2. Kena Semprot !

Satu tahun kemudian.

 

“Adelia! Memangnya kamu libur hari ini?!”

 

Aku terpaksa membuka kedua mataku yang masih terasa begitu lengket ini karena terus saja mendengar suara teriakan dan gedoran yang berasal dari pintu kamarku. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Mamaku.

 

Aku langsung melirik jam yang sudah hampir menunjuk pukul setengah tujuh. Seketika aku langsung gelagapan, bangun dari tidurku dan segera berlari masuk ke dalam ke kamar mandi. Aku tidak mempunyai banyak waktu. Alhasil dengan sangat terpaksa aku harus mempersingkat acara mandiku. Bahkan aku juga harus mengabaikan toilet yang sejak tadi terus melambai-lambai pada perut mulasku.

 

Sabar ya perut. Kita bisa menuntaskannya di toilet kantor.

 

Aku memakai rok span pendek berwarna hitam dengan atasan kemeja berwarna putih, dan tak lupa Stiletto hitam kesayanganku. Aku tak punya banyak waktu untuk bersolek. Aku hanya sempat memakai bedak dan yang tidak boleh lupa dan juga ketinggalan adalah harus memakai gincu.

 

Aku langsung menuruni anak tangga dan sarapan secepat kilat.

 

“Mama, Adelia berangkat dulu.” Aku mencium tangan Mama sambil berlari.

 

Aku segera membuka aplikasi ojek online guna mencari abang ojek yang terdekat dengan lokasi rumahku. Setelah dapat, aku langsung menyuruhnya mengebut secepat kilat menuju kantorku.

 

Aku hanya bisa berharap semoga abang ojek online ini bisa menyelamatkanku dari bencana terlambat.

 

***

 

“Kenapa itu muka?” Mbak Sari menatapku dengan sebelah alis terangkat.

 

“Tahu ah! Buttuh holiday kayaknya,” jawabku sembari mengikat rambut panjangku yang berantakkan menggunakan karet.

 

“Kismin amat sih lo, Del. Nih pakai kunciran gue.” Mbak Sari melempariku dengan sebuah kunciran rambut.

 

“Holiday sama gue mau nggak, Del?” Tiba-tiba Rizal langsung ikut nimbrung duduk di atas meja kerjaku.

 

“Kayak punya duit aja lo, Zal. Inget ngajak anak gadis orang tuh harus punya modal,” cibir Mbak Sari yang tentunya berhasil membuatku tertawa.

 

“Ck! Kalau cuma ngajakin Adelia doang mah kecil. Di ajak makan pinggir jalan aja dia udah seneng kok. Ya kan, Del?”

 

“Bukannya seneng tapi kepepet, Zal,” Ujarku yang langsung membuat Rizal cemberut.

 

Mbak Sari tertawa. “Makanya modal dong, ngajak pergi kok nanggung.”

 

Rizal memang akan selalu mendapat cemooh, selama dirinya belum sadar kalau dia memang seperti itu.

 

“Lagi prihatin ini, Mbak. Nabung buat masa depan,” ujarnya sok dewasa, yang tentunya malah semakin membuat kami ingin menghujatnya.

 

“Halaaah, calon aja masih bingung yang mana udah sok-sok'an prihatin lo,” Celetuk Mbak Sari.

 

“Habisnya  Adelia gue ajak jadi masa depan gue nggak peka-peka, Mbak.” Rizal melirikku sambil tersenyum.

 

Apa katanya masa depan? Duh, nggak kebayang diriku harus menjalani masa depan dengannya. Bisa-bisa gila di tengah jalan nantinya.

 

“Apaan lo bawa-bawa gue? Ingat umur lo! Nggak usah banyak gombalin cewek,” cicitku sambil mengerucut.

 

“Del, kok gue dulu nggak tahu ya punya adek kelas secantik lo?” Tanya Rizal tiba-tiba.

 

“Makanya punya mata itu di gunain buat sebagaimana mestinya. Harusnya di gunain buat melihat hal-hal indah seperti ... gue contohnya.” Mbak Sari dan Rizal hanya terkekeh mendengar ucapanku.

 

“Kenapa nih pagi-pagi sudah bahas yang indah-indah saja?” Aku menoleh ke sumber suara, dimana ada Tiwi dan Mas Angga yang baru saja kembali dari pantry dengan membawa empat cangkir kopi.

 

“Loh kok cuma empat sih?” Protesku sambil memicing.

