Kami berangkat menggunakan mobil Jacob, karena di antara kami berlima hanya dia yang mempunyai kendaraan pribadi.
Setau kami dia memang anak orang kaya tapi untuk latar belakang keluarganya sendiri kami semua tidak ada yang mengetahuinya dengan jelas. Dia tidak pernah menceritakannya pada kami, lagi pula Jacob memang tipe orang yang tidak banyak bicara. Sangat berkebalikan dengan Jasen si annoying itu bukan. Selama ini dia sangat baik pada kami. Sangking baiknya, bahkan isi kulkas di rumah ini keseringan dia yang memenuhinya, bagiku tentu saja itu sangat membantu untuk menghemat uang saku. Sayangnya tahun ini dia sudah akan lulus. Selain berasal dari keluarga kaya poin penting lainnya dia juga memiliki wajah yang tampan, kalian harus menggaris bawahinya. Aku tidak tau kenapa dia memilih tinggal beramai-ramai begini padahal dia pasti sangat mampu untuk menyewa apartemen sendiri sekalipun. Di kampus kami dia juga termasuk siswa pria yang populer. Woah, aku baru sadar ternyata selama ini aku di kelilingi orang-orang populer.
Sekarang jam 10.15pm dan kita sedang menuju ke summer ball. Kita menuju gedung founders. Kalian tahu, akan ada acara apa saja disana? Mabel akan datang, Sclub 3 dateng, iya sclub 3. Mereka bakal datang meskipun aku tidak tau mereka siap haha, yang pasti teman-temanku sangat menyukai mereka. Ada apa lagi ya. Ah iya, ada wahana juga, ada kasino, ada labirin, ada ruang gliter, ada foto profesional juga, terus ada kincir ria juga pokonya kaya permainan dufan tapi secara mini, nah benar kalian bisa membayangkannya seperti itu.
Saat sampai di tempat acara dia adakan, mataku disuguhi pemandangan yang sangat menakjubkan. Gemerlap lampu yang indah. Sangat banyak sekali orang, mungkin hampir semua penghuni kampus datang kesini.
DJ memainkan musik dengan semarak, lampu-lampu yang indah berkelap kelip menambah kesan meriah. Kami semua bergembira bernyanyi bersama dan juga ikut menari mengikuti irama musik. Rasanya seperti menghadiri konser musik tapi lebih privat. Kami juga mencoba berbagai wahana permainan, Suara ku sampai serak karena tidak berhenti berteriak sejak tadi.
Di pesta seperti ini minuman beralkohol tentu saja hal yang wajib, hampir semua orang disni memegangnya di tangan masing-masing. Tak terkecuali aku, karena sangat penasaran akhirnya hari ini aku mencobanya juga. Rasanya sangat pahit, tidak enak sama sekali. Aku heran kenapa orang-orang sangat menyukainya.
Pacar baru Sian mendatangi kami, yang tentu saja di sambut hangat oleh Sian yang sekarang sedang bergelayut manja di lengan kekasihnya itu. Lalu tidak lama merek sudah menghilang entah kemana. Dasar gadis itu, aku di tinggal lagi. Aku jadi sedikit kesal lalu menenggak lagi minuman yang ada di tanganku dengan sekali tegukan. Hoek..., pahit.
Saat ini aku tinggal bertiga bersama Jacob dan Thea, karena Sian barusan pergi dengan pacarnya. Sementara Jasen sejak datang tadi dia sudah menghilang entah kemana, paling-paling dia langsung pergi berburu wanita yang bisa dia ajak tidur untuk menghangatkan ranjangnya.
"Wow, Linda kamu hampir menghabiskan minuman mu." Thea takjub karena biasanya aku tidak pernah ikut meminum minuman beralkohol.
Thea mengangkat tangan lagi mengajak kami untuk bersulang.
Dengan terpaksa aku mengangkat tanganku juga, meminum cairan pahit itu lagi dan lagi. Rasanya aku mulai merasa sedikit pusing.
Thea barusan pergi juga karena ada temannya menghampiri kami lalu membawanya pergi entah kemana. Kini tinggal kami berdua, aku dan Jacob. Sebenarnya sejak tadi sudah banyak para gadis yang dateng pada Jacob, tapi dia tidak menanggapinya.
