Hai saya balik nih bawa cerita baru, ringan aja ceritanya semoga kalian suka, tambahkan favorit di rak kalian, dan ikuti author ya...
@Rifa Mukherjee
happy reading 🥰
...
Whitehead adalah jerawat dasar berupa komedo putih. Jika terlalu lama tertimbun, komedo ini bermetamorfosis jadi komedo hitam, lalu naik kelas berubah menjadi benjolan kecil berwarna merah. Para ahli menyebutnya Papula. Papula bukan Paula, kalau Paula sih istrinya Baim wong.
Datul gemas, di depan cermin yang memantulkan wajahnya, jari-jari tangan Datul lincah memencet salah satu koleksi jerawat yang dia punya. Kalau di lihat dari penampakannya, Datul meyakini jerawat ini bernama si Pustula. Benjolan merah yang berisi nanah jika di pencet. Terlalu menjijikkan jika di biarkan begitu saja. Maka dari itu Datul nekat memencetnya tanpa ampun. Meski setelah memaksa si nanah keluar, Datul akan meringis karena perih. Datul memanyunkan bibirnya.
Wajah itu, Datul ingin sekali membencinya, tapi itu wajahnya sendiri jadi mana bisa. Semua jenis jerawat ada di sana. Whitehead, blackhead, Papula, Pustula, Nodul atau bopeng, hampir rata menghiasi wajahnya, hanya kedua kelopak mata Datul yang selamat. Dari situ Datul masih bisa bersyukur, selebihnya dia insecure.
Ponsel Datul berdering, menilik sekilas lalu wajah Maktun memenuhi layar ponselnya.
"Ya, ada apa?" tanya Datul dengan bibir masih mecucu, lama-lama dia mirip ikan buntal kalau sedang begitu.
"Weh lagi apa? jelek banget mukanya!"
"Emang kamu pernah lihat aku cantik?" tanya Datul sinis.
Dan sialnya gadis di seberang sana yang mengaku sahabat karib menggelengkan kepala lalu terbahak. "Kagak! hahaha..."
Meski Maktun juga bukan gadis yang cantik, setidaknya wajahnya bersih dari jerawat. Warna kulitnya yang coklat sawo matang mendekati busuk tidak membuat Maktun minder, maklum tingkat kepercayaan diri gadis ini di atas Datul. Datul yang lebih minderan dan tak tahu arah tujuan hidupnya pantas saja cocok berteman dengan Maktun yang lebih tegas dan pemberani.
"Cuma mau memastikan nanti jadi bareng 'kan?" Padahal Maktun bisa chat lho, repot vidio call dan mengganggu Datul yang sedang panen jerawat.
"Jadilah, jemput kayak biasa ke rumah. Kalau ga nebeng kamu, masak iya aku naik odong-odong kesananya. Udah aku tutup dulu, lagi ribet nih!"
"Heran, pagi-pagi sudah menjelajah ke ruang angkasa aja, ga nunggu siangan kek!"
"Apalagi coba?" tanya Datul malas.
"Ya itu, pasti kamu lagi ngurusi batu batuan meteor di wajah kamu 'kan? Biarin aja kenapa sih, nanti tambah parah sedih, nangis, ga doyan makan, ngurung diri di bawah kolong kasur, yang ada aku takut kalau kamu tiba-tiba mati ga konangan, hahaha...."
"Njir... mulutnya, pengen aku sulam pakai benang kenur layangan! kamu pikir aku batang tikus mati ga konangan! Dasar sahabat laknat!"
Maktun terkekeh lagi, lalu memutuskan panggilan itu.
****
Datul dan Maktun sudah berada di sebuah ruangan khusus di pabrik manufaktur perakit mesin mobil terkemuka. Ada sekitar enam puluh orang atau lebih ya, padahal yang di butuhkan hanya tiga orang saja untuk mengisi lowongan bagian operator produksi. Dengan perasaan berdebar, mereka menunggu giliran nama mereka di panggil.
"Aku ga yakin kita bakalan lolos" bisik Datul pesimis.
"Hei, mencoba keberuntungan itu tidak dosa!" timpal Maktun dengan penuh percaya diri.