 

“Sorry, Del. Habisnya tadi lo belum datang sih, ya gue cuma bikin empat,” Ucap Mas Angga dengan wajah polos.

 

Lihatlah betapa kampretnya temanku. Kalau ketahuan salah saja, langsung sok-sokkan pasang wajah polos. Di kiranya aku bakalan luluh begitu?

 

“Halaaah, kebiasaan. Udahh ah gue ntar bikin sendiri aja.” Aku memasang wajah kesal sambil menyalakan komputer dan membenarkan posisi dudukku.

 

“Joinan sama gue mau?” Rizal menatapku dengan senyum jahilnya.

 

“Ogah!” Teriakku kesal. Dia tidak tahu apa ya kalau senyumnya yang menyebalkan itu justru semakin membuatku bertambah kesal.

 

Tanpa aku sadari Pak Sam yang secara resmi sudah menjadi Bosku sejak setahun yang lalu itu sudah datang, dan berjalan dengan santainya melewati ruangan kami. Aku segera berpura-pura menyibukkan diri dengan layar komputerku.

 

“Adelia dan Angga masuk ke ruangan saya.” Perintahnya sambil berdiri di depan pintu ruangannya.

 

Entah kenapa rasanya jantungku berhenti berdetak seperkian detik setelah mendengar ucapan dari Pak Sam tersebut. Seperti mendengar bisikkan halus dari setan yang terus saja terngiang-ngiang di kepalaku.

 

“Perasaan gue nggak enak nih, Mas.” Aku menatap Mas Angga dengan wajah melas.

 

“Sama. Gue jadi pengen boker, Del,” sahutnya sambil berdiri

 

“Anjir lo, Mas! Sempat-sempatnya lo kepikiran pengen boker. Nggak tahu apa kita mau berhadapan sama siapa?” Aku memukul lengan Mas Angga dengan kesal.

 

Mbak Sari langsung tertawa. “Keluarin aja, Ngga, dari pada nanti keluar gasnya di depan Sam,” ujarnya masih dengan terkekeh.

 

Aku hanya mendengus lalu segera berjalan masuk ke dalam ruangan Pak Sam bersama Mas Angga.

 

Sama seperti biasanya, pria yang berstatus sebagai Bos kami tersebut hanya memasang wajah datar ketika ada anak buahnya yang datang. Aku dan Mas Angga langsung duduk dan menyerahkan proposal kami.

Pak Sam menerimanya lalu membuka laporan tersebut satu persatu. Tiba-tiba, ekspresi wajahnya berubah dingin. Sudah datar di tambah dingin, ya semacam jalan yang di selimuti salju -0 derajat lah. Kalian sudah bisa menebak kan apa yang kini sedang aku rasakan bersama dengan Mas Angga?

 

“Kalian ini sudah kerja berapa lama?!” Pak Sam mulai mengeluarkan tanduknya.

 

“M-maksud Bapak?” Sumpah perasaanku benar-benar tidak enak. Dan kenapa malah pertanyaan itu yang keluar dari mulutku? Bodoh.

 

Aku hanya bisa menghirup nafas secara perlahan agar tidak pingsan mendadak.

 

“Ini proposal macam apa? Saya tidak mau menerimanya. Kalian tahu kan launching produk sebentar lagi?! Kalau cara kerja kalian seperti ini bagaimana semuanya bisa cepat selesai?!” Pak Sam menatap Mas Angga. “Kamu bukanya sudah lama kerja di sini. Kenapa bikin proposal saja masih seperti ini?! Banyak kata-kata yang salah. Saya tidak mau tahu! Pokoknya ini harus di ulang!” Pak Sam membanting proposal itu ke hadapanku dan Mas Angga.

 

“Ah ya dan untuk kamu, Adelia.” Tubuhku sudah terasa berkeringat dingin saat mendengar Pak Sam menyebut namaku. “Segera laporkan penentuan harganya kepada saya.”

 

Aku dan Mas Angga hanya mengangguk lalu beranjak keluar dari ruangan Pak Sam dengan menahan kesal dan ... takut tentunya.

Siapa sih yang tidak takut melihat Bos kami itu marah? Sumpah ya kadang aku saja tidak bisa membedakan wajah Pak Sam dengan demit kantor ini kalau dia sedang marah.

 

Aku membanting proposalku ke atas meja.

