Ketulusan Cinta Istri Pertama
Amira Wardana gadis berhijab mempunyai paras cantik nan ayu. Putri yang lahir dari pasangan Hadi Saputra dan Widya Utami. Sekarang Amira sudah menyelesaikan studynya. Karena kuliahnya sudah selesai, saatnya memberitahu Amira kalau sudah ada jodoh untuknya.
Kedua orang tua Amira hendak menjodohkannya dengan seorang lelaki yang bernama Robi Gilwang. Anak dari sahabat lamanya yang baru ditemuinya beberapa hari yang lalu, yaitu Pak Hendro Wijaya dan istrinya bernama Irma Suryani.
Mereka dulu sahabat kental, saat merajut asa. Mereka tetap ingin persahabatannya tetap terjalin sampai tua. Kalau bisa menjadi satu keluarga. Mereka pun berinisiatif kalau mempunyai anak untuk saling dijodohkan.
Kebetulan sekali, anak pertama Hendro laki-laki, dan anak pertama Hadi perempuan. Jadi, sangat cocok untuk saling dijodohkan.
Dalam pertemuannya kemarin, mereka sudah sepakat menjodohkan putra-putri mereka yang sudah diincar sejak kecil. Yakni Gilwang akan dijodohkan dengan Amira. Mereka merahasiakan perjodohan yang diatur sejak lama, tak pernah memberitahu mereka kalau sudah dijodohkan sejak kecil.
Bahkan mereka sudah dewasa tidak saling dikenalkan, walau mereka anak dari sahabat yang terjalin hubungannya sampai sekarang ini. Mereka hanya mengenal waktu kecil saja. Entah sekarang mereka berdua ingat atau tidak masa kecil mereka.
Amira gadis yang payah tak mempunyai riwayat percintaan dengan siapa pun. Amira gadis yang susah jatuh cinta, meski banyak pria yang mengagumi kecantikannya yang berharap menjadi kekasihnya. Bahkan Amira sering menolak pria yang menyatakan cinta padanya.
Di kampus tempat belajarnya, dia hanya menerima satu teman cowok namanya Dika Mahesa, yang memang ingin dianggap sebagai teman saja nggak lebih, tuturnya pada Amira. Namun di lubuk hatinya yang paling dalam ada cinta yang hanya bisa ia tunjukkan sebagai seorang teman yang baik hati.
Dan hari ini Amira dikejutkan dengan pernyataan orang tuanya, kalau jodohnya sudah datang.
"Sudah ada jodoh untuk kamu Amira," ucap Hadi sembari duduk santai di ruang keluarga, di hari libur kerjanya bersama istrinya, Amira dan juga adik perempuan Amira yang bernama Elsa Rahayu.
Ucapan ayahnya sangat mengejutkan Amira, hingga Amira terpaku, sedikit tak percaya dengan ucapan ayahnya.
"Jodoh untukku?" ucap Amira masih bingung.
"Iya Amira, jodoh kamu sudah ada. Sekarang sudah waktunya kamu tau, kalau kamu sudah mempunyai jodoh sejak kecil," tukas Widya ibu Amira.
"Hah!! Jodohku sudah ada sejak kecil. Bagaimana bisa bu? Kenapa ibu nggak pernah memberitahuku. Aku nggak mau. Aku belum siap menikah sekarang," tegas Amira.
"Kakak kan sudah gede, sudah pantes nikah. Kenapa merasa belum siap?" ucap Elsa yang sekarang masih duduk di bangku SMA kelas tiga.
"Kamu sudah dewasa Amira, sudah saatnya kamu menikah. Kami sudah sepakat menjodohkanmu dengan anak sahabat ayah. Kamu tidak bisa menolaknya, karena ini sudah ditentukan sejak kecil," tegas Hadi.
"Kenapa nggak bisa menolak Ayah, kalau aku nggak suka sama orangnya gimana? Aku ini orang yang susah jatuh cinta. Ayah sendiri tau, aku tidak pernah punya pacar."
"Ih..., nggak pernah punya pacar kasihan deh," sahut Elsa.
"Bagus kamu nggak pernah punya pacar. Mungkin karena kamu sudah punya jodoh sejak kecil. Jadi kamu nggak di takdirkan punya pacar," ucap Hadi.
"Itu sebabnya, selama ini ibu nggak pernah nuntut kamu untuk mempunyai seorang kekasih, karena ibu tau kamu sudah punya jodoh sedari kecil."
"Ayah bangga sama kamu, tanpa ayah beri tahu kalau kamu sudah punya jodoh sejak kecil. Kamu bisa menjaga cintamu tidak untuk orang lain. Ayah yakin cintamu pasti hanya untuk calon suamimu nanti."
"Ayah! Kenapa ngeledek gitu. Aku sedih mendengar perjodohan ini." Amira merasa sedih dan nggak terima tiba-tiba di jodohkan.
