Chapter 2: Jerawat dan Tutul Bedak Keramat

Hai saya balik nih bawa cerita baru, ringan aja ceritanya semoga kalian suka, tambahkan favorit di rak kalian, dan ikuti author ya...

@Rifa Mukherjee

happy reading 🥰

...

Whitehead adalah jerawat dasar berupa komedo putih. Jika terlalu lama tertimbun, komedo ini bermetamorfosis jadi komedo hitam, lalu naik kelas berubah menjadi benjolan kecil berwarna merah. Para ahli menyebutnya Papula. Papula bukan Paula, kalau Paula sih istrinya Baim wong.

Datul gemas, di depan cermin yang memantulkan wajahnya, jari-jari tangan Datul lincah memencet salah satu koleksi jerawat yang dia punya. Kalau di lihat dari penampakannya, Datul meyakini jerawat ini bernama si Pustula. Benjolan merah yang berisi nanah jika di pencet. Terlalu menjijikkan jika di biarkan begitu saja. Maka dari itu Datul nekat memencetnya tanpa ampun. Meski setelah memaksa si nanah keluar, Datul akan meringis karena perih. Datul memanyunkan bibirnya.

Wajah itu, Datul ingin sekali membencinya, tapi itu wajahnya sendiri jadi mana bisa. Semua jenis jerawat ada di sana. Whitehead, blackhead, Papula, Pustula, Nodul atau bopeng, hampir rata menghiasi wajahnya, hanya kedua kelopak mata Datul yang selamat. Dari situ Datul masih bisa bersyukur, selebihnya dia insecure.

Ponsel Datul berdering, menilik sekilas lalu wajah Maktun memenuhi layar ponselnya.

"Ya, ada apa?" tanya Datul dengan bibir masih mecucu, lama-lama dia mirip ikan buntal kalau sedang begitu.

"Weh lagi apa? jelek banget mukanya!"

"Emang kamu pernah lihat aku cantik?" tanya Datul sinis.

Dan sialnya gadis di seberang sana yang mengaku sahabat karib menggelengkan kepala lalu terbahak. "Kagak! hahaha..."

Meski Maktun juga bukan gadis yang cantik, setidaknya wajahnya bersih dari jerawat. Warna kulitnya yang coklat sawo matang mendekati busuk tidak membuat Maktun minder, maklum tingkat kepercayaan diri gadis ini di atas Datul. Datul yang lebih minderan dan tak tahu arah tujuan hidupnya pantas saja cocok berteman dengan Maktun yang lebih tegas dan pemberani.

"Cuma mau memastikan nanti jadi bareng 'kan?" Padahal Maktun bisa chat lho, repot vidio call dan mengganggu Datul yang sedang panen jerawat.

"Jadilah, jemput kayak biasa ke rumah. Kalau ga nebeng kamu, masak iya aku naik odong-odong kesananya. Udah aku tutup dulu, lagi ribet nih!"

"Heran, pagi-pagi sudah menjelajah ke ruang angkasa aja, ga nunggu siangan kek!"

"Apalagi coba?" tanya Datul malas.

"Ya itu, pasti kamu lagi ngurusi batu batuan meteor di wajah kamu 'kan? Biarin aja kenapa sih, nanti tambah parah sedih, nangis, ga doyan makan, ngurung diri di bawah kolong kasur, yang ada aku takut kalau kamu tiba-tiba mati ga konangan, hahaha...."

"Njir... mulutnya, pengen aku sulam pakai benang kenur layangan! kamu pikir aku batang tikus mati ga konangan! Dasar sahabat laknat!"

Maktun terkekeh lagi, lalu memutuskan panggilan itu.

****

Datul dan Maktun sudah berada di sebuah ruangan khusus di pabrik manufaktur perakit mesin mobil terkemuka. Ada sekitar enam puluh orang atau lebih ya, padahal yang di butuhkan hanya tiga orang saja untuk mengisi lowongan bagian operator produksi. Dengan perasaan berdebar, mereka menunggu giliran nama mereka di panggil.

"Aku ga yakin kita bakalan lolos" bisik Datul pesimis.

"Hei, mencoba keberuntungan itu tidak dosa!" timpal Maktun dengan penuh percaya diri.