 

“Tuh kan, Mas. Apa gue bilang? Dia memang ngeselin, galaknya kayak setan! Nggak menghargai banget pekerjaan kita. Padahal kita sampai lembur loh kemarin. Over perfectsionist banget Bos kampret itu. Terpaksa kan nanti kita lembur lagi.” Sungutku dengan penuh emosi.

 

Ya, sejak setahun yang lalu aku beserta teman-temanku mulai memutuskan untuk menjulukki Pak Sam dengan sebutan Bos setan. Tidak peduli meski wajahnya tampan bak malaikat, yang jelas mulut dan kelakuannya benar-benar sangat berbanding terbalik dengan wajahnya. Dia lebih cocok di julukki setan.

 

“Sabar, Mbak. Gue pernah ngalamin sampai nangis darah gue mbak di omelin Bu Nia dulu.” Tiba-tiba Tiwi curhat dadakan.

 

“Halah, memang dasarnya aja lo cengeng, Wi. Dikit-dikit baper.” Celetuk Mbak Sari dan Tiwi pun hanya tersenyum malu.

 

“Mau kemana, Del?” Rizal menoleh ke arahku.

 

“Mau pulang! Mutung gue, Zal.” Jawabku sambil berlalu.

 

Aku memutuskan untuk pergi ke pantry. Siapa tahu dengan membuat secangkir teh hangat bisa mengurangi sedikit rasa kesalku. Sampainya di pantry aku melihat ada Mang Diman, salah satu OB yang cukup akrab denganku dan juga teman-temanku.

 

“Eh Neng geulis. Mau buat apa?” Tanyanya ramah.

 

“Mau buat racun ada nggak, Mang.” Jawabku asal.

 

“Aduh, Neng. Kenapa atuh? Cantik-cantik mah nggak boleh begitu ngomongnya. Mana wajahnya dari tadi cemberut begitu.”

 

“Mang Diman tahu nggak? Bosku yang bernama Samuel itu?” Aku berbicara sembari mengambil gelas dari rak penyimpanan. “Dia ngeselin banget. Mana galaknya kayak setan. Heran deh aku, kok ada ya manusia kayak begitu? Kesel aku, Mang.”

 

“Pak Sam? Yang kasep pisan itu? Ah masa orang kasep begitu di panggil setan. Neng Adel mah aya-aya wae. Udah atuh, Neng. Sabar. Mang tinggal dulu ya.”

 

“Hm.” Aku hanya bergumam dengan wajah cemberut. “Sebel!” Teriakku sambil mengaduk gelas dengan gerakan cepat. Tidak peduli meski pertemuan antara sendok dan gelas tersebut saat ini berhasil menimbulkan suara gaduh yang begitu nyaring.

 

“Kenapa?”

 

Tubuhku seketika membeku setelah mendengar suara yang sangat aku kenal itu. Aku menoleh ke belakang dengan perlahan, dan ... betulkan suara itu milik Pak Sam.

Dia sudah berdiri sambil melipat kedua tangannya dengan tubuh menyender di daun pintu.

 

“Pantas saja telinga saya gatal, ternyata ada yang ngomongin saya,” imbuhnya dengan nada santai.

 

Aku merasa kesulitan menelan ludah mendengar ucapan Pak Sam.

Mampus! kalau aku pura-pura pingsan sopan tidak ya? Duh, jantungku rasanya sudah mau copot ini. Mama!

 

“P-pak Sam. Bapak mau bikin kopi ya. Saya bikini  sekalian ya.” Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

 

Pak Sam berjalan ke arahku dan hal tersebut membuat kedua kakiku langsung terasa lemas sekali.

Mau pingsan aja woy!

 

“Tadinya sih begitu. Tapi sekarang saya sudah tidak berselera.” Pak Sam berkata sambil menatapku dengan wajah datar yang justru malah membuatku takut. Namun tak lama kemudian dia langsung pergi meninggalkanku.

 

Aku segera kembali ke meja kerjaku, dan langsung membenahi proposal yang di kembalikan Pak Sam tadi.

 

Sumpah, kalau boleh pulang aku ingin pulang saja. Malu aku, Pak Sam tadi mendengar semuanya apa tidak ya? Aku jadi gelisah gara-gara mulutku ini.

 

***

 

“Makan siang kemana kita hari ini?” Tiwi mendongakkan kepalanya sembari menunggu jawaban.

 

“Kafe biasa aja lah tanggal tua ini,” Jawab Mbak Sari.

