Hari libur telah usai, saatnya kembali lagi beraktivitas di tempat yang bagaikan penjara. Yah ... yang namanya liburan sehari juga sudah cukup kan? Daripada tidak libur sama sekali.
FASHION NOVA, nama tersebut terpampang jelas saat aku hendak memasuki gedung tempatku bekerja. Aku memang bekerja di perusahaan yang produk utamanya berupa pakaian jadi. Tapi jangan salah ya, Perusahaan tempatku bekerja ini merupakan Perusahaan fashion terbaik di negara ini. Bukan hanya itu FASHION NOVA juga masuk ke dalam jajaran Perusahaan terbaik nomor tiga se-Asia. Dan dengan bangganya aku bisa bekerja di sini sebagai staff di divisi promosi.
Tentu saja divisiku ini termasuk pekerjaan yang bisa di bilang mudah tidak mudah. Yang jelas sekali kita harus di tuntut memiliki ide kreatif supaya bisa menarik minat konsumen. Selain itu kita juga di haruskan pandai dalam mengolah kata, supaya produk yang kita jual bisa laku di pasaran. Ya kurang lebih seperti itulah pekerjaanku.
Aku sedang duduk di kubikel saat tiba-tiba Rizal datang dan menghampiriku.
“Seger banget yang habis liburan sama gue,” Godanya yang membuatku langsung mendengus.
“Lo pikir gue sayuran? Seger-seger gundulmu.” Tukasku sembari mencubit pinggang Rizal, hingga membuat Mas Angga tertawa dari balik kubikelnya.
“Eh, udah pada gosip nggak ngajak-ngajak gue ya?” Mbak Sari yang baru saja datang langsung menaruh tasnya ke atas meja.
“Nggak ngajak juga palingan lo udah yang terdepan, Sar. Ratu gosip kok di lawan.” Celetuk Mas Angga yang berhasil membuatku dan Rizal tertawa.
“Iklan motor kali ah semakin di depan.” Sahut Rizal yang berhasil membuat kami semakin tertawa.
“Morning, guys!” Sapa Tiwi riang.
Aku langsung berdecak . “Ck! Sarapan pakai telur ceplok aja lagaknya pakai morning segala.”
“Morning too, dek Tiwi yang baik hati.” Rizal membalas ramah. Pria gesrek yang selalu mengaku ganteng itu mendekati Tiwi dan merebut kresek putih yang sejak tadi ada di tangan Tiwi.
“Dasar lo, Mas! Baik kalau ada maunya doang.” Tiwi memukul lengan Rizal. Sedangkan aku dan yang lainnya hanya bisa tertawa saja.
Selang beberapa menit Bos kami alias Pak Sam muncul dari balik pintu lift. Seperti biasa pria itu berjalan dengan wajah datar bin dingin melewati anak buahnya.
“Adelia ke ruangan saya sekarang.” Perintahnya sembari berjalan masuk ke dalam ruangan.
Buseeet, itu Bos baru datang sudah main perintah saja. Mana tidak sopan lagi. Paling tidak ya noleh kek, atau lihat ke arahku kek. Bukanya ngomong sambil jalan begitu. Ck! Berasa seperti anak buah yang tidak di anggap.
Tapi sayangnya aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa mengangguk sambil tersenyum tipis. Meski orang yang aku ajak tersenyum sudah menghilang di balik pintu.
“Memang seta—astaghfirullahal’adzim,” ujarku sembari mengurut dada.
“Sabar.” Sahut Mas Angga.
“Semangat ya, Adel.” Kata Rizal sambil tersenyum genit padaku.
Aku hanya mengernyit dan melotot ke arahnya.
“Kamu ngapain, Zal?” Baik aku dan yang lainnya langsung terkejut saat pintu ruangan Pak Sam tiba-tiba terbuka dan Bos kami tersebut berdiri di sana. “Cepat persiapkan diri kamu, lalu turun ke lapangan sana. Saya butuh laporan kamu hari ini!” Perintah Pak Sam.
Aku mencoba menahan tawa supaya tidak di lihat oleh Pak Sam. Setelah itu aku langsung mengikutinya masuk ke dalam ruangannya. Dia duduk dengan tampan di kursi kerjanya, menyalakan Imac lalu menatap ke arahku.
“Gimana laporannya? Sudah selesai?”
“Sudah, Pak. Nanti saya tinggal edit sedikit power pointnya agar terlihat lebih menarik,” jawabku dengan tenang.
“Ok, kalau begitu besok kita bisa siap launching.”
Aku mengangguk dan langsung keluar ruangan dari ruangan Pak Sam.
Beberapa menit saat aku sudah kembali duduk. Tiba-tiba Pak Sam kembali keluar dari ruangannya dengan wajah marah. Mungkin manusia itu kalau sehari saja tidak marah bisa sakit atau kejang kali ya? Heran aku.
