Seperti keinginan Burhan, kini Jihan sudah tiba di bandar udara tanah air. Sejak 7 tahun yang lalu, ini kali pertamanya Jihan menginjakan kaki nya kembali ke Indonesia.
"Wahhh Seger banget yah"
Fela menghirup udara serakus mungkin,seakan akan selama ini ia kekurangan oksigen. Ria menggeleng melihat tingkah Fela, seakan akan gadis itu baru pertama kali nya pulang ke Indonesia.
"Lebay deh, Lo Fela. Tiap bulan juga balik ke Indonesia" sindir Ria.
Fela tak menjawab ucapan Ria, ia malah meleletkan lidah nya pada Ria, kemudian berjalan lebih cepat menyusul Jihan yang sudah melaju di depan nya.
Ketiga gadis itu menyeret koper masing-masing menuju ke pintu keluar . Terlihat di depan sudah berderet 3 buah mobil mewah menunggu mereka.
Ketika melihat anak majikannya sudah berjalan keluar, para supir itu langsung membukakan pintu dan mengambil alih koper mereka untuk dimasukkan ke dalam bagasi.
"Silakan masuk non" Ucap mereka bersamaan.
Jihan mengangguk pelan, kemudian masuk ke dalam mobil. Sebelum menutup pintu mobil, Jihan melirik kearah kedua sahabat nya yang masih berdiri di luar mobil.
"Jangan lupa kabarin gue ketika lo pada sampai di rumah" Teriak Fela memperingati kedua sahabat nya.
Jihan mengangkat jempolnya pertanda mengiyakan ucapan Fela. Semntara Ria,hanya mengangguk pelan. Kemudian mereka masuk ke dalam mobil masing-masing.
Mobil Jihan melaju dengan kecepatan sedang, ketika hampir mendekati perempatan Jihan teringat dengan suatu tempat yang dulunya menjadi tempat Pavorit nya.
"Pak, mampir ke cafe Cuanlo yah pak" Pinta Jihan pada supir. Pak supir pun mengangguk menjawab ucap dari Jihan.
Setelah melihat respon pak supir, Jihan pun mengalihkan pandangannya ke luar jendela kaca mobil. Matanya menyapu bersih setiap pemandangan kota yang terbentang di matanya.
Sudah banyak yang berubah, kota ini tampak semakin maju dari terakhir kali Jihan melihatnya. Setelah 7 tahun tak di kunjungi, Jihan merasa kotanya semakin indah, walaupun terdapat kemacetan yang lebih dari sebelumnya.
Setelah beberapa lama melaju, akhirnya mobil yang Jihan tumpangi berhenti di depan sebuah Cafe.
"Sudah sampai Non" Ucap pak supir memberitahu. Jihan pun dengan semangat keluar dari mobil nya, di bantu oleh pak supir yang membukakan pintu. Pertama kali yang ia lakukan adalah menatap gedung cafe.
"Masih awet dan terlihat sama" Gumam Jihan, sebuah lengkungan sabit menempel di bibirnya.
Dengan langkah ringan, Jihan melangkah masuk ke dalam cafe. Ia sudah tidak sabar untuk mencicipi eskrim ke sukaannya dan juga cofee Pavorit nya.
Belum sempat mencapai ganggang pintu, tiba tiba seseorang keluar dari dalam cafe dengan terburu-buru.
Brak~
"Aws.. " Jihan meringis menahan ngilu di bokongnya. Celana jins dan baju kaos putihnya terlihat kotor terkena ciprakan kopi. Jihan berusaha untuk berdiri, menepis nepiskan tangannya pada area bokong yang terdapat switer rajut sedang memeluk erat pinggang nya.
"Heh! Kalo jalan tu liat liat dong!! Basa ni!! " Bentak Jihan di sela sela aktivitas nya membersihkan celanya dan juga baju nya. Namun tidak ada respon.
Pria yang menyebabkan baju dan celana Jihan kotor hanya diam saja tanpa bereaksi apa apa. Hal itu Membuat Jihan yang sudah kesal semakin kesal. Seharusnya pria itu minta maaf atau menyesali perbuatannya. Bukan malah diam seolah olah Jihan baru saja menabrak patung.
"Kenapa diam aja? " Bentak Jihan lagi, sembari mendongakkan kepala nya. Di tatapannya pria yang sedang berdiri dengan angkuh di depannya. Jihan semakin kesal, pria itu terlihat tidak merasa bersalah, apalagi minta maaf.
Bukan hanya Jihan, pria yang bernama Alviro itu cukup kaget melihat reaksi cewe di hadapannya ini. Dia terkesan biasa saja ketika melihat wajah tampan Alviro.