 

“Bukan tanggalnya aja, mbak, lo juga.” Mbak Sari langsung melempari Rizal dengan bolpoin.

 

“Gue mau pesan G-food aja deh, tanggung nih kerjaan banyak banget. Gue nggak mau pulang malam lagi,” Ujar Mas Angga dengan nada lelah.

 

“Gue ikut lo aja deh, Mas. Nanti gue lembur sendiri lagi kalau lo pulang,” Sahutku cepat yang langsung dia anggukki oleh Mas Angga.

 

“Kalian itu ya, nggak usah mupeng deh sama kerjaan. Apa lagi lo, Ngga. Makin keriput yang ada lo nanti.” Mbak Sari mulai mencibir.

 

“Orang kalo belum ngerasain di semprot ya gitu, nyinyir doang,” Balas Mas Angga tak mau kalah.

 

Tepat saat itu juga Pak Sam datang. Seperti biasa dengan wajah dinginnya dia menatap kami satu persatu.

 

“Sari masuk ke ruangan saya!”

 

Aku dan Mas Angga menahan tawa melihat ekspresi wajah Mbak Sari yang seketika berubah gelagapan setelah di panggil Pak Sam.

 

“Berdoa dulu, Sar. Siapa tahu dapet rezeki.” Mas Angga berusaha menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara tawa.

 

Cukup lama Mbak Sari berada di dalam ruangan Pak Sam, hingga akhirnya dia keluar sembari membawa sebuah berkas berwarna merah. Bukan hanya itu, wajahnya pun juga sudah tertekuk tidak karuan. Aku bahkan sampai tidak bisa membedakan wajah Mbak Sari dengan keset welcome depan rumahku.

 

“Sabar, Gusti. Sabar ... ini cobaan.” Mbak Sari langsung membanting berkas itu ke atas mejanya.

 

“Kenapa, Mbak?” Tanya Tiwi.

 

“Laporan gue yang kemarin di tolak mentah-mentah sama Pak Sam. Padahal gue udah buat seteliti mungkin, mana mulutnya pedes banget! Ini udah bukan level gado-gado karet dua, tapi samyang hot extra pedas! Mana harus selesai besok pagi,” Celotehnya sambil membuka laporan yang di tolak Pak Sam.

 

“Asyik ada teman baru buat lembur, Del.” Mas Angga menyengir lebar ke arahku.

 

“Bener, Mas. Tuhan memang adil.” Aku terkekeh dengan Mas Angga.

 

“Ya udah gue juga pesen G-food juga deh. Angga pesenin.” Rengek Mbak Sari ke mas Angga.

 

“Amit-amit muka lo, Mbak,” Celetukku sambil memandang Mbak Sari.

 

“Ya gitu deh, Del. Orang yang suka jilat ludahnya sendiri, senjata makan tuan.” Cetus Mas Angga yang berhasil mendapat tatapan tajam dari Mbak Sari.

 

Saat kami asyik berbicara tiba-tiba Pak Sam keluar dari ruangannya dan berjalan ke arahku. Heran deh suka banget sih bikin kaget orang.

 

“Laporan kamu sudah sampai mana?” Tanyanya datar.

 

“I-ini baru mau benerin bagian isi nya, Pak,” Jawab ku sedikit gemetar. Bahkan cenderung takut-takut. Takut kena semprotannya lagi, mengingat tadi aku sudah membuatnya kesal juga.

 

“Kamu dari pagi ngapain saja? Ini sudah jam berapa?! Kamu masih ada tugas lain dan semuanya harus selesai besok pagi. Saya nggak mau ada alasan apapun.” Pak Sam berkacak pinggang memperhatikan kami satu persatu secara bergantian.

 

“Kamu juga!” Pak Sam menunjuk Mas Angga. “Kamu jangan nyantai terus, Ngga. Koreksi itu kesalahan katanya. Sari juga, hanya membuat laporan begitu saja tidak bisa. Atau jangan-jangan kalian memang suka mengulang pekerjaan?!”

 

Sabar Adelia, rasanya inginku sumpel itu mulut pakai kertas, dari tadi ngomel terus tidak capek apa? Heran aku makanannya apa sih itu orang?

 

“Dan untuk kamu.” Pak Sam menunjuk Rizal. “Sehabis istirahat nanti langsung pergi ke lapangan buat survey product. Sama Tiwi juga.” Imbuhnya tegas. Dan setelah selesai mengomel-ngomel Bos setan bernama Sam itu langsung pergi dan masuk ke dalam lift begitu saja.