"Sudahlah kak, nggak usah sedih gitu. Belum punya pacar juga, di jodohin terima aja. Siapa tau orangnya cakep kayak artis korea favoritku."
"Ih.., kamu? Kalau kayak artis favoritmu, kamu aja yang di jodohin sama dia."
"Aku kan masih sekolah."
***
Di rumah Hendro.
Tidak seperti keluarga Amira yang sering berkumpul keluarga. Nampak Hendro dan istrinya tengah menunggu kepulangan putra pertamanya yaitu Gilwang. Selain Gilwang ada adik laki-lakinya juga yang bernama Alvin yang sekarang juga nggak lagi di rumah. Sama dengan Elsa, Alvin masih duduk di bangku sekolah menengah yang juga kelas tiga.
Dihari libur kerjanya, Gilwang saat ini sedang berjalan-jalan dengan kekasihnya yang bernama Anita yang sampai sekarang belum pulang. Anita wanita yang sangat dicintai oleh Gilwang sejak masa kuliahnya. Anita adalah teman se kampusnya dulu.
Sudah lama Gilwang memendam rasa cinta pada Anita, namun baru beberapa bulan ini hubungan cinta mereka terjalin. Anita gadis yang populer saat di kampusnya. Banyak cowok yang naksir dan mendekatinya waktu itu.
Anita mengabaikan cinta tulus Gilwang. Sekarang dia baru tersadar kalau dia membutuhkan orang seperti Gilwang yang sudah mapan dan mencintainya. Dia hanya ingin memanfaatkan ketulusan cinta Gilwang.
Karena sekarang Gilwang sudah mapan, mempunyai pekerjaan mengelola perusahaan Ayahnya. Dirasa saatnya sudah cukup untuk melepas masa lajangnya yang memang sudah menemukan tambatan hatinya. Gilwang ingin menikah dengan Anita sang kekasih hatinya.
Hari ini adalah hari yang sepesial untuk Gilwang. Dia melamar Anita tepat dihari ini disebuah kafe yang sudah dibokingnya. Gilwang benar-benar sudah mantap ingin mengajak Anita menikah. Begitu pun juga dengan Anita yang sangat mengharapkan cepat dinikahi sama Gilwang.
Anita ingin cepat menjadi istri dari putra Hendro Wijaya yang kelak akan memegang aset perusahaan Ayahnya. Itu sangat menguntungkan baginya karena keadaan ekonomi keluarganya saat ini tengah terpuruk.
Kedua orang tua Gilwang tidak pernah tahu tentang hubungan asmaranya. Orang tuanya mengira Gilwang belum mempunyai seorang kekasih. Jadi sangat tepat untuk memberitahu pada Gilwang saat ini kalau sudah ada jodoh untuknya.
Namun sudah sore Gilwang yang di tunggu belum menampakkan hidungnya di rumah. Hendro dan Irma sudah tak sabar ingin mengatakan hal yang sudah disepakati kedua belah pihak, dan yang sudah lama mereka rahasiakan.
Sekarang sudah jam tujuh malam. Keluarga Hendro saatnya makan malam. Sudah nampak Hendro, istrinya dan juga anak laki-lakinya yang kedua duduk di ruang makan. Mereka akan makan bersama.
"Kemana ya perginya Gilwang, sampek jam segini belum pulang. Dihubungin juga nggak bisa. Nggak biasanya dia seperti ini sampek dihubungin nggak bisa," keluh Irma ibunya Gilwang.
"Kenapa ibu khawatir banget sama kak Gilwang?" tanya Alvin.
"Ada sesuatu yang pingin ibu katakan sama kakak kamu," jawab Irma.
"Kamu nggak tau kemana kakakmu pergi Vin?" Tanya Hendro.
"Nggak tau yah, emang tadi nggak pamit perginya sama ayah, sama ibu?"
"Enggak," jawab Hendro dan Irma bersamaan sembari menggelengkan kepala.
"Ya udah kalau sama-sama nggak tau. Nggak usah di tungguin dan khawatir. Ntar juga pulang kan ini rumahnya," cetus Alvin.
Baru juga diomongin, terdengar ucapan salam dari pintu depan.
"Assalamualaikum...," ucap Gilwang mulai masuk ke dalam rumah.
"Waalaikum salam...," jawab Irma dan Hendro bersamaan lagi.
"Nah, itu kakak sudah pulang. Baru juga diomongin," ucap Alvin.
Gilwang berjalan gontai masuk rumahnya dan langsung menuju ruang makan. Gilwang tau, jam segini biasanya semua penghuni rumah ini ada di ruang makan. Termasuk juga para Bibi ada di ruang makan menyiapkan sajiannya.
"Eh, anak ganteng ibu sudah datang. Ayo duduk sini, kamu belum makan kan?" ucap Irma sembari tangannya menepuk kursi disampingnya.
