Chapter 5: Bukan Gadis Tangguh

Tiga bulan berlalu. Datul kira dia akan mati setelah putus dari Zaen brekele. Kenyataannya sampai hari ini dia masih bernafas, masih perlu makan, masih harus mencuci baju yang menggunung di ember pojokan kamar mandi. Dan yang utama Datul masih memerlukan uang untuk membeli skincare. Malu jika terus-menerus nyadong, minta Bapaknya.

"Lihat saja, aku sudah menetapkan hati, untuk tidak lagi mudah jatuh cinta!"

"Aku mau fokus cari uang yang banyak, beli motor, beli skincare yang mihil, aku mau jadi cantik seperti Cinderella, setelah itu bertemu pangeran berkuda dan hidup bahagia"

Ocehan Datul hanya di tanggapi Maktun dengan memutar bola mata. Maktun tahu betul bagaimana Datul itu. Tidak mudah jatuh cinta? Di belikan cowok es teh doang aja dia udah baper klepek-klepek kek ikan munjahir. Maktum tidak yakin, Datul bisa menepati janjinya sendiri.

"Berarti fix besok kita ambil kesempatan training di pabrik garmen itu ya?"

Datul mengangguk mantap. Baru kemudian Maktun pamit pulang. "Besok aku jemput jam enam, jangan molor, telat datang semenit aja bisa-bisa kita langsung di suruh pulang,"

"Aku denger emak-emak di sana garang-garang, tapi jangan khawatir, segalak-galaknya mereka, mereka tetap manusia, sama seperti kita, ga mungkin juga mereka gigit kita kan!"

Datul manggut-manggut, asal bareng Maktun dia merasa aman dan terlindungi. Datul terbiasa jadi ekor, jadi cukup membuntut saja.

"Eh Tul aku punya cerita lucu!" Baru ingat dengan mimpinya semalam, Maktun yang udah nangkring di atas motor malah kembali ngoceh.

Datul meringis, hingga matanya yang sipit jadi segaris.

"Aku belum mulai cerita Maidatul Khan, kenapa kamu udah pamer gigi gitu"

Datul ngakak, lantas memukul lengan sahabatnya itu. "Hla bilang cerita lucu ya udah refleks aku ketawa, sekarang cepet cerita, apa yang lucu?"

Datul sudah memasang dua telinga untuk menyimak. Maktun malah menyalakan motor.

"Ga jadi aja, udah lupa mau cerita apa tadi"

"Hoooooo... dasar! Malah bikin penasaran!"

"Bye Datul mentul-mentul! Hahaha..."

Datul manyun-manyun. Di tinggal pulang setelah di buat penasaran. Ganjel, apanya yang lucu coba!

****

"Budiiiiiiiiii!!!!!!"

Itu suara Ko Ajik, belum terlihat orangnya tapi suaranya sudah menggema, membuat bulu kuduk berdiri. Menyeramkan. Ko Ajik itu kepala bagian Handsand. Dan Budi itu tangan kanannya. Seorang wanita bukan laki-laki meski namanya Budi, Rina Budi Pratiwi nama lengkapnya.

"Iya Ko gimana?"

"Anakmu hlo itu di ingatkan lagi, target, target perjam! Jam berapa ini? kenapa baru dapat segini!" Ko Ajik melempar kertas berisi laporan target perjam di meja dengan kasar.

Wanita itu menunduk, sebagai orang yang bertanggung jawab di bagian itu, setidaknya dia harus mampu memberikan alasan yang masuk akal pada atasannya.

Dan di sana, di tempat itu, saat itu juga. Datul dan Maktun hanya bisa menekuni pekerjaan yang belum sepenuhnya bisa mereka kuasai. Jangan sampai saja melakukan kesalahan sekecil apapun itu, kalau tidak mau di amuk.