Bukan tanpa alasan Datul pesimis seperti itu. Pada persyaratan sudah jelas tertulis tinggi badan minimal 150cm. Sedangkan Datul? tingginya cuma 148cm, kurangnya mau nyolong dari mana? Dan Datul ikut saja ajakan Maktun itu. Mencoba keberuntungan.
"Kata kakakku, pas pengukuran nanti kita jinjit sedikitlah asal hati-hati, jangan sampai ketahuan panitia" Mengingat tinggi Maktun juga tidak lebih dari 150cm.
"Hish, itu namanya curang... aku ga berani" Datul langsung keringat dingin jika di ajak ke jalan yang sesat. Lebih baik jujur apa adanya dari pada harus menuruti ide gila temannya.
"Ya ga usah kalau ga berani, A1 gagal"
"Kamu mau pakai cara itu?" selidik Datul. Semakin cemas semakin kandung kemihnya penuh, jadi pengen pipis.
"Enggaklah, itu tadi cuma saran!" jawab Maktun dengan muka datar.
Datul geregetan, rasanya ingin melempar Maktun hingga ke neraka. Maktun tidak mau tersesat tapi mau menyesatkan temannya. Dasar memang!
"Aku kebelet pipis nih, lama ga di panggil-panggil."
"Tinggal aja kali, ijin sana keburu ngompol malah ribet"
"Ga berani, anterin..." Datul merengek. Wajahnya yang berminyak memelas seperti anak kucing yang minta ikan Salmon. Padahal jelas ga bakal di kasih, Salmon mahal. Kaum seperti mereka berdua saja belum pernah makan Salmon. Itu fakta.
Maktun mengangkat tangan minta ijin, sedangkan Datul seperti biasa jadi ekor di belakang.
"Buruan, jangan lama-lama di dalam!"
"Iya ciwis..." Punggung Datul menghilang di balik kamar mandi. Sepuluh menit, Maktun yang sudah tidak sabar menggedor pintu. Barang kali Datul ketiduran di dalam.
"Woi, pipis apa beranak kog lama?"
"Bentar!" teriak Datul dari dalam.
"Jangan bilang kamu lagi touch up muka pakai tutul bedakmu yang laknat itu!" Datul tak menjawab. Itu memang benar.
Lantas pintu terbuka dan Datul merengut bodoh. "Jangan suka mengatai tutul bedakku, nanti kualat!"
"Dih! emang tutul bedak kamu sakti? udah buluk gitu wahai Maidatul Khan!"
Sebelum di rampas paksa dan di buang ke tempat sampah oleh Maktun, Datul buru-buru mengantongi tutul bedak keramat miliknya di saku celana. Terhitung tutul bedak milik Datul sudah menemaninya sejak lima tahun yang lalu. Sejak Datul masih duduk di bangku SMP kelas IX. Dan selalu di bawa kemanapun Datul pergi. Bahkan jika kelak Datul punya kesempatan naik Haji, Datul berjanji akan mengajak tutul bedaknya ikut serta. Biar sekalian tutul bedaknya naik haji. Lucu ga?
Hemat Datul, di banding memakai tisu untuk mengelap keringat berlebih di wajah, Datul lebih memilih tutul bedaknya, lebih hemat dan mencegah pemanasan global. Karena itu artinya dia ikut mengurangi pemakaian tisu yang bahan dasarnya serat kayu.
"Memang tutul milikku sudah tak sedap di pandang, tapi tutul ini menemaniku selama bertahun-tahun dan masih enak di pakai, aku nyaman sama dia, andai di ganti baru juga belum tentu seenak ini, belum lagi kalau ingat jasa-jasanya selama ini, mengelap minyak di wajahku, aku tidak rela kamu bilang dia laknat! Dia keramat tahu...!"
Maktun mencibir. Datul mulai mendramatisir. "Keramat itu identik dengan kesaktian, coba sebutkan apa saktinya itu tutul, di gosok juga ga berubah jadi uang, buat DP motor juga ga laku, udah dekil ga pernah di cuci pula, yang ada malah jadi hunian asri para kuman dan bakteri"
Datul nyengir, matanya yang sipit tambah terlihat segaris karena tidak munafik dia terkekeh. Apa yang di katakan Maktun itu benar semua. Meski begitu Datul tidak akan mengganti tutul bedaknya, sampai kapanpun.