Irma merasa senang melihat putra pertamanya yang tampan berkulit putih mirip artis korea itu.
"Kelihatan ceria banget kakak, habis dapet apa?" tanya Alvin.
Gilwang tersipu-sipu, sembari mulai duduk di kursi makan dekat ibunya. Gilwang memang nampak ceria, wajahnya merah merona. Suasana hati Gilwang sangat bahagia saat ini, karena habis melamar kekasihnya.
"Ada apa Gilwang? kelihatannya kamu sangat bahagia hari ini," tanya Irma yang penasaran.
"Karena ada sesuatu yang membuatku bahagia bu."
"Sesuatu apa? Kasih tau ibu dan juga ayahmu."
"Nggak ah, aku belum siap."
Sebenarnya ingin sekali Gilwang mengatakan kalau dia sudah melamar kekasihnya dan akan menikahinya. Namun Gilwang masih ragu dan takut mengatakan pada orang tuanya.
"Anak ayah sudah dewasa sekarang, sudah waktunya kamu untuk menikah Gilwang. Apa kamu sudah siap?" ucap Hendro yang juga memperhatikan raut wajah Gilwang yang nampak ceria.
"Sudah yah! Aku sudah siap menikah," ucap Gilwang spontan, karena dirinya memang sudah siap menikah.
"Wah!! Tepat sekali dugaan ayah, kamu sudah siap menikah."
"Benarkah sayang! ibu senang mendengarnya."
"Karena kamu sudah siap, saatnya memberitahumu Gilwang, kalau kamu sudah punya jodoh sejak kecil."
"Jodohku sejak kecil, siapa yah?"
"Anak sahabat ayah."
"Nggak bisa gitu yah, aku nggak mau di jodohin."
"Kenapa nggak mau Gilwang? Kamu itu sudah kita jodohkan sejak kecil dengan anaknya pak Hadi," ucap Irma.
"Sudah di jodohin sejak kecil? Kenapa tidak pernah memberitahuku bu?" Aku nggak mau bu di jodohin. Batalin aja. Karena aku sudah mempunyai kekasih dan hari ini aku baru saja melamarnya dan akan berjanji menikahinya."
Gilwang berdiri dari duduknya sedikit emosi, merasa nggak terima di jodohkan dengan wanita lain pilihan orang tuanya. Apa lagi perjodohannya sudah di atur sejak kecil dan tak pernah memberitahunya pula.
"Duduk dulu sayang. Jangan emosi gitu. Dengarkan kata ayahmu."
"Kamu nggak boleh menolak perjodohan ini Gilwang, karena ini sudah kesepakatan dua keluarga. Kamu harus terima dan menikah dengannya."
"Nggak bisa yah, aku nggak bisa."
"Aku sangat mencintai Anita kekasihku, aku akan menikah dengannya saja. Aku tidak mau menikah dengan wanita lain," tegas Gilwang.
"Nggak bisa Gilwang, pernikahanmu dengan anak Pak Hadi harus tetap terjadi. Abaikan saja rasa cintamu pada Anita kekasihmu itu. Ini tidak bisa di gugat lagi kamu harus tetap menikah dengan anaknya Pak Hadi," tegas Hendro.
"Nggak bu, aku nggak bisa terima. Kenapa kalian jahat kepadaku."
Gilwang berdiri dari duduknya hendak meninggalkan ruang makan yang tanpa menyentuh makanan sedikit pun. Dengan sigap, Hendro menghadang langkah Gilwang yang akan menuju ke kamarnya.
"Ayah serius menjodohkan kamu dengan anak pak Hadi. Walau pun kamu berusaha menolaknya pernikahan itu akan tetap terjadi. Jika kamu tidak mau berarti kamu tidak menjadi anak ayah," ucap Hendro dengan sorot mata serius.
Gilwang hanya bergeming, tak memberi jawaban apa-apa, lalu pergi meninggalkan Ayahnya. Sedangkan Irma dan Alvin yang duduk di ruang makan menyaksikan mereka penuh rasa khawatir karena Hendro berucap sangat serius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
lanjut
2023-04-28
0
Puspa Trimulyani
wanita model begini biasanya hanya memanfaatkan uang cowoknya doang, tidak tulus mencintai,dia hanya menganggap pasangan nya ATM berjalannya.
2023-04-20
0
itin
perjodohan yang tidak diminati kedua calon atau salahsatunya, kemudian dibumbui pernikahan kedua dengan sang kekasih salahsatunya alasan terpaksa menerima perjodohan maka hubungan dengan kekasihnya pun harus dilanjut. pernikahan diatas pernikahan. istri pertama tersakiti. istri kedua kuman pengerat. dan pada ujungnya ada sebuah penghianatan dari istri kedua maka kembali pada istri yg dijodohkan. mau tak mau istri perjodohan harus menerima suami bekas pakai. happy end. the end
2022-05-16
2