Chapter 3. Keputusan yang Disetujui

"Apa kau sudah memikirkan secara matang, anak ku?" tanya seorang wanita tua yang bernama Suriasih kepada anaknya yang tak lain adalah Pangeran Angga.

Wanita itu merasa bahwa keputusan Pangeran Angga terkesan buru-buru, dan ia mencoba untuk menasihati anaknya itu.

"Aku tau Ibunda tidak akan setuju, mungkin begitu pun dengan mendiang Ayahanda. Tetapi hanya ini yang bisa aku lakukan untuk saudara-saudara ku, aku tidak siap jika harus beradu senjata dengan mereka...." jawab Pangeran Angga dengan lirih, kemudian Pangeran Angga beranjak tidur di kaki Ibundanya.

"Baiklah anak ku, jika itu yang telah menjadi keputusan mu, Ibunda akan mendukung mu." jawab Ibunda Suriasih dengan tersenyum, tangannya tidak henti-hentinya membelai kepala anaknya.

"Tapi kau harus selalu jaga diri, jangan lupa untuk selalu minta pendapat dari Senopati Kemuning, hanya dia yang bisa kau andalkan saat ini." ucap Ibunda Suriasih melanjutkan.

Pangeran Angga hanya mengangguk kemudian tidur terlelap di pangkuan Ibundanya.

***

Keesokan hari nya di dalam sebuah aula kerajaan, telah nampak ketiga Pangeran Kerajaan Matraman duduk di tempatnya masing-masing. Kedatangan ketiga pangeran ini diikuti oleh masing-masing senopati yang mendukungnya.

Ketiga pangeran itu adalah Pangeran Putra, Pangeran Reksa, dan Pangeran Sukanda. Mereka saling berbisik, kira-kira apa tujuan mereka dikumpulkan. Padahal, masing-masing dari mereka saling bersaing demi ambisi yang sama.

"Wah wah wah, ternyata kalian juga diundang kemari ya.." ucap Pangeran Angga kepada dua saudaranya.

"Aku pun tak menyangka kita bertiga bisa berkumpul di sini." jawab Pangeran Reksa.

"Sepertinya kita harus mengucapkan terimakasih kepada Pangeran Putra." Pangeran Sukanda melanjutkan.

"Hahaha.. Kau benar Sukanda." ketiga nya lalu tertawa bersama.

Tawa ketiga pangeran seketika terhenti ketika telah muncul Pangeran Angga bersama dengan Senopati Kemuning, lalu keduanya segera mengambil tempat duduk.

Hanya Senopati Kemuning yang mengharapkan Pangeran Angga bisa menjadi Raja Matraman berikutnya. Namun ia sadar, akan ada banyak bahaya yang menghadang. Salah satu yang sudah pasti adalah dari saudara-saudaranya sendiri.

"Baiklah, terimakasih atas kesediaan saudara-saudara Pangeran untuk hadir pada kesempatan ini. Ada beberapa hal penting yang akan aku sampaikan." suara Pangeran Angga memulai pembicaraan.

Ketiga pangeran kompak menatap Pangeran Angga seraya menebak hal apakah yang akan ia disampaikan.

Setelah mereka bertiga tidak berhasil menebak ke arah mana pembicaraan Pangeran Angga, lalu ketiga nya segera meminta Pangeran Angga untuk melanjutkan pembicaraan.

"Aku tau, masing-masing dari kalian menginginkan tahta kerajaan dan kalian telah memulai persiapan untuk itu. Akan tetapi Ayahanda menghendaki aku sebagai Raja Matraman berikutnya.

Demi menjaga tali persaudaraan di antara kita, aku bermaksud memberi penawaran untuk kalian." ucap Pangeran Angga.

"Penawaran seperti apa yang akan kau tawarkan wahai Raka Angga?" tanya Pangeran Putra penuh selidik.

"Aku bermaksud membagi Kerajaan Matraman menjadi empat wilayah mata angin. Masing-masing dari kita akan menjadi raja di wilayahnya.

Untuk wilayah bagian utara akan menjadi milik Pangeran Putra dan wilayah itu akan dikenal sebagai Kerajaan Matraman Utara. Wilayah timur atau Kerajaan Matraman Timur menjadi milik Pangeran Reksa. Wilayah selatan atau Kerajaan Matraman Selatan milik Pangeran Sukanda. Dan Kerajaan Matraman Barat akan menjadi bagian ku."

"Bagaimana menurut kalian?" tanya Pangeran Angga.

Pangeran Angga menghirup udara sekitar dengan nafas berat menunggu respon jawaban dari saudara-saudaranya, ia sadar, keputusan nya ini tidak akan disukai oleh mendiang Ayahnya. Sembari menatap wajah saudara-saudaranya, Pangeran Angga berharap keputusan ini akan langsung disetujui oleh mereka.

"Apakah kau serius dengan ucapan mu Raka Angga? " ucap Pangeran Putra, dirinya masih belum percaya dengan apa yang ia dengar. Jujur, ia sangat senang, dirinya akan menjadi raja tanpa melakukan upaya kudeta dan pemberontakan.

Begitupun dengan Pangeran Reksa dan Pangeran Sukanda, keduanya teramat senang namun tidak ingin menunjukkannya di ruangan itu. Keduanya menatap Pangeran Angga dengan keheranan dan penuh rasa tak percaya.