Bukan tanpa alasan Datul pesimis seperti itu. Pada persyaratan sudah jelas tertulis tinggi badan minimal 150cm. Sedangkan Datul? tingginya cuma 148cm, kurangnya mau nyolong dari mana? Dan Datul ikut saja ajakan Maktun itu. Mencoba keberuntungan.

"Kata kakakku, pas pengukuran nanti kita jinjit sedikitlah asal hati-hati, jangan sampai ketahuan panitia" Mengingat tinggi Maktun juga tidak lebih dari 150cm.

"Hish, itu namanya curang... aku ga berani" Datul langsung keringat dingin jika di ajak ke jalan yang sesat. Lebih baik jujur apa adanya dari pada harus menuruti ide gila temannya.

"Ya ga usah kalau ga berani, A1 gagal"

"Kamu mau pakai cara itu?" selidik Datul. Semakin cemas semakin kandung kemihnya penuh, jadi pengen pipis.

"Enggaklah, itu tadi cuma saran!" jawab Maktun dengan muka datar.

Datul geregetan, rasanya ingin melempar Maktun hingga ke neraka. Maktun tidak mau tersesat tapi mau menyesatkan temannya. Dasar memang!

"Aku kebelet pipis nih, lama ga di panggil-panggil."

"Tinggal aja kali, ijin sana keburu ngompol malah ribet"

"Ga berani, anterin..." Datul merengek. Wajahnya yang berminyak memelas seperti anak kucing yang minta ikan Salmon. Padahal jelas ga bakal di kasih, Salmon mahal. Kaum seperti mereka berdua saja belum pernah makan Salmon. Itu fakta.

Maktun mengangkat tangan minta ijin, sedangkan Datul seperti biasa jadi ekor di belakang.

"Buruan, jangan lama-lama di dalam!"

"Iya ciwis..." Punggung Datul menghilang di balik kamar mandi. Sepuluh menit, Maktun yang sudah tidak sabar menggedor pintu. Barang kali Datul ketiduran di dalam.

"Woi, pipis apa beranak kog lama?"

"Bentar!" teriak Datul dari dalam.

"Jangan bilang kamu lagi touch up muka pakai tutul bedakmu yang laknat itu!" Datul tak menjawab. Itu memang benar.

Lantas pintu terbuka dan Datul merengut bodoh. "Jangan suka mengatai tutul bedakku, nanti kualat!"

"Dih! emang tutul bedak kamu sakti? udah buluk gitu wahai Maidatul Khan!"

Sebelum di rampas paksa dan di buang ke tempat sampah oleh Maktun, Datul buru-buru mengantongi tutul bedak keramat miliknya di saku celana. Terhitung tutul bedak milik Datul sudah menemaninya sejak lima tahun yang lalu. Sejak Datul masih duduk di bangku SMP kelas IX. Dan selalu di bawa kemanapun Datul pergi. Bahkan jika kelak Datul punya kesempatan naik Haji, Datul berjanji akan mengajak tutul bedaknya ikut serta. Biar sekalian tutul bedaknya naik haji. Lucu ga?

Hemat Datul, di banding memakai tisu untuk mengelap keringat berlebih di wajah, Datul lebih memilih tutul bedaknya, lebih hemat dan mencegah pemanasan global. Karena itu artinya dia ikut mengurangi pemakaian tisu yang bahan dasarnya serat kayu.

"Memang tutul milikku sudah tak sedap di pandang, tapi tutul ini menemaniku selama bertahun-tahun dan masih enak di pakai, aku nyaman sama dia, andai di ganti baru juga belum tentu seenak ini, belum lagi kalau ingat jasa-jasanya selama ini, mengelap minyak di wajahku, aku tidak rela kamu bilang dia laknat! Dia keramat tahu...!"

Maktun mencibir. Datul mulai mendramatisir. "Keramat itu identik dengan kesaktian, coba sebutkan apa saktinya itu tutul, di gosok juga ga berubah jadi uang, buat DP motor juga ga laku, udah dekil ga pernah di cuci pula, yang ada malah jadi hunian asri para kuman dan bakteri"

Datul nyengir, matanya yang sipit tambah terlihat segaris karena tidak munafik dia terkekeh. Apa yang di katakan Maktun itu benar semua. Meski begitu Datul tidak akan mengganti tutul bedaknya, sampai kapanpun.