Tubuh Datul bahkan sudah bergetar hebat. Dia terbiasa hidup berdua dengan ayahnya saja. Sepi. Tanpa teriakan, tanpa bentakan. Farkhan bisa di pastikan jarang marah. Mentok ngomel tok.

Lalu inikah yang namanya dunia kerja? Sekeras ini? Di teriaki, di marahi, oh... sanggupkah Datul?

"Ko, banyak anak baru, wajarlah belum pada target..."

"Ngerti saya Bud, tapi yang lawas juga banyak, kebanyakan kerja sambil ngobrol mereka, jadi lamban tangannya." Ucap Ko Aji dengan mbondo tangan di balik tubuhnya.

"Kerja tangannya, bukan mulutnya! Anak baru juga, usaha kerja cepet! Ngerti!?"

Datul menundukkan kepalanya. Tak berani menatap wajah Ko Ajik sedikit pun. Lantas hanya mengangguk kecil seperti yang lain. Setelah pria itu pergi barulah mereka bisa bernafas dengan normal.

Pekerjaan mereka bukan pekerjaan enteng. Mengamplas celana jeans yang masih setengah produksi alias masih mentah itu sungguh menyiksa jari-jari tangan mereka. Kalian pernah memegang amplas 1000?

Itu amplas kasar sekali, bahkan sudah melilitkan lakban kertas di jari-jari mereka, masih saja lakban itu bisa sampai bolong kog.

Biar apa celana jeans kog di amplas?

Kalian tahu jeans merek Levis, Denim, atau Oldblue.co? Ada beberapa model jeans yang terdapat efek garis-garis, atau bayangan bahkan seperti efek lipatan-lipatan. Garis-garis atau bayangan itu yang merupakan hasil dari proses amplas mengamplas ini. Sumpah, tangan Datul perih. Jempolnya terasa sudah bengkok.

Apa aku menyerah saja? Baru tiga jam berdiri di sini, rasanya sudah berabad-abad. Jarum jam itu bahkan seperti lambat sekali berputarnya. Tapi kalau aku nyerah, eman-eman juga, cari kerja susah, masak iya giliran dapat aku nyerah lagi... apalagi aku denger juga gajinya besar jika sering-sering lembur... galau-galau.... Makk... gimana nih...

Datul hanya mengungkapkan itu dalam hati. Tidak mungkin bicara sekarang pada temannya. Meski meja mereka bersebelahan. Bisa-bisa Ko yang menyeramkan tadi datang lagi dan nyampluk mulut Datul pakai celana ini. Datul tidak bisa bayangkan itu, pasti sakit sekali.

Saat bel istirahat berbunyi, rasanya mereka baru saja mendapatkan sebuah kemerdekaan. Semuanya berhambur, berlari menuju kantin. Baju mereka sudah tak rupa, kotor karena partikel sisa kain yang di amplas. Mereka sudah lima jam berdiri dan bekerja mengamplas dengan di kejar targetan perjam. Berat itu sangat berat. Dengan keringat yang sudah membuat baju mereka basah.

Beruntung ada Maktun yang seterong. Sahabat Datul itu dengan gesit membagi tugas. Datul hanya di minta membawakan dua gelas es teh dan di suruh duduk agar mereka bisa kebagian tempat. Sedangkan Maktun yang berdesakan mengantri nasi soto.

Setelah itu dua mangkuk nasi soto sudah mengepul di hadapan mereka.

"Ayo cepat di makan, habis ini kita sholat terus istirahat sebentar, jam satu mantrap kerja lagi, kalau kelamaan makan kita ga bisa istirahat tiduran nanti, kakiku pegel semua..." sekelas Maktun aja sambat. Apalagi Datul yang rapuh.

"Masih panas... gimana mau makan" Datul sebenarnya galau ini. Setengah hatinya ingin kabur saja dari sini. Ah...

"Bener sih panas ini, kipasin pakai ini ajalah" Maktun mengambil kertas minyak tak jauh dari meja mereka lalu menjadikannya kipas. Biar nasi soto mereka bisa segera adem.

