Anita bertanya pada Gilwang dengan tatapan penuh curiga. Sedangkan Gilwang hanya menunjukkan kegusarannya sembari memikirkan jawaban yang tepat. Kebetulan sekali saat itu Amira sedang membawa minuman untuk di suguhkan. Muncul dibenak Gilwang.
"Oh, dia pembantu baru disini."
"Pembantu barumu! Kenapa dia ceroboh sekali, mengganggu kesenangan kita saja," ucap Anita menyeringai.
Gilwang tidak mengatakan yang sebenarnya, kalau wanita berhijab yang ada di rumahnya adalah istri yang baru dinikahinya kemarin. Gilwang takut Anita marah besar dan menuntutnya.
"Apa katamu Gilwang, aku pembantu barumu?" Protes Amira sedikit nggak terima.
"Ya, kamu pembantuku sekarang. Kenapa? Kamu mau protes!" bentak Gilwang. Amira jadi menciut.
"Apa aku dinikahi hanya dijadikan pembantunya? Apa maksudnya semua ini?" Batin Amira gereget tidak mengerti dengan sikap Gilwang.
Gilwang merasa tidak nyaman dengan kehadiran Amira. Gilwang mengajak Anita masuk ke kamarnya. Gilwang sangat takut Amira menunjukkan jati dirinya, dan mengatakan yang sebenarnya kalau dia adalah istrinya.
"Siapa sebenarnya wanita itu? datang langsung memeluk mas Gilwang. Apa dia kekasih mas Gilwang yang katanya ingin dinikahinya?" gumam Amira sembari mungutin pecahan gelas.
Setelah sampai di kamarnya, Gilwang melepaskan gandengan tangannya, dan segera menanyakan tentang kedatangan Anita yang tiba-tiba.
"Bukannya kamu berlibur Anita?" Tanya Gilwang.
"E.., aku sudah pulang dari liburanku. Aku merasa bosan jalan-jalan sendirian, itu karena kamu nggak ikut bersamaku, jadi aku pulang cepet." Anita berbohong pada Gilwang.
"Harusnya kamu lebih lama bersenang-senangnya walau tanpa aku. Uangku selalu bersamamu." pekik Gilwang.
"Nggak bisa sayang, aku nggak hanya butuh uangmu tapi juga dirimu, karena aku ingin selalu bersamamu," rayu Anita dengan manja membuat hati Gilwang berbunga-bunga.
"Aku juga sayang sama kamu, lain kali kita akan jalan-jalan bersama."
Mereka berdua kembali saling berpelukan didalam kamar yang pintunya sedikit terbuka. Tak sengaja Amira yang mau masuk ke kamarnya yang ada disebelah kamar Gilwang, melihat pemandangan yang tak mengenakan hatinya.
"Mereka berpelukan lagi! Sungguh keterlaluan. Ini nggak bisa dibiarkan." Amira sangat kesal melihat suaminya yang bermesraan dengan wanita lain yang bukan muhrimnya.
Amira nyelonong masuk kamar Gilwang tanpa permisi dan menghentikan aksi pelukan mereka.
"Kalian tidak boleh berpelukan seperti ini, ini adalah perbuatan maksiat." Amira melepas paksa pelukan mereka.
"Apa yang kamu lakukan Amira!" Netra Gilwang menatap tajam ke arah Amira menunjukkan kemarahannya.
Anita mendekati Amira dan tanganya reflek menampar wajah cantik Amira. Amira merasa kesakitan hingga mengeluarkan air matanya.
"Lancang sekali kamu. Kamu itu siapa? Jangan sok ikut campur urusan kami, pembantu aja belagu," cetus Anita.
"Kamu ingin tau aku siapa?" ucap Amira dengan berani.
Netra Gilwang makin tajam menatap Amira yang takut Amira benar-benar akan mengungkapkan jati dirinya. Amira merasa nggak takut lagi, semua harus di perjelas.
"Aku adalah istrinya Gilwang yang baru dinikahinya kemarin," ceplos Amira.
"Kamu istrinya Gilwang!! Benarkah sayang ucapannya."
Gilwang nampak gugup dan gelisah, tak bisa lagi berbohong.
"Iya, dia memang istriku yang di jodohkan oleh kedua orang tuaku," ucap Gilwang jujur.
"Jadi dia benar istrimu. Kamu penghianat Gilwang, katanya kamu akan menikahiku, kenapa malah menikah dengan orang lain." Anita murka.
