"Apa kau sudah memikirkan secara matang, anak ku?" tanya seorang wanita tua yang bernama Suriasih kepada anaknya yang tak lain adalah Pangeran Angga.
Wanita itu merasa bahwa keputusan Pangeran Angga terkesan buru-buru, dan ia mencoba untuk menasihati anaknya itu.
"Aku tau Ibunda tidak akan setuju, mungkin begitu pun dengan mendiang Ayahanda. Tetapi hanya ini yang bisa aku lakukan untuk saudara-saudara ku, aku tidak siap jika harus beradu senjata dengan mereka...." jawab Pangeran Angga dengan lirih, kemudian Pangeran Angga beranjak tidur di kaki Ibundanya.
"Baiklah anak ku, jika itu yang telah menjadi keputusan mu, Ibunda akan mendukung mu." jawab Ibunda Suriasih dengan tersenyum, tangannya tidak henti-hentinya membelai kepala anaknya.
"Tapi kau harus selalu jaga diri, jangan lupa untuk selalu minta pendapat dari Senopati Kemuning, hanya dia yang bisa kau andalkan saat ini." ucap Ibunda Suriasih melanjutkan.
Pangeran Angga hanya mengangguk kemudian tidur terlelap di pangkuan Ibundanya.
***
Keesokan hari nya di dalam sebuah aula kerajaan, telah nampak ketiga Pangeran Kerajaan Matraman duduk di tempatnya masing-masing. Kedatangan ketiga pangeran ini diikuti oleh masing-masing senopati yang mendukungnya.
Ketiga pangeran itu adalah Pangeran Putra, Pangeran Reksa, dan Pangeran Sukanda. Mereka saling berbisik, kira-kira apa tujuan mereka dikumpulkan. Padahal, masing-masing dari mereka saling bersaing demi ambisi yang sama.
"Wah wah wah, ternyata kalian juga diundang kemari ya.." ucap Pangeran Angga kepada dua saudaranya.
"Aku pun tak menyangka kita bertiga bisa berkumpul di sini." jawab Pangeran Reksa.
"Sepertinya kita harus mengucapkan terimakasih kepada Pangeran Putra." Pangeran Sukanda melanjutkan.
"Hahaha.. Kau benar Sukanda." ketiga nya lalu tertawa bersama.
Tawa ketiga pangeran seketika terhenti ketika telah muncul Pangeran Angga bersama dengan Senopati Kemuning, lalu keduanya segera mengambil tempat duduk.
Hanya Senopati Kemuning yang mengharapkan Pangeran Angga bisa menjadi Raja Matraman berikutnya. Namun ia sadar, akan ada banyak bahaya yang menghadang. Salah satu yang sudah pasti adalah dari saudara-saudaranya sendiri.
"Baiklah, terimakasih atas kesediaan saudara-saudara Pangeran untuk hadir pada kesempatan ini. Ada beberapa hal penting yang akan aku sampaikan." suara Pangeran Angga memulai pembicaraan.
Ketiga pangeran kompak menatap Pangeran Angga seraya menebak hal apakah yang akan ia disampaikan.
Setelah mereka bertiga tidak berhasil menebak ke arah mana pembicaraan Pangeran Angga, lalu ketiga nya segera meminta Pangeran Angga untuk melanjutkan pembicaraan.
"Aku tau, masing-masing dari kalian menginginkan tahta kerajaan dan kalian telah memulai persiapan untuk itu. Akan tetapi Ayahanda menghendaki aku sebagai Raja Matraman berikutnya.
Demi menjaga tali persaudaraan di antara kita, aku bermaksud memberi penawaran untuk kalian." ucap Pangeran Angga.
"Penawaran seperti apa yang akan kau tawarkan wahai Raka Angga?" tanya Pangeran Putra penuh selidik.
"Aku bermaksud membagi Kerajaan Matraman menjadi empat wilayah mata angin. Masing-masing dari kita akan menjadi raja di wilayahnya.
Untuk wilayah bagian utara akan menjadi milik Pangeran Putra dan wilayah itu akan dikenal sebagai Kerajaan Matraman Utara. Wilayah timur atau Kerajaan Matraman Timur menjadi milik Pangeran Reksa. Wilayah selatan atau Kerajaan Matraman Selatan milik Pangeran Sukanda. Dan Kerajaan Matraman Barat akan menjadi bagian ku."
"Bagaimana menurut kalian?" tanya Pangeran Angga.