Datul diam tak bergeming.

"Mikirin apa?"

"Mak, aku kayaknya ga sanggup nerusin kerja ini,"

"kamu bisa ngejar target, hla aku? aku ketinggalan jauh padahal aku juga sudah berusaha tadi, tanganku...sakit..." Datul hampir meneteskan air mata. Kulit di jempolnya terkelupas, tadi sempat keluar darah sedikit.

Maktun terhenyak. Kasihan juga, meski dia juga merasakan hal sama tapi dia sejak awal sudah bertekad menjalani ini.

"Hla terus kamu mau gimana? kuat nunggu sampai jam tiga nanti? kita udah tanda tangan kontrak buat tiga bulan ke depan hlo"

"Kalau aku, seberat apapun aku jalani ini dulu, kamu tahu sendiri adikku banyak, orang tuaku mengharapkan aku bisa segera kerja"

Datul bingung harus bagaimana. Benar juga, dia juga sudah ikut menandatangani kontrak kerja. Jika di langgar apa benar perusahaan ini bakal menuntutnya. Membayangkan tiga jam ke depan saja Datul sudah tak mampu. Apalagi tiga bulan. Datul diam dengan raut wajah bersedih.

Maktun menelisik wajah temannya itu. Kasihan juga, dia juga tidak berhak memaksa.

"Kamu makan nasi ini dulu aja, semisal kamu ga mau lanjut, habis ini kamu langsung pulang aja, ga usah pamit. Kalau pamit sudah pasti kamu di makan Ko Aji, gimana?"

"Hla kamu gimana? nanti kalau mereka malah nyalahin kamu gimana?"

"Aku tinggal bilang ga tau aja"

"Kayaknya lebih mudah gitu, lagian kita juga ga ngasih jaminan apa-apa, ijasah atau KTP kita ga di tahan, jadi kemungkinan besar aman sih"

"Beneran?" Maktun mengangguk.

"Ya udah habis ini aku kabur aja ya, aku juga takut misal di suruh ngadep Ko Aji, serem,"

Dan setelah selesai dengan perutnya, Datul mengambil tasnya yang berada di loker. Dan di saat jam istirahat belum habis itu, dia berusaha berjalan tenang padahal aslinya deg-degan. Melewati beberapa gedung yang lain, mengabaikan orang-orang yang berlalu lalang. Baru kemudian melewati pos satpam lalu gerbang utama. Satpam yang berjaga juga tidak curiga, karena memang pabrik itu mengijinkan karyawan-karyawannya semisalnya ingin istirahat makan keluar.

Datul sempat membalikkan badan, di lihatnya Maktun yang masih setia berdiri di sana. Lalu pandangan Datul beralih ke papan besar bertuliskan nama pabrik itu.

PT. Asia Maju Abadi. Maafkan saya, yang pecundang ini...

.

.

.

.

.