 

“Tuh kan ... Apa gue bilang? Dia memang kayak setan, bukan cuman galaknya aja tapi kelakuannya juga. Suka banget nongol tiba-tiba, terus nyemprot-nyemprot nggak jelas, habis itu pergi lagi.” Omelku sambil mengetik papan keyboard dengan sebal

 

“OMG, gue di suruh ke lapangan siang hari? Mas Rizal panas ... si Bos ganteng tega amat sih sama gue,” Rengek Tiwi yang sudah seperti bocah di suruh emaknya pergi ke warung.

 

“Dasar lo, Wi. Makan tuh ganteng.” Cetus Rizal.

 

***

 

Jam sudah menunjukkan jam sepuluh malam dan aku adalah penghuni terakhir yang masih setia duduk di dalam ruangan ini. Tadinya sih ada Mas Angga tapi dia sudah pulang lebih dulu, tepatnya sepuluh menit yang lalu.

 

Aku membereskan segera membereskan meja kerja, kemudian mengambil tas dan bersiap untuk pulang. Saat aku berdiri, saat itu juga pintu ruangan Pak Sam terbuka.

 

“Kamu baru mau pulang?” Tanyanya. Entah hanya perasaanku atau memang pertanyaan itu sirat dengan nada meledek sih?

 

“Hm, habisnya Pak Sam ngasih kerjaan banyak banget,” Ujarku dengan sengaja. Aku sudah tidak peduli lagi dengan statusnya sebagai bos sedangkan aku sebagai anak buahnya. Aku benar-benar capek.

 

Pak Sam mengernyit. “Kamu nyalahin saya? Seharusnya kamu harus bisa lebih cekatan. Nyatanya yang lain bisa selesai dengan cepat,” cetusnya.

 

“Terserah Bapak deh. Saya capek mau pulang, bye!” Aku langsung melangkah menuju lift, dan entah kenapa Pak Sam kampret itu malah mengikutiku di belakang. “Bapak ngapain ngikutin saya?”

 

“Loh ... Saya kan juga mau pulang, Adelia. Kalau saya tidak turun pakai lift terus kamu suruh saya lompat dari jendela, begitu?” Dia menatapku dengan sebelah alis terangkat.

 

Wah, ide bagus itu, Pak. Kalau bisa sih beneran lompat saja deh. Gumamku dalam hati.

 

“Oh, iya ya.” Aku hanya bisa memasang wajah sok bodoh, dan membiarkan Pak Sam ikut masuk ke dalam lift bersamaku.

 

Selama di dalam lift kami hanya saling diam, tidak ada yang berbicara. Dan suasana tersebut benar-benar berhasil membuatku merasa begitu canggung. Apalagi berduaan dengan bos kampret ini. Aku hanya berharap bisa segera sampai ke rumah. Sudah itu saja!

Terpopuler

Comments

luiya tuzahra

luiya tuzahra

hmmm enak banget OBnya gak disuruh bikin minuman.

2022-12-14

0

Kepiting Cina

Kepiting Cina

aku udah baca yang kesekian kalinya ini, tetap saja bikin candu dan rindu hingga pengen baca lagi lagi dan lagi

