Dipagi yang cerah, semua keluarga Hendro sudah berkumpul di ruang makan untuk makan pagi, termasuk juga Gilwang. Sembari menikmati makan paginya Gilwang mengatakan pada ayahnya, dia menyetujui perjodohannya dengan anak pak Hadi, tanpa ditanya.
Raut wajah Hendro dan Irma nampak bahagia mendengar pernyataan Gilwang yang dengan mudahnya memusnahkan egonya hanya dalam semalam.
"Ibu seneng banget Gilwang, akhirnya kamu setuju dengan perjodohan ini," ucap Irma merasa lega setelah sempat menghawatirkan keegoisan Gilwang kemarin yang kukuh tidak ingin dijodohkan.
"Anak papa pasti bisa dihandalkan seegois apa pun, pasti dia menyetujui perintah orang tuanya," puji Hendro.
"Kalau bukan karena ancaman ayah, aku tidak akan bersedia," batin Gilwang meronta-ronta.
Gilwang sedikit muak dengan ucapan ayahnya yang sering mengancamnya supaya menuruti perintahnya.
Gilwang terpaksa menyetujui perjodohan yang di atur orang tuanya karena satu alasan, supaya tetap menjadi anak dari Hendro Wijaya yang akan menggantikannya memimpin perusahaan miliknya yang memang sudah dijanjikan padanya kalau dia sudah menikah nanti.
Karena Gilwang setuju dengan perjodohan ini, Hendro berunding dengan Hadi, akan segera mempertemukan mereka sekaligus melamarnya dan menentukan hari pernikahan untuk mereka.
Pertemuam diadakan di rumah Hadi dan akan sesegera mungkin dilaksanakan, lebih cepat lebih baik.
****
Hendro meberitahu Gilwang, sebelum menikah harus bertemu dengan calon istrinya, supaya saling mengenal dan nanti tidak canggung saat hari pernikahan tiba. Namun Gilwang menolak dengan tegasnya.
Gilwang tidak mau diadakan acara pertemuan segala, cukup dia menyetujui perjodohan saja. Lagian juga percuma dipertemukan dengan calon istrinya, toh Gilwang tidak akan menaruh cinta pada wanita lain bahkan itu calon istrinya sendiri, selain pada Anita kekasih pujaannya.
***
Gilwang jadi merasa bersalah pada Anita, setelah kemarin melamarnya dan mengatakan akan menikahinya, malah akan menikah dengan wanita lain. Gilwang tidak ingin Anita tau perihal perjodohannya dengan wanita lain. Akhirnya Gilwang menemukan cara supaya Anita tidak mengetahuinya.
Gilwang menyuruh Anita pergi keluar kota untuk jalan-jalan dan bersenang-senang dalam beberapa hari. Gilwang memberi hadiah pada Anita karena sudah mau menemani hari-harinya selama beberapa bulan ini. Dengan seluruh jiwa dan raganya Anita menerima hadiah pemberian Gilwang.
Gilwang mengatakan tidak bisa ikut bersama dengan Anita, dengan alasan banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Anita malah semakin senang Gilwang tidak ikut bersamanya. Baginya kehadiran Gilwang tidak begitu penting, yang penting uangnya Gilwang selalu menemaninya.
Gilwang menyerahkan semua urusan pernikahan pada kedua orang tuanya. Gilwang tidak mau tau, yang penting Gilwang memenuhi perintah mereka untuk menikah. Entah nanti bisa menjalaninya atau tidak dengan wanita yang dijodohkannya yang tidak dicintainya. Karena saat ini hanya ada Anita di hati Gilwang, yang sebenarnya ingin dinikahinya.
Menurut Gilwang Keinginan orang tuanya yang penting terpenuhi demi kesepakatan yang sudah dibuat. Setelah itu Gilwang akan berbuat semaunya dia, karena sudah mendapatkan yang dia incar selama ini, yaitu menjadi pemimpin perusahaan milik ayahnya.
Sama juga dengan Amira yang tidak mau dipertemukan dengan calon suaminya. Amira tidak mau tau calon suaminya seperti apa. Entah se ganteng apa. Karena dibenaknya selalu muncul kekhawatiran tentang dirinya yang susah jatuh cinta pada seorang lelaki.
Akhirnya tanpa pertemuan, tanpa lamaran, kedua belah pihak dari keluarga Amira dan keluarga Gilwang sepakat menentukan hari pernikahan mereka. Dan sudah ditentukan setelah kedua belah pihak berunding. Pernikahan akan dilaksanakan satu minggu lagi.
Dalam satu minggu nampak dua keluarga tengah sibuk mengatur acara untuk pernikahan kedua anaknya. Tidak dengan kedua calon pengantin yang tampak tidak ingin pernikahan mereka terjadi meski sudah saling setuju harus menikah.