Pangeran Angga menghirup udara sekitar dengan nafas berat menunggu respon jawaban dari saudara-saudaranya, ia sadar, keputusan nya ini tidak akan disukai oleh mendiang Ayahnya. Sembari menatap wajah saudara-saudaranya, Pangeran Angga berharap keputusan ini akan langsung disetujui oleh mereka.
"Apakah kau serius dengan ucapan mu Raka Angga? " ucap Pangeran Putra, dirinya masih belum percaya dengan apa yang ia dengar. Jujur, ia sangat senang, dirinya akan menjadi raja tanpa melakukan upaya kudeta dan pemberontakan.
Begitupun dengan Pangeran Reksa dan Pangeran Sukanda, keduanya teramat senang namun tidak ingin menunjukkannya di ruangan itu. Keduanya menatap Pangeran Angga dengan keheranan dan penuh rasa tak percaya.
"Aku serius dengan itu Pangeran Putra. Aku harap kalian mau menerimanya." jawab Pangeran Angga.
Pangeran Putra tidak segera menjawab, terlihat ia menengok ke belakang,
"Bagaimana menurut mu paman Argadana?" tanya Pangeran Putra berbisik pelan kepada Senopati nya.
"Menurut ku, saat ini kita lebih baik menerima tawaran dari Pangeran Angga. Kita bisa mendirikan kerajaan sendiri dan bisa membangun kekuatan yang lebih besar, Pangeran. Toh, setiap wilayah Kerajaan Matraman semuanya berjalan baik, tidak ada bedanya Pangeran." jawab Senopati Argadana juga dengan berbisik.
"Hmm.. Baiklah, aku terima saran mu
paman." jawab Pangeran Putra.
Tidak hanya Pangeran Putra yang berbisik meminta pendapat dengan senopati nya, terlihat juga Pangeran Reksa dan Pangeran Sukanda tengah berbisik dengan para senopati nya.
Tidak lama setelah itu, ketiga pangeran saling tatap, kemudian mengangguk bersamaan, "Baiklah Raka, untuk menghormati keputusan mu kami akan menerimanya dengan senang hati." jawab Pangeran Putra mewakili kedua saudaranya.
"Ah.. Aku senang mendengarnya." jawab Pangeran Angga lega.
"Tentu, aku pun senang Raka, dengan begini kita tidak perlu saling mengadu senjata." jawab Pangeran Putra seraya membuat senyum kemenangan.
"Hahaha.." terdengar ketiga pangeran tertawa bahagia.
Pangeran Angga hanya tersenyum menanggapi saudara-saudaranya itu, tentu ia telah maklum dengan tabiat mereka.
Dengan demikian, berakhir sudah pertemuan singkat itu. Ketiga pangeran telah kembali ke ruangannya masing-masing. Mereka segera menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan untuk membangun kerajaan mereka yang baru.
Di ruangan itu hanya tersisa Pangeran Angga dan Senopati Kemuning.
"Aku harap ini keputusan yang terbaik paman. Hanya ini yang bisa aku lakukan demi mencegah perang saudara." suara Pangeran Angga terdengar pelan.
"Paman juga berharap demikian Ananda Pangeran, semoga dengan pembagian wilayah ini bisa menghilangkan nafsu serakah dari saudara-saudara Pangeran." jawab Senopati Kemuning.
"Aku pun berharap begitu paman." keduanya kemudian berlalu pergi dari ruangan tersebut.
Tanpa mereka berdua sadari, keputusan itu berakibat buruk di masa depan. Tidak ada yang tau tentang hati manusia dan sifat serakahnya.
***
Selang setahun setelah pembagian wilayah kerajaan oleh Pangeran Angga, di tiga penjuru mata angin sedang melakukan pesta besar-besaran karena telah berhasil membangun singgasana kerajaannya masing-masing.
Namun yang paling meriah tentunya di bagian utara, ya, kerajaan yang baru berdiri yaitu Kerajaan Matraman Utara.
Mereka berpesta minum-minum arak sembari ditemani wanita-wanita cantik.
"Ayo.. ayo minum yang banyak. Kita rayakan kemenangan awal kita." seru Raja Putra kepada seluruh punggawa nya.
"Hahaha.. mari Yang Mulia." terdengar jawaban kompak dari Senopati dan petinggi Kerajaan Matraman Utara.
"Bersulang.. " seru mereka serempak.
Mereka melanjutkan pesta hingga pagi tiba, setelah marasa lelah lalu mereka kembali ke ruangan masing-masing untuk beristirahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Heryala Hery
saya suka, lanjutken..😁😁😁
2023-08-13
0
Budi Efendi
lanjutkan
2022-12-01
0
Manimbul Lubis
haus kekuasaan nee
2020-08-03
0