2022-08-14

0

A. F. I.

A. F. I.

ngakak wkwkkkk

2021-06-30

1

lihat semua
Episodes
1 1. Perkenalan & Bos baru
2 2. Kena Semprot !
3 3. Secuil Kebebasan
4 4. Lembur Dadakkan
5 5. Launching Day
6 6. Kena Omel Lagi
7 7. Gajian Dan Bonus
8 8. Lembur
9 9. Nggak Ada Hujan, Nggak Ada Ojek!
10 10. Adek Ngeselin
11 11. Pelet Lele
12 12. Perasaan Aneh
13 13. Kopi Hitam Gula Sedikit
14 14. Sepenggal Kisah
15 15. Perubahan Atmosfer
16 16. Gara-gara Vino
17 17. Gebetan Rizal
18 18. Rumpi!
19 19. Emak
20 20. Kencan
21 21. Terong-Terongan
22 22. Goyang Monyet
23 23. Nasib Jomblo
24 24. Nasehat Pak Bos
25 25. Butuh Konfirmasi
26 26. Lamaran Dewi
27 27. Kemampuan Lain Pak Bos
28 28. Kemampuan Lain Pak Bos (2)
29 29. Tugas Dadakan
30 30. Lembur Hari Minggu
31 31. Khawatir
32 32. Gosip
33 33. Makan Bersama
34 34. Makan Bersama (2)
35 35. Sangat Mendadak
36 36. Tidak Romantis
37 37. Di Luar Ekspektasi
38 38. Back Street
39 39. Modus berlanjut
40 40. Teman macam apa kita?
41 41. Mencuri Kesempatan
42 42. Siapa ya?
43 43. Anak Baru
44 44. Bendera perang
45 45. Pria Punya Selera
46 46. Ternyata Licik
47 47. Serangan Emosi
48 48. Batas Kesabaran
49 49. Pembalasan
50 50. Maaf...
51 51. Hampir Keceplosan
52 52. Hujan
53 53. Meminta Izin.
54 54. Keluarga Sam
55 55. Keluarga Sam (2)
56 56. Keluarga Sam (3)
57 57. Ponsel Yang tersita.
58 58. Manusia Apa Bukan
59 59. Shampoo Dan Sabun
60 60. Semoga
61 61. Salah Paham
62 62. Api Dan Air
63 63. Kondangan
64 64. Hal Gila Apa lagi?
65 65. Tidak Ada Kapoknya
66 66. Dan Lagi
67 67. Fakir Asmara Tapi Bukan Pengemis Cinta
68 68. Mampir Ke Rumah
69 69. Pesta Bunda Eliza
70 70. Pesta Kedua
71 71. Pertengkaran
72 72. Penjelasan Natalie
73 73. Penjelasan Sam
74 74. Happiness
75 75. Curhatan Kakek Robert
76 76. Baru Tahu
77 77. Si Ganjen Dan Tukang Cemburu
78 78. Daun Kering
79 79. Di Luar Rencana
80 80. Ini Bukan Sebuah Mimpi
81 81. Astaga Papa!
82 82. Teori Sam
83 83. Hari Yang Di Nanti
84 84. One Step Closer
85 85. Cincin Yang menghebohkan
86 86. Tidak Mungkin Cemburu
87 87. Masih Gara-gara Cincin
88 88. Dilema
89 89. Tante Indah
90 90. Perut Karet
91 91. Hot News
92 92. Drama Pingsan
93 93. Gara-gara Resign
94 94. Latihan Katanya?
95 95. Sisi Lain Sam
96 96. Sudah Tiba Saatnya
97 97. Perubahan Suasana
98 98. Perubahan Suasana (2)
99 99. I Belong To You
100 100. Titik Rapuh
101 101. Perpisahan
102 102. Akad
103 103. Wedding Party
104 104. Pesta Belum Berakhir
105 105. Beautiful Night
106 106. Tante Rempong Mulai Lagi
107 107. Tukang Ngambek
108 108. Posesif
109 109. Kehidupan Baru
110 110. Kosong
111 111. Tak Bisa Di Mengerti
112 112. Pertengakaran
113 113. Pertengkaran (2)
114 114. Titik Temu
115 115. Berkunjung Ke Kantor
116 116. Mendadak Doyan Makan
117 117. Gampang Kesal
118 118. Hasil Dari Sebuah Do'a
119 119. Siomay Bandung
120 120. Bikin Darah Tinggi
121 121. Manja
122 122. Duo Mak Lampir
123 123. Hal Yang Membosankan
124 124. Nama Bayi
125 125. Tujuh Bulanan
126 126. Kontraksi
127 127. Persalinan
128 128. Mengurus Bayi
129 129. Syukuran
130 130. Selalu Bahagia
131 TERIMA KASIH
132 INFOOOO!!!
133 PROLOG
134 Part. 1 - SAMUEL
135 Part. 2 - SAMUEL
136 Part. 3 - SAMUEL
137 Part. 4 -Samuel
138 PENGUMUMAN!!
Episodes