"Dia pikir gue bakalan tertipu dengan sekpresi sombong nya itu. Gue tahu dia pasti seperti cewe cewe lain. " pikir Alviro, ia mengira Jihan sama seperti cewe cewe lain yang sengaja membuat masalah dengan Alviro, agar mendapat perhatian lebih dari seorang Alviro.
Alviro masih menatap wajah cantik wanita yang menatapnya sengit, hidung mancung, kulit putih dan tubuh profesional. Terkesan sempurna di mata Alviro.
Eh malah dia yang terpesona.
"Kenapa? Gak bisa make mata? apa perlu gue ajarin lo, bagaimana caranya memakai mata huh? " Hardik Jihan membuat Alviro tersadar, bahwa wanita yang di hadapannya ini bukanlah wanita idaman. Seketika pujian yang sempat terpikir di benak Alviro menguap begitu saja.
"Heh, lo pikir dengan gue diem. Bararti Gue yang bersalah huh?" Balas Alviro dingin.
"What?? Lo gila apa? . Jelas jelas lo yang jalan gak pake mata. Trus menubruk tubuh gue dan membuat baju gue kotor! " Teriak Jihan sembari menunjuk kaos dan celana nya yang kotor.
Kegaduhan yang mereka buat, memancing perhatian dari pengunjung cafe cuanlo, mereka mulai berkerumun menyaksikan perdebatan Alviro dan Jihan.
"Denger yah gadis sialan, gue tahu kok, lo sengaja kan cari masalah agar dapat perhatian dari gue? " Ucap Alviro dengan percaya diri nya.
"Cuih... Gak ada gunanya gue cari perhatian dari cowo sialan seperti lo" Balas Jihan meludah ke samping.
"Astaga..." mereka yang menonton perdebatan itu seketika menahan nafas melihat aksi berani Jihan.Baru kali ini ada gadis yang berani menghina seorang Alviro.
Tentu saja hal itu merupakan penghinaan bagi seorang Alviro. Siapa sih yang bisa menolak pesona pria tampan seperti Alviro?, Semua orang pasti tahu siapa Alviro, dan pasti akan klepek klepek juga berada di deketnya.
Namun Berbeda dengan Jihan,cewe ini terlihat biasa saja. Jihan tidak tergiur dengan pesona cowo menyebalkan yang ada di hadapan nya ini.
"Eh... Keributan apa tu? " Ucap Albi melihat kerumunan di depan cafe yang baru saja mereka tinggalkan.
"Eh itu Al, " Pekik Babas melebarkan matanya melihat ketua geng mereka terlibat masalah dengan seorang gadis cantik. Kelima anak Wolf berdiri tak jauh dari kerumunan itu, mereka hanya memperhatikan dari jarak jauh.
"Widih..... Sadis banget tu cewe. " Gumam Albi katika melihat gadis itu memberikan penghinaan kepada Alviro.
"Bener, baru kali ini ada cewe yang berani melawan Al" Sahut Babas.
"Udah, lu pada diem deh" Serga Liem.
"Tau ih" Sahut Eldi. Sementara ringgo hanya diem memperhatikan cewe yang sedang beradu mulut dengan Al.
"Cepat minta maaf! " Ucap Alviro mendesak Jihan agar mengakui kesalahan yang tidak di perbuat nya. Tentu saja Jihan menolak nya.
"Enak saja! Lo pikir gue yang sengaja menubruk ke tubuh najis lo itu Huh! " balas Jihan tak mau kalah. Mereka saling melempar tatapan tajam. Sampai kapanpun Jihan tidak akan mau meminta maaf pada pria brensek seperti Alviro. Sudah jelas pria itu yang bersalah, kenapa malah dirinya yang meminta maaf.
"Cantik yah Bas" Ujar Albi mengusap lengan babas.
"Iya bi, kenapa gak gue aja yah yang menubruk tu cewe" Sahut babas lagi.
Peletak!
"Aw sakit Eldi"
"Tau ih Liem, main jitak aja" Sungut keduanya mendelik kesal kepada Liem dan Eldi yang tiba-tiba melayangkan jitakan kuat kepada mereka.
"Kalian itu berisik tahu gak, Alvi lagi ada masalah juga. Malah mikir mikir yang begituan" Akhirnya Ringgo angkat bicara. Jika sudah begini maka mereka harus diem. Jarang jarang Ringgo mengeluarkan suara tanpa sesuatu yang penting.
Mereka kembali memperhatikan Alviro dan cewe itu. Mereka tidak berniat untuk melerai keduanya. Mereka malah merasa ini adalah tontonan yang menghibur. Kapan lagi kan, melihat Alviro begitu kesal dan tidak mau kalah dengan seorang cewe.
