siswi pada Jihan, agar ia segera menembakkan bola ke ring.
Jika di lihat dari tempat Jihan berdiri, sangat mustahil untuk nya menembak bola masuk kedalam Ring. Namun, itu hanya pemikiran mereka saja.
Jihan menatap lurus ke Alviro, ia berniat akan melempar bola basket itu ke wajah bengek cowo itu.
"Heh, gadis luar! Berikan bola nya! " Teriak Lika pada Jihan.
"Gak usah! Bermimpi bisa menembak bola masuk ke dalam ring" Sahut Lili yang berdiri di samping nya, dan di angguki juga ole jejei yanga menyetujui ucapan lili.
Jihan tersenyum miring, ia menatap bola basket santai. Senyum tipis tercetak di bibirnya, berbarengan dengan tangannya yang mulai membuat ancang ancang akan menembak bola ke ring basket, yang mana jaraknya sangat jauh dari tempat nya berdiri sekarang.
Jihan berdiri di luar garis lapangan, tepatnya tidak jauh dari ring basket satunya lagi.
Semua mata mengawasi Jihan, jantung mereka berdetak cepat menunggu apa yang selanjutnya akan terjadi. Begitu juga dengan Alviro, ia sangat penasaran. Gadis itu terlihat sengat percaya diri.
Byussssss..
Bola masuk dengan sempurna ke dalam ring basket.
"Huh? "
Sangat sulit di percaya, bola masuk dengan sempurna melewati ring basket. Geng Wolf di buat tidak percaya.
"Wooooooo!!!! Wihh!!!! " Sorak para penonton kegirangan melihat keberhasilan Jihan. Para siswa menjadi semakin bersorak, mereka malah berbondong bondong mendekati Jihan.
"Yea" Gumam Jihan tersenyum puas menatap bola yang sudah terjatuh ke lantai dan memantul kemana mana.
"Babas.... Apa yang gue pikir terjadi"
"Iya Bi.... " Ucap Babas dan albi loncat loncat.
"Ih kalian bisa diem gak sih! " Ucap Eldi bengis, kedua temannya ini terlalu berisik.
Sementara Alviro mengangkat alis sebelah kanannya. Jihan lumayan menarik bagi nya.
"Eh!!! Stop!! Jangan mendekat!! " Teriak Lea pada adik adik kelas nya agar tidak mendekati Jihan.
"Eh kak Lea, temannya cantik banget" Ujar salah satu siswa berani mencetus pujian untuk Jihan kepada kakak kelas jutek nya.
"Yuk Jihan" Lea menarik tangan adiknya untuk meninggalkan lapangan basket, Lea tahu Jihan bukanlah tipikal cewe yang suka kerumunan.
"Ehhhh tunggu dulu!!!!! " Albi dan Babas berlari menghentikan langkah kaki Jihan dan Lea.
"Kak Lea, jangan bawa teman nya dulu" Cegah Albi.
"Teman? " Lea menatap Jihan. Ah Lea mengerti sekarang, mereka pasti mengira jika Jihan adalah temannya. Lea kembali menatap pada Albi dan Babas dengan tatapan penuh tanya.
"Iya, teman kakak kan pemenangnya! "
"Ehhh nanti dulu!!! " Lika berteriak dengan suara nyaring nya. Kemudian berdiri di tengah tengah mereka.
"Bagaimana mungkin dia yang jadi pemenangnya! "
"Dia kan tidak terdaftar! " Bantah Lika tidak Terima.
"Eh Lika, lo gak liat, temannya kak Lea menembak dari jarak yang berlipat lipat jauh dari ring! " Ujar salah satu siswi.
"Bener tu" Sahut mereka bersama.
"Pokoknya gue gak Terima!! " Bantah Lika melengking.
"Ettt Wait!! " Ucap Jihan mengangkat tangannya agar mereka semua diam.
"Kalian lagi ngomongin apa? Gue gak ngerti! "
"Mau menang atau kalah, gue gak peduli! " Ketuaa Jihan di akhir kalimatnya.
"Lo itu berhasil menembakkan bola dari jarak yang jauh, jadi lo berhak kencan sama dia" Jelas babas.
Jihan mengikuti arah tangan siswa yang tidak ia kenali menujuk pada cowo yang membuat hati Jihan selalu gondok.
"Dia? " Tunjuk Jihan. Kemudian tertawa keras.
"Kenapa lo tertawa? " Tanya Lika heran.
"Heh, perlombaan macam apa ini? Apa dia sebegitu tidak lakunya?. "
Alviro mengetatkan rahang nya, saking kuatnya sampai tulang pipinya terlihat sangat jelas.
"Ah sudah lah, siapa yang mau ambil lah" Kekeh Jihan masih merasa geli di perutnya. Ia tidak perlu repot repot menerima kemenangan itu. Lagi pula siapa yang mau berkencan dengan cowo menyebalkan seperti Alviro.
"Heh cewe sialan! Maksud lo apa ngomong seperti itu huh?! " bentak Alviro, Ia berjalan dengan cepat ke hadapan Jihan.