Kumal asal nyaman, dari pada baru tapi tak memberi kenyamanan? Itu berlaku juga pada pria idamannya, meski Datul lemah pada pria tampan, tapi jika dapatnya kumal Datul juga tidak akan congkak lantas menolak. Asal nyaman di hati itu saja, ga neko-neko.

****

Datul turun dari angkot dan berjalan masuk ke gang rumahnya yang cukup jauh dari jalan raya. Matahari sedang terik-teriknya siang itu. Datul benci panas dan debu. Belum juga perutnya yang keroncongan karena lapar.

Tahu tidak memenuhi syarat dari awal, harusnya aku pulang dari tadi, gerutu Datul dalam hati.

Sedangkan Maktun meski tipis sekali, dia lolos seleksi pengukuran tinggi badan dan bisa melanjutkan ke sesi berikutnya . Alkisah, Datul pulang duluan. Sedih memang saat gagal sedang teman kita bisa lolos. Sedihnya dua kali, karena tidak munafik itu sifat dasar manusia yang bernama iri pasti banyak sedikitnya ada di hati, mana jerawat bekas di pencet tadi pagi masih perih. Datul merasa hidupnya ga ada beruntung-beruntungnya. Apes aja yang ada. Dilema jerawat, dilema pekerjaan, dilema pacar.

Ampun Datul lupa membalas pesan dari pacar pertamanya. Setelah berabad-abad menjomblo, hal yang harus di syukuri Datul, dia punya pacar, pacar pertama meski bukan cinta pertama. Cinta pertama Datul... e-em, e-em... terlalu sulit di gapai. Jadi Datul simpan saja dalam hati tanpa ada satu orang pun yang tahu. Setan pun tak tau.

Kembali ke pacar pertama Datul, namanya Zaenal. Baru pacaran tiga bulan sih, tapi Datul sudah cinta setengah hidup. Meski pacarnya itu sering ngilang tak jelas, Datul orangnya pemaaf. Seperti seminggu ini, Zaen tanpa kabar. Dan baru muncul tanda-tanda kehidupannya tadi pas Datul balik dari toilet. Darul belum sempat membalas karena harus fokus lagi tadi Datul membuka pesan itu lagi, mengetik balasan sambil jalan. Kaki Datul sudah hapal jalan pulang, jadi Datul tak butuh mata hanya sekedar untuk melihat jalan.

Zaen💖

Aku baru pulang dari Bromo, nanti sore ketemu bisa?

Datul senyum-senyum menjijikan, pacarnya itu apa dia merindukan Datul? baru pulang dari mendaki gunung langsung minta ketemu. Dosa menghilang tanpa kabar lebur, karena Datul terlanjur bahagia dengan pikirannya sendiri.

^^^Tutul macan🐸^^^

^^^Apa kamu kangen? mau bertemu di mana?^^^

Zaen💖

Di dekat kebun pisang gang rumah kamu aja, biar kamu ga jalan jauh...

Datul nyengir, pacarnya perhatian tidak mau merepotkan Datul. Meski tempat ketemuan mereka tidak berkelas sama sekali. Tak apa, Datul bukan tipe pacar yang banyak menuntut. Di cintai saja Datul sudah bahagia.

^^^Tutul Macan🐸^^^

^^^Baik, di mana pun itu, asal ketemu kamu, aku mau😘 Miss u pacar...^^^

Tidak di balas!

Dih, dasar krebo! selalu begitu... ga pernah balas emot cium. Padahal aku pengen di kasih emot itu...

Datul cemberut lagi. Kali ini dia berlari agar cepat sampai rumah. Datul takut matahari. Terpapar matahari lama-lama wajahnya langsung memerah. Datul tidak mau pas simpangan sama tetangganya nanti, tetangganya syok melihat wajah Datul yang merah mengalahkan merahnya wajah tuan Crab. Lebih parah ada jerawat di sana!

OMG!!!!

To be continued...