Nampak gundah gulana menerpa hati Amira dalam satu minggu berjalan. Selalu terselip kekhawatiran di hatinya yang takut tidak mencintai suaminya. Bagaimana nanti dia akan menjalani pernikahannya yang tak boleh dipermainkan karena itu perintah Allah dan rasulnya.
"Aku harus bagaimana nanti menjalani pernikahanku bu, aku takut sekali," ucap Amira mengutarakan kegundahan pada ibunya sembari berbaring di ranjangnya.
Widya menyadari pasti sangat berat untuk Amira yang tiba-tiba di jodohkan dan harus menikah.
"Ini sudah takdirmu menikah Amira, ibu yakin kamu bisa menjalaninya. Suatu hal yang ditentukan untuk kita, insya Allah kita bisa menjalaninya. Jadi kamu jangan khawatir. Banyak pernikahan dari perjodohan malah menjadi langgeng sampai tua," tutur Irma.
Selama satu minggu ini Amira hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar saja. Amira memilih tidak keluar rumah dan tidak memberitahu perihal pernikahannya pada teman-temannya, kalau sebentar lagi dirinya akan menikah.
Amira sangat malu, apa nanti kata teman-temannya, kalau tau dirinya menikah usai kelulusan karena di jodohkan. Padahal dia sering menolak cowok yang sudah menyatakan cinta padanya yang benar-benar mencintainya.
Di kantor tepatnya di ruangan Gilwang, nampak Gilwang menggerutu kenapa dia harus menjalani perjodohan ini dan tidak bisa menikah dengan orang yang dicintainya. Membuat Gilwang merasa frustasi andai dia bisa melarikan diri.
*****
Tak terasa satu minggu sudah berlalu, hari pernikahan sudah tiba. Semua sudah dipersiapkan. Karena acara pernikahannya sangat mendadak, jadi pernikahan hanya dihadiri beberapa keluarga dan beberapa tamu undangan.
Acara akad nikah akan dilaksanakan di rumah Amira. Sudah nampak Amira dengan riasan pengantinnya sedang duduk didepan kaca rias. Amira terlihat lebih cantik dari biasanya dengan balutan hijab di kepalanya yang kesehariannya tiada terlepas.
Gilwang dan keluarganya sudah datang, disambut Hadi dan istrinya mempersilahkan masuk dan menuju tempat akad. sekarang Gilwang sudah duduk di tempat ijab berhadapan dengan pak penghulu. Tinggal menunggu kehadiran mempelai wanita untuk memulai acara ijab qabul.
Salsa segera berlari memanggil kakaknya setelah mendapat perintah dari ibunya.
"Kak Amira, calon suamimu sudah datang!" Teriak Salsa dari depan pintu kamar Amira yang terbuka.
"Benarkah!" Jantung Amira jadi riuh gemuruh, rasa gugup, sedih, penasaran bercampur aduk.
"Cepat kak keluar, dia sudah menunggu kakak di tempat ijab," ucap Salsa lagi yang semakin membuat Amira badannya gemetar.
"Ayo keluar!" Tangan Salsa meraih tangan Amira dan menyeretnya keluar dari kamarnya.
"Kakak pasti terkejut melihat calon suamimu, dia sangat tampan banget seperti dugaanku, dia seperti artis korea," ucap Salsa sembari berjalan.
"Aku yakin pasti kakak bakalan suka sama dia." Salsa berucap dengan gemasnya. Tak ada reaksi apa pun yang ditunjukan Amira, selain gugup dan khawatir.
Sampailah di tempat ijab. Sebelum duduk disamping calon suaminya, Amira menatap wajah Gilwang yang lebih dulu menatapnya.
Sungguh menakjubkan Amira jantungnya berdegup kencang saat melihat ketampanan calon suaminya, bukan rasa khawatir yang ia rasakan, ternyata dia merasakan cinta dan kekaguman pada calon suaminya yang belum pernah ia rasakan sebelumnya pada laki-laki lain.
"Kenapa jantungku jadi berdegup kencang, apakah aku sedang jatuh cinta?" Tanya Amira dalam hatinya sembari memegang dadanya.
Sedangkan Gilwang sangat terkejut saat melihat calon istrinya.
"Hah! Ternyata dia gadis berhijab. Jadi calon istriku seorang yang berhijab, sangat jauh berbeda dengan Anita dia sama sekali tidak menggetarkan hatiku," batin Gilwang menyeringai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Puspa Trimulyani
pasti mau lah wanita matre, kalau wanita baik,dia akan bertanya tanya ada apa ini disuruh berlibur sendirian ga ditemani....sebab dia matre...yg penting uangnya saja,ga peduli berlibur nya sendiri juga yg penting uangnya diberi banyak
2023-04-20
0
Nena Anwar
Gilwang yakin banget keknya gk bakalan jatuh cinta sama Amira
2021-12-15
1
Irma Murniati
gilwang matre JD cowok
2021-12-12
1