Updated 138 Episodes

1
1. Perkenalan & Bos baru
2
2. Kena Semprot !
3
3. Secuil Kebebasan
4
4. Lembur Dadakkan
5
5. Launching Day
6
6. Kena Omel Lagi
7
7. Gajian Dan Bonus
8
8. Lembur
9
9. Nggak Ada Hujan, Nggak Ada Ojek!
10
10. Adek Ngeselin
11
11. Pelet Lele
12
12. Perasaan Aneh
13
13. Kopi Hitam Gula Sedikit
14
14. Sepenggal Kisah
15
15. Perubahan Atmosfer
16
16. Gara-gara Vino
17
17. Gebetan Rizal
18
18. Rumpi!
19
19. Emak
20
20. Kencan
21
21. Terong-Terongan
22
22. Goyang Monyet
23
23. Nasib Jomblo
24
24. Nasehat Pak Bos
25
25. Butuh Konfirmasi
26
26. Lamaran Dewi
27
27. Kemampuan Lain Pak Bos
28
28. Kemampuan Lain Pak Bos (2)
29
29. Tugas Dadakan
30
30. Lembur Hari Minggu
31
31. Khawatir
32
32. Gosip
33
33. Makan Bersama
34
34. Makan Bersama (2)
35
35. Sangat Mendadak
36
36. Tidak Romantis
37
37. Di Luar Ekspektasi
38
38. Back Street
39
39. Modus berlanjut
40
40. Teman macam apa kita?
41
41. Mencuri Kesempatan
42
42. Siapa ya?
43
43. Anak Baru
44
44. Bendera perang
45
45. Pria Punya Selera
46
46. Ternyata Licik
47
47. Serangan Emosi
48
48. Batas Kesabaran
49
49. Pembalasan
50
50. Maaf...
51
51. Hampir Keceplosan
52
52. Hujan
53
53. Meminta Izin.
54
54. Keluarga Sam
55
55. Keluarga Sam (2)
56
56. Keluarga Sam (3)
57
57. Ponsel Yang tersita.
58
58. Manusia Apa Bukan
59
59. Shampoo Dan Sabun
60
60. Semoga
61
61. Salah Paham
62
62. Api Dan Air
63
63. Kondangan
64
64. Hal Gila Apa lagi?
65
65. Tidak Ada Kapoknya
66
66. Dan Lagi
67
67. Fakir Asmara Tapi Bukan Pengemis Cinta
68
68. Mampir Ke Rumah
69
69. Pesta Bunda Eliza
70
70. Pesta Kedua
71
71. Pertengkaran
72
72. Penjelasan Natalie
73
73. Penjelasan Sam
74
74. Happiness
75
75. Curhatan Kakek Robert
76
76. Baru Tahu
77
77. Si Ganjen Dan Tukang Cemburu
78
78. Daun Kering
79
79. Di Luar Rencana
80
80. Ini Bukan Sebuah Mimpi
81
81. Astaga Papa!
82
82. Teori Sam
83
83. Hari Yang Di Nanti
84
84. One Step Closer
85
85. Cincin Yang menghebohkan
86
86. Tidak Mungkin Cemburu
87
87. Masih Gara-gara Cincin
88
88. Dilema
89
89. Tante Indah
90
90. Perut Karet
91
91. Hot News
92
92. Drama Pingsan
93
93. Gara-gara Resign
94
94. Latihan Katanya?
95
95. Sisi Lain Sam
96
96. Sudah Tiba Saatnya
97
97. Perubahan Suasana
98
98. Perubahan Suasana (2)
99
99. I Belong To You
100
100. Titik Rapuh
101
101. Perpisahan
102
102. Akad
103
103. Wedding Party
104
104. Pesta Belum Berakhir
105
105. Beautiful Night
106
106. Tante Rempong Mulai Lagi
107
107. Tukang Ngambek
108
108. Posesif
109
109. Kehidupan Baru
110
110. Kosong
111
111. Tak Bisa Di Mengerti
112
112. Pertengakaran
113
113. Pertengkaran (2)
114
114. Titik Temu
115
115. Berkunjung Ke Kantor
116
116. Mendadak Doyan Makan
117
117. Gampang Kesal
118
118. Hasil Dari Sebuah Do'a
119
119. Siomay Bandung
120
120. Bikin Darah Tinggi
121
121. Manja
122
122. Duo Mak Lampir
123
123. Hal Yang Membosankan
124
124. Nama Bayi
125
125. Tujuh Bulanan
126
126. Kontraksi
127
127. Persalinan
128
128. Mengurus Bayi
129
129. Syukuran
130
130. Selalu Bahagia
131
TERIMA KASIH
132
INFOOOO!!!
133
PROLOG
134
Part. 1 - SAMUEL
135
Part. 2 - SAMUEL
136
Part. 3 - SAMUEL
137
Part. 4 -Samuel
138
PENGUMUMAN!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!