"Wahh cewenya berani banget yah, "
"Tapi cowo nya gak sadar diri, masa cewe di lawan"
"Iya yah, cemen banget"
Alviro melirik pada kerumunan yang membicarakan mereka. Ternyata lumayan banyak pengunjung di cafe Cuanlo hari ini. Karena tidak mau membuat kerumunan semakin banyak, Alviro memutuskan untuk pergi dari sana.
"Awas lo nanti! " Peringat Alvi menunjuk wajah Jihan, kemudian berlalu bersama teman temannya.
"Idih, di pikir gue takut! " Cibir Jihan melenggang masuk ke dalam cefe. Penonton aksi mereka tadi sudah mulai bubar dan kembali ke meja masing-masing.
Ketika memasuki cafe, Jihan merasa jika para gerombolan cewe menatap aneh kepadanya. Namun Jihan tampak acuh, ia pikir cewe itu berpikiran sama seperti cowo tadi. Menuduhnya sengaja melakukan hal bodoh tadi. Siapa dia, pikir Jihan mencibir.
"Bos.. Di luar ada kerumunan" Ucap salah satu pelayan pada Rendi. Si pemilik cafe cuanlo.
Rendi baru saja keluar dari kamar mandi, entah mengapa perutnya terasa sangat mules, sehingga membuatnya berlama lama di dalam kamar kecil itu.
Randi berjalan cepat ke depan, ia mencari cari dimana kerumunan itu.
"Yah, sudah bubar. Gue kan belum lihat pertempuran apa yang terjadi" Ucap Rendi mendramatisir. Rendi berbalik menuju ke ruangannya. Namun, ia cepat cepat membalik kan tubuhnya kembali ke tempat semula ketika melihat sosok yang tidak asing di mata nya.
Perlahan, pria tampan itu mendekati seorang gadis yang duduk di meja yang baru saja di kosongkan oleh geng wolf.
"Permisi? " Ucap Rendi sopan. Membuat gadis dengan rambut panjang di ikat tinggi menoleh padanya.
"Ah gue gak salah, ternyata ini benar-benar lo! " Ucap Rendi sembari melesat duduk di depan Zia.
"Kenapa? Gak suka? " Ketus Jihan
"Aiss kau ini, masih saja jutek dan judes" Gerutunya Rendi kesal, ia hendak menjitak Jihan, tapi terhenti ketika gadis itu menatapnya tajam.
Jihan kembali asik menikmati cappucino oreo krim coklat kesukaan nya. Ia mengabaikan Rendi yang menatap lekat dirinya.
"Lo kapan balik? " Tanya Rendi bersikap seperti biasa.
"Barusan" Jawab Jihan singkat.
"Gue serius Jihan! " Kelu Rendi cemberut.
"Gue juga serius, emang lo liat gue tertawa? " Balas Jihan lagi.
Rendi memejamkan matanya menahan kekesalan yang mendalam, jika tidak mengingat Jihan adalah adiknya Lea, maka Rendi sudah menenggelamkan Jihan ke dalam laut terdalam di muka bumi ini.
...----------------...
Sementara di basecamp , Alviro tampak mengamuk. Rasa malu yang cewe itu beri kepada dirinya masih terlihat di depan mata.
"El, selidiki tentang gadis itu " Titah Alviro.
"Buat apa Al? Lo tertarik sama tu cewe? " Tanya Babas. Alviro tidak menjawab, ia malah merebahkan tubuhnya di atas ranjang basecamp.
"Seperti nya tu cewe bukan tinggal di daerah sini deh, atau kota kota terdekat.Gue baru liat tu cewe" Gumam Albi.
"Bener, gue juga belum pernah liat tu cewe " Sahut Liem.
"Udah lah, ngapain juga kalian mikirin tu cewe. Sekarang pikirin gimana caranya kalian lulus ujian harian besok pagi" Lerai ringgo, menghentikan pikiran pikiran teman temannya tentang cewe itu.
"What?? gue belum ada membaca materi sedikit pun...." Erang Albi dan Babas bersamaan. Sementara Ringgo dan Liem hanya menggeleng melihat tingkah keduanya. Entah sejak kapan playboy cap katak itu pernah membaca buku.
Di antara mereka yang memiliki otak cerdas hanya ringgo dan Eldi, walaupun tidak juara, setidaknya mereka berdua tidak pernah mendapatkan nilai di bawa 85.
"Entah kutukan dari mana gue bisa punya teman kaya lo pada" Lirih Liem menghela nafas berat.
Bug.
"Sialan lo" Umpat Albi melempar bantal pada Liem. Di sambut gelak tawa ketika melihat wajah cemberut Albi dan Babas.
...-----------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Dian Rahmawati
alviro sok ganteng
2024-06-30
0
noona jekey💜💜💜
penasaran seberpa ganteng'y seorang alviro ok gw selediki 😌
2022-01-10
0
Senja Merona🍂
alviro emang kamu punya malu?🙈
2021-11-02
0