Aku mulai bernyanyi berteriak dan menari lagi, kali ini aku melakukannya dengan sedikit heboh karena sepertinya minuman itu sudah mempengaruhiku. Iya teman-teman aku mulai mabuk dan kehilangan sedikit kesadaran ku. Untungnya Jacob tidak meninggalkanku sendirian. Saat ada pria yang datang menggodaku, dia dengan sigap menyingkirkannya.
Sudah hampir jam 3 pagi. Ternyata sudah selama itu kami disini dan sekarang aku sangat lelah. Dengan sedikit sempoyongan aku menghampiri Jacob.
"Jacob aku sudah lelah, apa kamu masih akan disini?" Aku bertanya padanya karena tidak tau bagaimana caranya aku bisa pulang bila keadaanku setengah mabuk begini.
"Baiklah ayo kita pulang."
" Lalu, bagai mana dengan yang lain?" Aku bertanya karena bagaimanapun juga tadi kita datang bersama-sama bukan.
"Biarkan saja, mereka masih bersenang-senang."
Akhirnya aku hanya pulang berdua saja dengan Jacob. Aku berjalan dengan sedikit sempoyongan lalu Jacob memapah ku menuju mobilnya. Rasanya aku tidak minum terlalu banyak tapi kenapa efek nya separah ini, mungkin karena aku tidak terbiasa kali ya.
Sepanjang perjalanan aku terus berbicara meracau tidak jelas, pasti telinga Jacob berdengung dan pusing karena mendengarkan ocehanku sepanjang jalan ini.
Aku masuk ke dalam rumah masih dengan bantuan Jacob. Dengan setia dia masih memapah ku sampai masuk kedalam rumah, belum sampai ke kamarku tiba-tiba saja perutku terasa bergejolak, dan dengan tidak tahu malunya aku memuntahkan semua isi perutku. Sialnya semua itu mengenai tubuh Jacob. Aku benar-benar merasa bersalah padanya.
Dia terlihat sedikit kesal lalu pergi menuju kamarnya yg kebetulan ada di hadapan kami ini.
Aku mengekornya untuk meminta maaf tapi perutku kembali bergejolak. Aku seger berlari ke kamar mandi yang ada di kamar ini, karena tidak ingin Jacob tambah kesal padaku kalo sampai aku mengotori lantai kamarnya juga dengan muntahan.
Sepertinya dia kasihan melihat keadaanku begini, jadinya dia ikut masuk ke kamar mandi lalu memijat pundak ku pelan, berusaha sedikit meringankan rasa mual ku.
Setelah selesai memuntahkan isi perutku, aku segera mencuci mulut dan membasuh mukaku. Setelahnya aku menatap cermin untuk melihat penampilanku yang pastinya terlihat buruk ini, tetapi perhatianku teralihkan oleh pemandangan indah. Jacob masih berdiri tepat di belakang tubuhku. Kenapa aku baru menyadarinya ya, ah sepertinya tadi pas awal masuk kamar dia memang langsung membuka bajunya. Lagi pula siapa yang akan tahan lama-lama memakai baju yang banyak muntahan nya. Iiuuuh.
Aku teringat lagi dengan niat awal ku mengikutinya tadi, iya aku akan meminta maaf padanya kan.
Aku membalikan tubuh , "Jacob aku--" Suaraku tercekat, perhatianku teralihkan dengan pemandangan yang tersaji di hadapanku ini. Bagaimana tidak, jarak kami sangat dekat bahkan tubuh kami hampir menempel. Perut kotak-kotak dengan rambut halus yang berbaris rapi dari atas pusar menuju daerah terlarangnya, membuat sesuatu di dalam perutku bergejolak kembali. Sekarang di dalam perutku rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu yang sedang mengepakkan sayapnya. Tidak, tidak . Aku tidak ingin muntah lagi. Rasa ini sungguh membuatku ingin menyentuh enam kotak yang berbaris satu persatu itu dan menelusurinya. Tanganku hampir saja terulur untuk menyentuhnya.
Jacob melihat ke arah pandanganku, "Aku apa Linda, lanjutkan!" dia berbisik, lalu dia menarik pelan tanganku dan meletakkannya di tempat yang sejak tadi ku pandangi, membuatku tersentak kaget tapi juga senang karena bisa menyentuhnya.
Jacob memejamkan matanya saat kulit kami bersentuhan, rasanya hangat dan sangat keras. Seperti dugaan ku.