"Gue? " Balas Jihan. Tawanya seketika berhenti, di gantikan dengan raut wajah marah.
"Iya lo! Siapa lagi di sini cewe sialan huh? "
"Kampret lo, jaga omongan lo yah cowo gak laku! "
"Apa lo bilang! " Geram Alviro semakin mendekat pada Jihan, begitu juga sebaliknya. Jarak diantara mereka tinggal satu langkah lagi.
"Kacau ini bi" Gumam Babas memegang kepalanya seperti orang kebingungan.
"Lihat saja dulu" Balas Albi fokus menatap keduanya. Ringgo Eldi dan Liem hanya diam menonton perdebatan keduanya.
"Stop!!!!! "
"Al, Jihan! Stop! " Teriak Lea berdiri di antara keduanya berusaha untuk memisahkan.
"Temen lo ini benar-benar membuat gue eneg" Ucap Alviro pada Lea dengan mata menatap Jihan.
"He, lo pikir gue gak eneg liat lo huh!!! " Balas Jihan lagi.
Entah mengapa mereka berdua terlihat seperti kucing dan Anjing yang sedang berkelahi.
"Cantik yah"
"Nama nya Jihan"
"Heee, udah udah bubar!!!!! " Teriak Lea tegas, ia mengibaskan tangannya pertanda mengusir semuanya. Seketika lapangan mulai lengang. Siapa yang tidak takut dengan Lea. Lika yang notabene nya anak kepala sekolah pun takut padanya.
Lea menarik Jihan pergi dari sana, sebelum semuanya semakin kacau. Sementara Alviro pergi begitu saja meninggalkan lapangan.
"Yahhh.... Sirkus nya selesai" Lenguh Babas.
"Yahh belum sempat menjual karcis boy" Sahut Albi. Ringgo memutar bola matanya, kemudian menyusul Alviro, di ikuti oleh Eldi dan Liem.
"Yahh malah di tinggal" Teriak Albi menarik tangan Babas dan menyusul para sahabat nya. Di antara mereka berenam, Albi dan Babas lah yang paling berisik, yang paling jahil, yang paling playboy dan yang lebih parahnya lagi, mereka berdualah yang paling bodoh.
Sesampainya di parkiran, Jihan menghempaskan tangan kakaknya. Air mukanya terlihat sangat kesal.
"Gue gak mau sekolah di sini! "
"Huh? " Kaget Lea.
"Bilang sama ayah, cari sekolah lain untuk gue! "
"Tapi Jihan, sekolah ini adalah sekolah terbaik di kota ini. Gak mungkin kan lo sekolah di bawah standar"
Jihan tak menjawab lagi, ia memilih masuk ke dalam mobil dengan menghempaskan pintu kuat. Lea hanya bisa menghela nafas dalam, ia harus menahan emosi mya agar tidak bersikap terlalu tegas lagi pada Jihan. Ia sudah berjanji pada dirinya agar bersikap lembut dan membuang rasa posesif nya pada adik nya. Meskipun itu sangat sulit bagi Lea, karena rasa takut adik nya terluka atau di ganggu oleh orang lain membuat Lea menjadi terlihat seperti mengekang.
"Woy... Balik gak ni? " Teriak Jihan menjulurkan kepala nya ke sela jendela kaca mobil.
"Ehh iya iya" Sahut Lea tersadar dari lamunannya. Ia masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya meninggalkan perkarangan sekolah elit itu.
Selama perjalanan pulang, tidak ada di antara kedua kakak beradik itu rela membuka mulut, keduanya memilih bungkam meskipun ada berbagai topik pembicaraan yang mengisi otak keduanya.
"Hemm.... Bagaimana bisa lo kenal sama Alviro? " Tanya Lea takut takut.
"Terjadi sedikit insiden ketika gue mampir di cafe cuan lo" Jawab Jihan singkat. Lea mangut mangut, ada sedikit rasa lega di hatinya.
"Kenapa? Dia cowok lo? " Tanya Jihan tanpa menoleh.
Deg.
"Engga ,,, engak kok, mana mungkin dia cowo gue! " Jawab Lea tergagap. Membuat Jihan langsung menoleh pada kakaknya.
"Jujur sama gue kak! Lo suka tu cowo? " Tanya Jihan menatap penuh selidik pada kakaknya
"Engga Jihan,Ya kali gue pacaran sama adik kelas" Dengus Lea melirik adiknya sebentar.
"Trus kenapa lo gagap begitu? " Jihan masih belum bisa mempercayai kakaknya, pasti ada sesuatu yang Lea sembunyikan.
Lea tak menjawab lagi, ia memilih untuk diam.
"Huh, malah diem" Jihan mendesah kesal.
"Awas saja kalo dia jadi pacar lo, gue gak bakal restuin!! "
"Yeee, jangan sampai malah kebalik yah dek! " Balas Lea tersenyum menyeringai.