Like dan komen ya man teman🙏

Terpopuler

Comments

Ai Ainun

Ai Ainun

maktun si wonder woman 💪💪

2022-04-06

2

Iswati Iskandar

Iswati Iskandar

mangkane regane larang

2022-04-04

2

Rifa Mukherjee

Rifa Mukherjee

tok tok tok...masih sepi aja 🙈

2022-04-04

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Ku Menangis...
2 Chapter 2: Jerawat dan Tutul Bedak Keramat
3 Chapter 3: Brekele
4 Chapter 4: Hamam Amirul Mukminin
5 Chapter 5: Bukan Gadis Tangguh
6 Chapter 6: Gara-gara Cilukbaa!
7 Chapter 7: Brownies
8 Chapter 8: Pacaran
9 Chapter 9: Menasehati Diri Sendiri
10 Chapter 10: Jadi Karena Itu...
11 Chapter 11: Hampir Mati
12 Chapter 12: Tunggang Lari
13 Chapter 13: Healing
14 Chapter 14: Kepincut
15 Chapter 15: Sosis Mas Hamam
16 Chapter 16: Bukan Lelaki Kalau Ga Punya Burung
17 Chapter 17: Balap Merpati
18 Chapter 18: Isolasi Mandiri
19 Chapter 19: Setuju
20 Chapter 20: Belum Rejeki
21 Chapter 21: Monkeypox
22 Chapter 22: Di Labrak Emak-emak
23 Chapter 23: Pahlawan Kesiangan
24 Chapter 24: Ns Glow
25 Chapter 25: Pengakuan
26 Chapter 26: Label
27 Chapter 27: NYOKLAT
28 Chapter 28: Gang 3
29 Chapter 29: Untung Selamat!
30 Chapter 30: Full Senyum
31 Chapter 31: Dress Flowy
32 Chapter 32: Kamu Empat, Aku Lima
33 Chapter 33: Poor Datul
34 Chapter 34: Kurrrja...Kurrrja...Kurrr...!
35 Chapter 35: Maidatul Khan binti Bapak Farkhan
36 Chapter 36: Galau Sepanjang Malam
37 Chapter 37: Panggilan Sayang
38 Chapter 38: Pak Imran yang Berwibawa
39 Chapter 39: Si Ceriwis Tomi
40 chapter 40: Semakin Dekat
41 Chapter 41: Ternyata Salah
42 Chapter 42: Di Bioskop
43 Chapter 43: Ploong!
44 Chapter 44: Oke, Aku Mau!
45 Chapter 45: Lirikan Pak Supir...
46 Chapter 46: Menolak Nasi Goreng
47 Chapter 47: Kaos Couple
48 Chapter 48: Perjalanan Malam
49 Chapter 49: Basah-basahan
50 Chapter 50: Kecolongan Lagi
51 chapter 51: Bukit Karang
52 Chapter 52: Gazebo
53 Chapter 53: Di Gendong Manja
54 Chapter 54: Jalan Malioboro
55 Chapter 55: Mari Pulang
56 Chapter 56: Terminal Mangkang
57 Chapter 57: Pria Idaman Lainnya
58 Chapter 58: Begitu Sulit
59 Chapter 59: Konyol
60 Chapter 60: Kayak Sama Siapa
61 Chapter 61: Demi Cinta, Katanya!
62 Chapter 62: Kado
63 Chapter 63: Mas Hamam Lagi
64 Chapter 64: Naik Busway dong!
65 Chapter 65: Aku Sayang Mas Ali
66 Chapter 66: Jam Tiga Pagi
67 Chapter 67: Berkunjung
68 Chapter 68: WISUDA
69 Chapter 69: Tomi is Back
70 Chapter 70: Raib Bersama Motor Cicilan
71 Chapter 71: Tepar
72 Chapter 72: Kantor Polisi
73 Chapter 73: Tertangkap
74 Chapter 74: Drawasi
75 Chapter 75: Omong kosong, kata Datul!
76 Chapter 76: Kamu Nanya?
77 Chapter 77: Kepastian
78 Chapter 78: Pokoknya Lima Bulan Lagi!
79 Chapter 79: Happy Engagement
80 Chapter 80: Pesan Jahat
81 Chapter 81: Terlihat Bodoh
82 Chapter 82: Insiden
83 Chapter 83: Koma
84 Chapter 84: Permintaan
85 Chapter 85: Rungkad
86 Chapter 86: Akhir Kegundahan