Setelah menyentuhnya aku menjadi semakin penasaran lalu jemariku mulai bergerak, bergerilya dengan pelan, menyusuri kotak satu ke kotak yang lainnya. Jacob mengerang membuatku semakin bersemangat untuk menyentuh bagian lainnya juga.
Saat tanganku akan memasuki area pangkal rambut halus yang berbaris itu, Jacob membuka mata dan mencekal tanganku.
"Kau ingin menyentuhnya hem?" Jacob berbisik di telingaku dengan sedikit sensual.
Aku hanya bisa menelan ludah dan menggigit bibirku, tidak bisa menjawabnya, suaraku mendadak hilang.
Jacob kembali berbisik, "Kalau kau tetap ingin meneruskan sentuhan mu, aku tidak jamin bisa membiarkanmu keluar dari sini begitu saja."
Duh bagaimana ini. Ternyata benar apa kata ibu jangan pernah berduaan sama laki-laki, berbahaya.
Tangan Jacob terulur menyentuh pipiku perlahan, lalu membelainya. Tubuhku tidak bisa di gerakan. Aku hanya diam mematung tidak bisa menolak sentuhannya. Tubuhku pun seakan mendamba dan menunggu sentuhan selanjutnya. Apa dia akan mencium ku? oh tidak apa yang harus aku lakukan, ibu....
Tangan jacob perlahan menyentuh bibir ku, mengusap nya pelan dengan ibu jarinya. Mataku terpejam menikmati sentuhannya.Oke aku memilih memejamkan mata saja, rasanya aku tidak tahan sekali jika aku harus memandangnya.
"Diam berarti setuju!" sergahnya tegas. Aku langsung tersadar mataku terbuka mendengarnya bicara.
Benar juga, kalo aku melakukannya dengan Jacob rasanya pasti akan canggung karena kita tinggal satu rumah. Bagaimanapun juga ini kali pertama untukku, pasti aku tidak akan bisa melupakannya begitu saja bukan. Lebih baik aku segera pergi dari sini, ya benar begitu saja.
"Aku--" baru saja aku akan menjawab, Jacob sudah menyambar bibirku dan ********** dengan dalam dan keras.
"Sudah terlambat, aku tidak akan melepaskan mu." Dia berbicara dengan cepat di sela ciuman kami.
Lalu setelahnya dia kembali menyambar bibirku, ciumannya semakin intens dan dalam. Aku kewalahan menerima serangan demi serangan darinya. Nafasku sudah hampir habis, aku menepuk dadanya meminta di lepaskan. Aku tidak mau mati karena berciuman, pikirku.
Dia menyesap bibirku dengan kencang baru setelah itu melepaskannya. Jacob merengut merasa belum puas dan kesal karena aku mengganggu aktifitas menyenangkannya.
"Kau mau membunuhku?" aku berujar dengan nafas yang masih tersenggal-senggal lalu aku menghirup udara dengan rakus sebanyak yang ku bisa .
Jacob tidak menjawab dia hanya menyunggingkan bibirnya, "Maaf, bibirmu sangat manis aku jadi tidak bisa berhenti," ujarnya sambil tersenyum, aku tersipu mendengar pujiannya. Dia kembali menarik wajahku dan menciumku lagi. Kali ini aku tidak hanya diam aku juga ikut membalas ciuman Jacob yang sungguh sangat memabukan ini. Aku mengikuti naluri yang seakan menuntunku. Sebenarnya aku juga tidak ingin berhenti kalo saja oksigen dalam rongga paru-paru ku ini tidak akan habis.
Setelah pasokan udara di paru-paru kami sudah terisi lagi, ciuman intens kami kembali di mulai. Suasana semakin panas, Jacob membawaku dalam gendongannya, lidah kami masih tetap saling membelit. Aku mengaitkan kaki ke pinggangnya dan tanganku mengalung dengan erat di lehernya. Jacob berjalan, mambawaku ke tempat tidurnya.
Jacob menjatuhkan ku dengan pelan di kasurnya.
"Kau siap?" kata Jacob. Aku mengangguk mantap.
Panggung musik di summerball
Sian yang lagi heboh joget
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Taurus Garangan
keren.. kereen
2022-01-06
0
𝕹𝖚𝖗𝖚𝖘𝖞𝖘𝖞𝖎𝖋𝖆
Jedug.. jedug.. jedug..
💃💃💃💃😂
2021-12-14
2
Nadia N
Awww deg degan bacanya 😆😆
#PenAutoon
2021-12-14
2