Terpopuler

Comments

Reiva Momi

Reiva Momi

astaga... " tutul macan " 😩

2023-02-15

0

Bukan mawar🥀

Bukan mawar🥀

Hallo kak...😊 Aku mampir ni sambil nyicil juga baca nya,
Kalo berkenan, mampir lah di karya receh ku judul nya I love you jendral gila ku. Semangat kk author hebat🥰

2022-11-02

1

Elfian Elfandi

Elfian Elfandi

jaman SMA q juga jerawat,tp krj mbabu di Singapore kok hilang sendiri,,,,tp semangat datul💪

2022-10-05

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Ku Menangis...
2 Chapter 2: Jerawat dan Tutul Bedak Keramat
3 Chapter 3: Brekele
4 Chapter 4: Hamam Amirul Mukminin
5 Chapter 5: Bukan Gadis Tangguh
6 Chapter 6: Gara-gara Cilukbaa!
7 Chapter 7: Brownies
8 Chapter 8: Pacaran
9 Chapter 9: Menasehati Diri Sendiri
10 Chapter 10: Jadi Karena Itu...
11 Chapter 11: Hampir Mati
12 Chapter 12: Tunggang Lari
13 Chapter 13: Healing
14 Chapter 14: Kepincut
15 Chapter 15: Sosis Mas Hamam
16 Chapter 16: Bukan Lelaki Kalau Ga Punya Burung
17 Chapter 17: Balap Merpati
18 Chapter 18: Isolasi Mandiri
19 Chapter 19: Setuju
20 Chapter 20: Belum Rejeki
21 Chapter 21: Monkeypox
22 Chapter 22: Di Labrak Emak-emak
23 Chapter 23: Pahlawan Kesiangan
24 Chapter 24: Ns Glow
25 Chapter 25: Pengakuan
26 Chapter 26: Label
27 Chapter 27: NYOKLAT
28 Chapter 28: Gang 3
29 Chapter 29: Untung Selamat!
30 Chapter 30: Full Senyum
31 Chapter 31: Dress Flowy
32 Chapter 32: Kamu Empat, Aku Lima
33 Chapter 33: Poor Datul
34 Chapter 34: Kurrrja...Kurrrja...Kurrr...!
35 Chapter 35: Maidatul Khan binti Bapak Farkhan
36 Chapter 36: Galau Sepanjang Malam
37 Chapter 37: Panggilan Sayang
38 Chapter 38: Pak Imran yang Berwibawa
39 Chapter 39: Si Ceriwis Tomi
40 chapter 40: Semakin Dekat
41 Chapter 41: Ternyata Salah
42 Chapter 42: Di Bioskop
43 Chapter 43: Ploong!
44 Chapter 44: Oke, Aku Mau!
45 Chapter 45: Lirikan Pak Supir...
46 Chapter 46: Menolak Nasi Goreng
47 Chapter 47: Kaos Couple
48 Chapter 48: Perjalanan Malam
49 Chapter 49: Basah-basahan
50 Chapter 50: Kecolongan Lagi
51 chapter 51: Bukit Karang
52 Chapter 52: Gazebo
53 Chapter 53: Di Gendong Manja
54 Chapter 54: Jalan Malioboro
55 Chapter 55: Mari Pulang
56 Chapter 56: Terminal Mangkang
57 Chapter 57: Pria Idaman Lainnya
58 Chapter 58: Begitu Sulit
59 Chapter 59: Konyol
60 Chapter 60: Kayak Sama Siapa
61 Chapter 61: Demi Cinta, Katanya!
62 Chapter 62: Kado
63 Chapter 63: Mas Hamam Lagi
64 Chapter 64: Naik Busway dong!
65 Chapter 65: Aku Sayang Mas Ali
66 Chapter 66: Jam Tiga Pagi
67 Chapter 67: Berkunjung
68 Chapter 68: WISUDA
69 Chapter 69: Tomi is Back
70 Chapter 70: Raib Bersama Motor Cicilan
71 Chapter 71: Tepar
72 Chapter 72: Kantor Polisi
73 Chapter 73: Tertangkap
74 Chapter 74: Drawasi
75 Chapter 75: Omong kosong, kata Datul!
76 Chapter 76: Kamu Nanya?
77 Chapter 77: Kepastian
78 Chapter 78: Pokoknya Lima Bulan Lagi!
79 Chapter 79: Happy Engagement
80 Chapter 80: Pesan Jahat
81 Chapter 81: Terlihat Bodoh
82 Chapter 82: Insiden
83 Chapter 83: Koma