87 Chapter 87: Dunia Datul
88 Chapter 88: Hati Yang Pulih
89 Chapter 89: Happy Ending
90 Pengumuman karya baru
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Chapter 1: Ku Menangis...
2
Chapter 2: Jerawat dan Tutul Bedak Keramat
3
Chapter 3: Brekele
4
Chapter 4: Hamam Amirul Mukminin
5
Chapter 5: Bukan Gadis Tangguh
6
Chapter 6: Gara-gara Cilukbaa!
7
Chapter 7: Brownies
8
Chapter 8: Pacaran
9
Chapter 9: Menasehati Diri Sendiri
10
Chapter 10: Jadi Karena Itu...
11
Chapter 11: Hampir Mati
12
Chapter 12: Tunggang Lari
13
Chapter 13: Healing
14
Chapter 14: Kepincut
15
Chapter 15: Sosis Mas Hamam
16
Chapter 16: Bukan Lelaki Kalau Ga Punya Burung
17
Chapter 17: Balap Merpati
18
Chapter 18: Isolasi Mandiri
19
Chapter 19: Setuju
20
Chapter 20: Belum Rejeki
21
Chapter 21: Monkeypox
22
Chapter 22: Di Labrak Emak-emak
23
Chapter 23: Pahlawan Kesiangan
24
Chapter 24: Ns Glow
25
Chapter 25: Pengakuan
26
Chapter 26: Label
27
Chapter 27: NYOKLAT
28
Chapter 28: Gang 3
29
Chapter 29: Untung Selamat!
30
Chapter 30: Full Senyum
31
Chapter 31: Dress Flowy
32
Chapter 32: Kamu Empat, Aku Lima
33
Chapter 33: Poor Datul
34
Chapter 34: Kurrrja...Kurrrja...Kurrr...!
35
Chapter 35: Maidatul Khan binti Bapak Farkhan
36
Chapter 36: Galau Sepanjang Malam
37
Chapter 37: Panggilan Sayang
38
Chapter 38: Pak Imran yang Berwibawa
39
Chapter 39: Si Ceriwis Tomi
40
chapter 40: Semakin Dekat
41
Chapter 41: Ternyata Salah
42
Chapter 42: Di Bioskop
43
Chapter 43: Ploong!
44
Chapter 44: Oke, Aku Mau!
45
Chapter 45: Lirikan Pak Supir...
46
Chapter 46: Menolak Nasi Goreng
47
Chapter 47: Kaos Couple
48
Chapter 48: Perjalanan Malam
49
Chapter 49: Basah-basahan
50
Chapter 50: Kecolongan Lagi
51
chapter 51: Bukit Karang
52
Chapter 52: Gazebo
53
Chapter 53: Di Gendong Manja
54
Chapter 54: Jalan Malioboro
55
Chapter 55: Mari Pulang
56
Chapter 56: Terminal Mangkang
57
Chapter 57: Pria Idaman Lainnya
58
Chapter 58: Begitu Sulit
59
Chapter 59: Konyol
60
Chapter 60: Kayak Sama Siapa
61
Chapter 61: Demi Cinta, Katanya!
62
Chapter 62: Kado
63
Chapter 63: Mas Hamam Lagi
64
Chapter 64: Naik Busway dong!
65
Chapter 65: Aku Sayang Mas Ali
66
Chapter 66: Jam Tiga Pagi
67
Chapter 67: Berkunjung
68
Chapter 68: WISUDA
69
Chapter 69: Tomi is Back
70
Chapter 70: Raib Bersama Motor Cicilan
71
Chapter 71: Tepar
72
Chapter 72: Kantor Polisi
73
Chapter 73: Tertangkap
74
Chapter 74: Drawasi
75
Chapter 75: Omong kosong, kata Datul!
76
Chapter 76: Kamu Nanya?
77
Chapter 77: Kepastian
78
Chapter 78: Pokoknya Lima Bulan Lagi!
79
Chapter 79: Happy Engagement
80
Chapter 80: Pesan Jahat
81
Chapter 81: Terlihat Bodoh
82
Chapter 82: Insiden
83
Chapter 83: Koma
84
Chapter 84: Permintaan
85
Chapter 85: Rungkad
86
Chapter 86: Akhir Kegundahan
87
Chapter 87: Dunia Datul
88
Chapter 88: Hati Yang Pulih
89
Chapter 89: Happy Ending
90
Pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!