“Angga! Sari! Kalian ini bagaimana sih?! Kenapa laporan kalian masih banyak yang salah seperti ini?! Saya harus bilang berapa kali kalau kerja itu yang teliti. Saya nggak mau tahu, sekarang juga saya minta kalian buat laporan yang baru!” Pak Sam melempar laporan Mas Angga dan mbak Sari ke tempat sampah. “Besok kita sudah harus launching. Kalian tau, kan? Masa kerja kalian masih saja seperti ini.”
“Maaf, Pak. Soalnya kami keteter jadi agak kurang fokus,” Ujar Mas Angga mencoba memberi penjelasan.
“Iya, Pak. Apalagi tugas kami yang baru belum tersentuh sama sekali jadi kami—“
“Kalian pikir saya peduli!” Ketus Pak Sam. “Saya di sini bukan untuk mendengar alasan kalian. Dimana skill multitasking kalian? Katanya divisi ini senior semua? Lalu kenapa membuat laporan saja masih banyak yang salah,” imbuhnya dengan nada ketus.
Tuh kan, Pak Sam memang sialan. Dia selalu menjadikan kata senior sebagai alasan untuk menyalahkan kami. Dia kira senior tidak boleh salah apa? Gini-gini kami juga manusia. Memang dia yang kayak setan.
“Iya, Pak. Kami akan memperbaikinya lagi.” Kata Mas Angga dengan nada pasrah.
“Adelia, karena tugas kamu sudah selesai, kamu bisa membantu laporan Sari dan Angga supaya bisa cepat selesai juga.”
“T-tapi, Pak—“
“Tapi apa?”
Aku yang tadinya berniat protes mendadak bungkam begitu saja. Terlebih saat Pak Sam menatapku dengan tatapan yang begitu tajam, tangannya berkacak pinggang. Tentu saja membuat nyali kacungku menciut seketika. Benar-benar aura yang sangat kejam.
Aku hanya bisa memanyunkan bibir dan melaksanakan perintahnya dengan terpaksa. Aku melirik Pak Sam yang masih berdiri di hadapan kami, lalu beberapa detik kemudian pria jelmaan setan itu langsung kembali masuk ke dalam ruangannya.
“Gue hari ini rencananya mau nongkrong lho, ya. Biar bisa dapet pacar.” Celetukku dengan nada menyindir. Ya, syukur-syukur ada yang merasa tersindir.
“Nongkrongnya lo pending dulu aja ya, Del. Besok gue temenin deh. Sumpah!” Mas Angga mencoba membujukku.
“Iya bener kata Angga, gue juga mau kok nemenin lo. Gue cariin cowok yang cocok juga deh buat lo.” Aku langsung mengernyit ke arah Mbak Sari. Di kira aku tidak bisa cari sendiri apa ya. “Lagian si Sam emang parah banget, kita udah bikin susah payah masih kurang perfect aja di mata dia.”
“Gue kan udah bilang, dia itu emang bos kampret. Lo sih Mbak makan gantengnya dia mulu.” Cetusku sebal.
Biar tahu rasa tuh Mbak Sari, sudah emak-emak masih saja ngurusin wajah Pak Sam. Sekarang dia sudah tahu kan, sifat Bos gantengnya itu seperti apa?
“Nggak usah di sangkut pautin sama itu deh, Del. Gue yakin, dalam hati lo pasti juga doyan kan sama Sam.”
Aku langsung melotot ke arah Mbak Sari. Enteng banget mulutnya, di kira Pak Sam makanan kali ya sampai aku kelihatan doyan banget gitu?
Sabarkan hamba ya Tuhan.
***
Akhirnya, dengan terpaksa hari ini aku harus lembur lagi sampai larut malam. Namun, aku cukup bangga dengan hasilnya yang sesuai dengan ekspektasi, sebab Pak Sam langsung menerima laporan tersebut tanpa marah-marah seperti siang tadi.
Aku, Mas Angga dan Mbak Sari berjalan ke arah lift karena memang yang lembur hanyalah kami bertiga.
“Thanks ya, Del. Berkat bantuan lo, kerjaan kita jadi beres,” Ucap Mas Angga sembaei menekan tombol lift.
“Eh, tapi aneh nggak sih, Ngga.” Aku mencium bau-bau pergosipan akan di mulai. “Sam kok bisa langsung setuju gitu ya sama laporan yang kita buat sama Adel?”
Benarkan, ratu gosip mulai bicara. Aku hanya bisa memutar bola mata sambil melangkah masuk ke dalam pintu lift yang sudah terbuka.