"Ogah!!! Mana mungkin gue suka sama cowo sialan seperti dia! Najis" Ucap Jihan memukul mukul kepalanya lalu memukul lutut nya secara bergantian, seperti menyukai Alviro adalah hal yang paling buruk di dunia ini.
Sementara Alviro tampak mengamuk di basecamp, ia melempar semua barang barang ke sembarangan arah. Setelah mendapatkan informasi bahwa para guru dan pegawai yayasan mengadakan rapat, geng wolf langsung menuju ke basecamp.
"Gadis sialan!!!! Awas saja jika lo kembali muncul di hadapan gue!!! " Teriak Alviro penuh emosi. Ia benar-benar merasa terhina dengan perlakuan gadis itu. Tidak ada cewe sebelum nya yang berani menolak ataupun menghina Wolf, apalagi Alviro, si ketua dari Wolf.
Alviro menghempaskam tubuhnya ke sofa.
"Udah lah boy, jangan di ambil hati. Dia hanya tidak tahu lo siapa. " Ucap Ringgo menenangkan.
"Betul itu Al, jika gadis itu tahu siapa yang sedang ia tantang?. Huh, gue yakin dia akan bertekuk lutut di hadapan lo"
"Gue setuju sama lo bro" Sahut Albi, kemudian bertos ria dengan Babas.
Sementara Liem, satu satunya anggota wolf yang ikut serta dalam organisasi sekolah. Liem adalah kapten Basket, ia sudah banyak membawa prestasi ke pangkuan sekolah nya.
Liem cukup terpesona melihat skill teman Lea tadi. Gaya nya menembakkan bola terlihat santai, namun bola tetap menikam. Bola masuk dengan sempurna sesuai yang cewe itu targetkan. Liem yakin, cewe itu pasti pemain basket, atau sering main basket. Ia harus mencari tahu. Tekat Liem dalam hati.
"Boy!!... Woy!!! Liem!!!! " Teriak Babas menggoyang goyangkan bahu Liem.
"Lo melamun? " Tanya Babas tak percaya. Albi yang sedang duduk di samping Alviro langsung bangkit dan mendekati Liem penuh semangat.
"Eh iya, ada apa? " Liem tersadar dari lamunannya, ia menatap Babas bingung.
"Wohoooo, ada apa dengan Liem kita yah? Melamun heh, heh" Albi dan Babas menoel Noel pinggang Liem.
"Apaan sih kalian! " Liem menghindari serangan serangan dari kedua bocah tengil itu.
_______________________________
Sesampainya di rumah, Jihan langsung masuk ke dalam kamarnya. Jihan meraih ponsel yang lupa ia hidup kan, pasti Fela dan Ria sibuk mencari diri nya.
Seperti yang Jihan duga, Ketika ponselnya mendapatkan asupan data seluler, beribu pesan masuk kedalam whatsapp nya.
"Anjirrr banyak banget pesan dari kedua kupret itu" Gumam Jihan, ia mulai membuka satu persatu pesan itu. Isinya hanya dari Ria,Fela dan beberapa dari grup fandom kpop nya.
Jihan menggeleng membaca pesan dari kedua sahabat nya, yang isinya hanya spam menanyakan keberadaan nya.
cling~
Sebuah pesan masuk dari Sela, di sambut dengan Feli.
Ria
[Akhirnya ni curut hidup juga]
Fela
[Tau ih, sejak kemarin ni bocah ngilang]
Jihan terkekeh membaca isi pesan grup dari kedua sahabat nya.
Jihan Imut
[Maaf maaf, kemarin gue capek banget]
Ria
[Jangan bilang lo ngebo Jihan]
Fela
[Gue mah udah tahu itu]
Zia imut
[ Gak perlu gue jawab]
Ria
[Btw, kalian udah nemu belum sekolah yang bakal di hinggapi? ]
Jihan imut
[Emang burung? Nyari pohon? ]
Fela
[Tau ih, si kupret]
Ria
[Jawab ogeb, gue takut gak satu sekolahan sama kalian! ]
Fela
[Yah tinggal pindah aja lagi, itu aja kok repot! ]
Ria
[Sialan lo! ]
Ria
[Jihan, lo udah urus belum? Kemana? Kok malah diem lo! ]
Jihan imut
[Gue di Arya Jaya group]
Ria
[Yes, kita sama! ]
Fela
[Tentu saja kita sama]
Ria
[Ngumpul yok! ]
Jihan imut
[Gak dulu deh, besok aja. Gue lagi gak mood]
Ria
[Kenapa? ]
Fela
[Apa yang sudah terjadi? ]
Ria
[Woy!!!! ]
Jihan hanya membaca pesan dari kedua sahabat nya, ia malah menutup ponselnya kemudian memilih untuk masuk ke kamar mandi. Tubuhnya terasa lengket dan bau asam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Dian Rahmawati
1 sekolahan lagi mereka
2024-06-30
0
Fediza Syahira
nyicil dl thor... ceritanya menarik 👍
2021-11-30
0
Miracle Tree
boom like mendarat kak..
ditunggu Feedback-nya
2021-11-30
0