84 Chapter 84: Permintaan
85 Chapter 85: Rungkad
86 Chapter 86: Akhir Kegundahan
87 Chapter 87: Dunia Datul
88 Chapter 88: Hati Yang Pulih
89 Chapter 89: Happy Ending
90 Pengumuman karya baru
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Chapter 1: Ku Menangis...
2
Chapter 2: Jerawat dan Tutul Bedak Keramat
3
Chapter 3: Brekele
4
Chapter 4: Hamam Amirul Mukminin
5
Chapter 5: Bukan Gadis Tangguh
6
Chapter 6: Gara-gara Cilukbaa!
7
Chapter 7: Brownies
8
Chapter 8: Pacaran
9
Chapter 9: Menasehati Diri Sendiri
10
Chapter 10: Jadi Karena Itu...
11
Chapter 11: Hampir Mati
12
Chapter 12: Tunggang Lari
13
Chapter 13: Healing
14
Chapter 14: Kepincut
15
Chapter 15: Sosis Mas Hamam
16
Chapter 16: Bukan Lelaki Kalau Ga Punya Burung
17
Chapter 17: Balap Merpati
18
Chapter 18: Isolasi Mandiri
19
Chapter 19: Setuju
20
Chapter 20: Belum Rejeki
21
Chapter 21: Monkeypox
22
Chapter 22: Di Labrak Emak-emak
23
Chapter 23: Pahlawan Kesiangan
24
Chapter 24: Ns Glow
25
Chapter 25: Pengakuan
26
Chapter 26: Label
27
Chapter 27: NYOKLAT
28
Chapter 28: Gang 3
29
Chapter 29: Untung Selamat!
30
Chapter 30: Full Senyum
31
Chapter 31: Dress Flowy
32
Chapter 32: Kamu Empat, Aku Lima
33
Chapter 33: Poor Datul
34
Chapter 34: Kurrrja...Kurrrja...Kurrr...!
35
Chapter 35: Maidatul Khan binti Bapak Farkhan
36
Chapter 36: Galau Sepanjang Malam
37
Chapter 37: Panggilan Sayang
38
Chapter 38: Pak Imran yang Berwibawa
39
Chapter 39: Si Ceriwis Tomi
40
chapter 40: Semakin Dekat
41
Chapter 41: Ternyata Salah
42
Chapter 42: Di Bioskop
43
Chapter 43: Ploong!
44
Chapter 44: Oke, Aku Mau!
45
Chapter 45: Lirikan Pak Supir...
46
Chapter 46: Menolak Nasi Goreng
47
Chapter 47: Kaos Couple
48
Chapter 48: Perjalanan Malam
49
Chapter 49: Basah-basahan
50
Chapter 50: Kecolongan Lagi
51
chapter 51: Bukit Karang
52
Chapter 52: Gazebo
53
Chapter 53: Di Gendong Manja
54
Chapter 54: Jalan Malioboro
55
Chapter 55: Mari Pulang
56
Chapter 56: Terminal Mangkang
57
Chapter 57: Pria Idaman Lainnya
58
Chapter 58: Begitu Sulit
59
Chapter 59: Konyol
60
Chapter 60: Kayak Sama Siapa
61
Chapter 61: Demi Cinta, Katanya!
62
Chapter 62: Kado
63
Chapter 63: Mas Hamam Lagi
64
Chapter 64: Naik Busway dong!
65
Chapter 65: Aku Sayang Mas Ali
66
Chapter 66: Jam Tiga Pagi
67
Chapter 67: Berkunjung
68
Chapter 68: WISUDA
69
Chapter 69: Tomi is Back
70
Chapter 70: Raib Bersama Motor Cicilan
71
Chapter 71: Tepar
72
Chapter 72: Kantor Polisi
73
Chapter 73: Tertangkap
74
Chapter 74: Drawasi
75
Chapter 75: Omong kosong, kata Datul!
76
Chapter 76: Kamu Nanya?
77
Chapter 77: Kepastian
78
Chapter 78: Pokoknya Lima Bulan Lagi!
79
Chapter 79: Happy Engagement
80
Chapter 80: Pesan Jahat
81
Chapter 81: Terlihat Bodoh
82
Chapter 82: Insiden
83
Chapter 83: Koma
84
Chapter 84: Permintaan
85
Chapter 85: Rungkad
86
Chapter 86: Akhir Kegundahan
87
Chapter 87: Dunia Datul
88
Chapter 88: Hati Yang Pulih
89
Chapter 89: Happy Ending
90
Pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!