Kumal asal nyaman, dari pada baru tapi tak memberi kenyamanan? Itu berlaku juga pada pria idamannya, meski Datul lemah pada pria tampan, tapi jika dapatnya kumal Datul juga tidak akan congkak lantas menolak. Asal nyaman di hati itu saja, ga neko-neko.
****
Datul turun dari angkot dan berjalan masuk ke gang rumahnya yang cukup jauh dari jalan raya. Matahari sedang terik-teriknya siang itu. Datul benci panas dan debu. Belum juga perutnya yang keroncongan karena lapar.
Tahu tidak memenuhi syarat dari awal, harusnya aku pulang dari tadi, gerutu Datul dalam hati.
Sedangkan Maktun meski tipis sekali, dia lolos seleksi pengukuran tinggi badan dan bisa melanjutkan ke sesi berikutnya . Alkisah, Datul pulang duluan. Sedih memang saat gagal sedang teman kita bisa lolos. Sedihnya dua kali, karena tidak munafik itu sifat dasar manusia yang bernama iri pasti banyak sedikitnya ada di hati, mana jerawat bekas di pencet tadi pagi masih perih. Datul merasa hidupnya ga ada beruntung-beruntungnya. Apes aja yang ada. Dilema jerawat, dilema pekerjaan, dilema pacar.
Ampun Datul lupa membalas pesan dari pacar pertamanya. Setelah berabad-abad menjomblo, hal yang harus di syukuri Datul, dia punya pacar, pacar pertama meski bukan cinta pertama. Cinta pertama Datul... e-em, e-em... terlalu sulit di gapai. Jadi Datul simpan saja dalam hati tanpa ada satu orang pun yang tahu. Setan pun tak tau.
Kembali ke pacar pertama Datul, namanya Zaenal. Baru pacaran tiga bulan sih, tapi Datul sudah cinta setengah hidup. Meski pacarnya itu sering ngilang tak jelas, Datul orangnya pemaaf. Seperti seminggu ini, Zaen tanpa kabar. Dan baru muncul tanda-tanda kehidupannya tadi pas Datul balik dari toilet. Darul belum sempat membalas karena harus fokus lagi tadi Datul membuka pesan itu lagi, mengetik balasan sambil jalan. Kaki Datul sudah hapal jalan pulang, jadi Datul tak butuh mata hanya sekedar untuk melihat jalan.
Zaen💖
Aku baru pulang dari Bromo, nanti sore ketemu bisa?
Datul senyum-senyum menjijikan, pacarnya itu apa dia merindukan Datul? baru pulang dari mendaki gunung langsung minta ketemu. Dosa menghilang tanpa kabar lebur, karena Datul terlanjur bahagia dengan pikirannya sendiri.
^^^Tutul macan🐸^^^
^^^Apa kamu kangen? mau bertemu di mana?^^^
Zaen💖
Di dekat kebun pisang gang rumah kamu aja, biar kamu ga jalan jauh...
Datul nyengir, pacarnya perhatian tidak mau merepotkan Datul. Meski tempat ketemuan mereka tidak berkelas sama sekali. Tak apa, Datul bukan tipe pacar yang banyak menuntut. Di cintai saja Datul sudah bahagia.
^^^Tutul Macan🐸^^^
^^^Baik, di mana pun itu, asal ketemu kamu, aku mau😘 Miss u pacar...^^^
Tidak di balas!
Dih, dasar krebo! selalu begitu... ga pernah balas emot cium. Padahal aku pengen di kasih emot itu...
Datul cemberut lagi. Kali ini dia berlari agar cepat sampai rumah. Datul takut matahari. Terpapar matahari lama-lama wajahnya langsung memerah. Datul tidak mau pas simpangan sama tetangganya nanti, tetangganya syok melihat wajah Datul yang merah mengalahkan merahnya wajah tuan Crab. Lebih parah ada jerawat di sana!
OMG!!!!
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Reiva Momi
astaga... " tutul macan " 😩
2023-02-15
0
Bukan mawar🥀
Hallo kak...😊 Aku mampir ni sambil nyicil juga baca nya,
Kalo berkenan, mampir lah di karya receh ku judul nya I love you jendral gila ku. Semangat kk author hebat🥰
2022-11-02
1
Elfian Elfandi
jaman SMA q juga jerawat,tp krj mbabu di Singapore kok hilang sendiri,,,,tp semangat datul💪
2022-10-05
1