“Bener juga, padahal kita ngulang sampai dua kali nggak di terima. Anjir sih.” Mas Angga mulai termakan oleh omongan Mbak Sari. Aku semakin menatap heran ke arah mereka berdua.
“Kayaknya sih, Ngga. Sam ada sesuatu sama Adela.” Mbak Sari mulai melirik ke arahku.
“Ya Allah, itu mulut. Mbak, itu tandanya gue lebih berkompeten dari kalian berdua. Lagian, kalian kerja udah sampai bangkotan juga buat laporan promosi aja masih salah,” ujarku dengan meniru cara pemikiran Pak Sam. Aku melirik ke Mas Angga dan Mbak Sari yang kompak mengulum senyum. “Harusnya kalian terima kasih sama gue,” imbuhku seraya menepuk dada.
“Halah-halah iya, nggak usah ngambek. Toh, kalau omongan gue jadi kenyataan lo juga jadi enak, kan?” Mbak Sari tertawa nyaring di ikuti Mas Angga.
Kami berpisah saat sudah sampai di parkiran kantor. Berhubung tadi aku kelupaan memesan ojek online. Jadi, sekarang aku harus menunggu si abang ojol sendirian. Kalau biasanya sih begitu keluar gedung juga si abang ojol sudah stand by duluan. Ah, gara-gara Mbak Sari nih aku jadi kelupaan.
Saat aku sedang menunggu ojek online-ku, tiba-tiba ada sebuah mobil sport Ferrari berwarna merah yang berhenti tepat di hadapanku. Aku mengernyit saat kaca mobil tersebut turun secara perlahan, dan terkejut saat ternyata yang ada di dalam mobil itu adalah Bos yang selama ini berhasil membuatku selalu ingin mengumpat.
“Adelia, belum pulang?” Aku semakin kaget saat mendengar pertanyaan tersebut.
Bagaimana tidak? Aku kira Bos kampret itu akan mengeluarkan perkataan yang menjengkelkan tetapi di luar perkiraanku, dia malah bertanya dengan nada sopan seperti itu.
“B-belum, Pak. Lagi nungguin ojek online.” Jawabku cepat. Aku menatap sekeliling untuk memastikan bahwa tidak ada anggota lambe turah di sekitarku.
“Bareng saya saja gimana?”
Aduh gusti, ini beneran tidak ada paparazi kan ya, mulai deg-degan nih.
Pasalnya selama ini aku aman dari gosip-gosip nyeleneh di perusahaan. Kalau saat ini sampai ada manusia kampret yang diam-diam ngintilin aku. Fix! Mulai besok kehidupanku di perusahaan ini tidak akan bisa tenang. Lagian ini Bos tumben banget sih bicaranya alus begitu? Nanti kalau aku baper gimana?
“Nggak usah, Pak. Ini udah perjalanan kesini kok ojeknya.” Sorry ya bos bukanya jual mahal tapi aku terpaksa harus menolak mentah-mentah demi keselamatan hidupku di kantor ini
Pak Sam mengangguk-angguk. “Ok, good night and see you tomorrow.”
Aku hanya bisa melongo saat menatap mobil Pak Sam yang mulai bergerak menjauh. Tadi itu beneran Pak Sam kan, ya?
.
.
.
.
###
Note :
Di baca dan di pahami ya! Kalau bisa di maklumi juga.
Kalau ada yang tanya,
Kenapa Mas Angga dan Mbak Sari panggil atasannya dengan sebutan nama saja? Kenapa nggak panggil Pak atau Bos?
jawabannya : Karena Pak Sam sendiri yang mengkhususkan mereka berdua untuk panggil Pak Sam dengan sebutan nama. Sebenarnya bukan hanya mereka berdua saja, tapi semua anak buah Pak Sam.
Terus kalau ada yang tanya lagi,
Nggak sopan dong masa atasan cuma di panggil nama? Yang namanya bawahan kan harusnya menghormati atasan?
jawabannya : Itu semua memang kemauan Pak Sam. No debat No kecot oke!
Di sini ceritanya Pak Sam itu bukan keturunan asli Indonesia guys, jadi anggap saja dia tidak terbiasa di panggil dengan sebutan 'Pak'. Jadi hargai ya keputusan Pak Sam.
Pokoknya itu aja, lebih jelasnya kalian bisa baca ceritaku yang
"Crazy in Love" di sana bercerita tentang POV nya Pak Sam. (Untuk saat ini ceritanya nggak aku lanjut, jadi jangan marah hahahaha)
follow IG ku ya
@nan_dria
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Nani Susanti
ngak sopan bos di pangil nama....
bapak kek.bos kek
2021-07-09
0
My_ChA
lanjut 😍😍😍
2021-06-10
0
Nur hikmah
siiiiplh
2021-03-24
0