Anita sangat murka saat itu dan menuntut Gilwang yang membohonginya. Gilwang pun menjelaskan padanya, bahwa pernikahan ini hanya perintah orang tuanya yang tak bisa di tolak dan harus terjadi. Gilwang harus menuruti perintah Ayahnya supaya tetap menjadi anaknya dan menjadi pemimpin di perusahaan milik ayahnya.
Dan Gilwang mengatakan pernikahannya tidak boleh putus dengan Amira. Jika sampai terputus Gilwang tidak akan mendapatkan apa-apa. Jadi Gilwang harus bertahan dengan istri yang tidak dicintainya.
Gilwang mengatakan pada Anita akan memenuhi janjinya yaitu menikahinya. Gilwang menawarkan pada Anita untuk bersedia menjadi istri keduanya, karena Amira istri pertama sudah memberi izin Gilwang untuk menikah dengannya dengan syarat tidak menceraikannya. Tapi pernikahan harus di rahasiakan dan secara siri.
Anita tak langsung menerimanya dan meminta waktu untuk berpikir dulu. Anita tiada menyangka rencana mulusnya yang hampir tercapai untuk mendapatkan Gilwang orang yang sangat mencintainya dan rela melakukan apa saja padanya, namun kini muncul kendala yang membuatnya dalam kebimbangan
Anita memang tidak mencintai Gilwang, tapi dia gencar ingin dinikahi Gilwang anak dari pengusaha sukses yang nantinya akan mengelola perusahaan ayahnya. Anita mbutuhkan uang Gilwang untuk menyambung hidupnya dan juga keluarganya yang saat ini ekonominya tengah terpuruk karena bangkrut.
Setelah satu hari memikirkannya, dan berunding dengan orang tuanya, akhirnya Anita menyetujui tawaran Gilwang. Dia rela dinikah siri dan menjadi istri kedua yang dirahasiakan. Namun dibalik semua itu, Anita mempunyai rencana yang lebih besar.
Amira yang tak ingin melihat suaminya mengumbar kemaksiatan dengan Anita kekasihnya, dia pun menyuruh Gilwang untuk segera menikah saja lebih cepat lebih baik. Bagaimana pun juga Gilwang adalah suami yang dicintainya. Amira tidak mau orang yang dicintainya terjerumus dalam lembah dosa.
Pernikahan pun dilaksanakan di rumah Gilwang yang hanya dihadiri Amira dan kedua orang tua Anita yang akan menjadi wali dan juga saksi. Tak ada kemewahan diacara pernikahan Anita. Meski Anita memimpikan akan menikah dengan Gilwang dengan sangat mewah dan meriah.
Kenyataannya dia harus nerima dengan pernikahan yang sederhana bahkan di bilang sangat sederhana, karena tak ada pesta bahkan tamu yang datang.
Pernikahan sudah akan dilaksanakan, Nampak kedua mempelai saling melemparkan senyum, begitu juga kedua orang tua Anita yang sangat senang anaknya bisa menikah dengan Gilwang. Namun tidak dengan Amira. Tersirat di wajahnya kesedihan.
Meski dengan mudah mengizinkan orang yang dicintainya menikah dengan orang lain, di lubuk hati yang terdalam terukir kata tak rela dan nggak terima berbagi suami. Apa lagi tak mendapat balasan cinta sedikit pun dari suaminya, menambah gemuruh riuh di hati Amira saat ini. Rasanya air matanya ingin menetes, namun dengan sigap Amira bisa menahannya.
"Sudah siap," ucap pak penghulu.
"Sudah pak," jawab Gilwang dengan mudahnya.
Namun saat pak penghulu mengucap kata ijab, Gilwang sedikit sulit mengucapkannya hingga mengulanginya lagi. Gilwang tak merasa gugup, tapi kenapa masih salah mengucapkan kata ijabnya, tidak seperti saat menikahi Amira orang yang tidak dicintainya begitu mudah mengucapkan kata ijabnya.
Gilwang mengucap kata ijab hampir kesepuluh dan akhirnya terdengar kata sah juga dari para saksi. Senyum lega menghiasi kedua mempelai dan kedua orang tua Anita. Amira memilih pergi meninggalkan mereka. Jantungnya rasanya ingin meledak saat mendengar kata sah dari para saksi, yang menunjukkan Gilwang dan Anita sudah sah menjadi pasangan suami istri.
Bersambung...
Buat yang baca kasih like dan jadikan cerita ini favorit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Nena Anwar
bisa setegar itu ya Amira
2021-12-16
0
Freen 🐰
kenapa ga memilih berpisah aja sih amira dari pada lanjutkan pernikahan mu dengan suami mu dari pada kamu tidak di perlukan adil sma suami mu
2021-11-21
4