"Aku serius dengan itu Pangeran Putra. Aku harap kalian mau menerimanya." jawab Pangeran Angga.

Pangeran Putra tidak segera menjawab, terlihat ia menengok ke belakang,

"Bagaimana menurut mu paman Argadana?" tanya Pangeran Putra berbisik pelan kepada Senopati nya.

"Menurut ku, saat ini kita lebih baik menerima tawaran dari Pangeran Angga. Kita bisa mendirikan kerajaan sendiri dan bisa membangun kekuatan yang lebih besar, Pangeran. Toh, setiap wilayah Kerajaan Matraman semuanya berjalan baik, tidak ada bedanya Pangeran." jawab Senopati Argadana juga dengan berbisik.

"Hmm.. Baiklah, aku terima saran mu

paman." jawab Pangeran Putra.

Tidak hanya Pangeran Putra yang berbisik meminta pendapat dengan senopati nya, terlihat juga Pangeran Reksa dan Pangeran Sukanda tengah berbisik dengan para senopati nya.

Tidak lama setelah itu, ketiga pangeran saling tatap, kemudian mengangguk bersamaan, "Baiklah Raka, untuk menghormati keputusan mu kami akan menerimanya dengan senang hati." jawab Pangeran Putra mewakili kedua saudaranya.

"Ah.. Aku senang mendengarnya." jawab Pangeran Angga lega.

"Tentu, aku pun senang Raka, dengan begini kita tidak perlu saling mengadu senjata." jawab Pangeran Putra seraya membuat senyum kemenangan.

"Hahaha.." terdengar ketiga pangeran tertawa bahagia.

Pangeran Angga hanya tersenyum menanggapi saudara-saudaranya itu, tentu ia telah maklum dengan tabiat mereka.

Dengan demikian, berakhir sudah pertemuan singkat itu. Ketiga pangeran telah kembali ke ruangannya masing-masing. Mereka segera menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan untuk membangun kerajaan mereka yang baru.

Di ruangan itu hanya tersisa Pangeran Angga dan Senopati Kemuning.

"Aku harap ini keputusan yang terbaik paman. Hanya ini yang bisa aku lakukan demi mencegah perang saudara." suara Pangeran Angga terdengar pelan.

"Paman juga berharap demikian Ananda Pangeran, semoga dengan pembagian wilayah ini bisa menghilangkan nafsu serakah dari saudara-saudara Pangeran." jawab Senopati Kemuning.

"Aku pun berharap begitu paman." keduanya kemudian berlalu pergi dari ruangan tersebut.

Tanpa mereka berdua sadari, keputusan itu berakibat buruk di masa depan. Tidak ada yang tau tentang hati manusia dan sifat serakahnya.

***

Selang setahun setelah pembagian wilayah kerajaan oleh Pangeran Angga, di tiga penjuru mata angin sedang melakukan pesta besar-besaran karena telah berhasil membangun singgasana kerajaannya masing-masing.

Namun yang paling meriah tentunya di bagian utara, ya, kerajaan yang baru berdiri yaitu Kerajaan Matraman Utara.

Mereka berpesta minum-minum arak sembari ditemani wanita-wanita cantik.

"Ayo.. ayo minum yang banyak. Kita rayakan kemenangan awal kita." seru Raja Putra kepada seluruh punggawa nya.

"Hahaha.. mari Yang Mulia." terdengar jawaban kompak dari Senopati dan petinggi Kerajaan Matraman Utara.

"Bersulang.. " seru mereka serempak.

Mereka melanjutkan pesta hingga pagi tiba, setelah marasa lelah lalu mereka kembali ke ruangan masing-masing untuk beristirahat.

Terpopuler

Comments

Heryala Hery

Heryala Hery

saya suka, lanjutken..😁😁😁

2023-08-13

0

Budi Efendi

Budi Efendi

lanjutkan

2022-12-01

0

Manimbul Lubis

Manimbul Lubis

haus kekuasaan nee

2020-08-03

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1. Kejayaan
2 Chapter 2. Mulai Bergerak
3 Chapter 3. Keputusan yang Disetujui
4 Chapter 4. Derita Jati Ayu
5 Chapter 5. Perkenalan
6 Chapter 6. Mulai Berlatih
7 Chapter 7. Mulai Berlatih II
8 Chapter 8. Mulai Berlatih III
9 Chapter 9. Mulai Berlatih IV
10 Chapter 10. Mulai Berlatih V
11 Chapter 10. Pelatihan Selesai
12 Chapter 11. Turun Gunung
13 Chapter 13. Pertarungan Pertama
14 Chapter. 14. Sang Pencabut Nyawa
15 Chapter 15. Siap Berperang
16 Chapter 16. Perang Dimulai
17 Chapter 17. Tewasnya Senopati Marigil
18 Chapter 18. Kemenangan
19 Chapter 19. Tipu Muslihat Kanjeng Lodaya
20 Chapter 20. Kerinduan
21 Chapter 21. Kisah Ki Rana
22 Chapter 22. Mengejar Tiga Anak Tikus
23 Chapter 23. Tiga Setan Gundul
24 Chapter 24. Berakhirnya Tiga Setan Gundul
25 Chapter 25. Hutan Godong Surgo
26 Chapter 26. Penguasa Godong Surgo
27 Chapter 27. Malam Pembantaian
28 Chapter 28. Rombongan Pedagang
29 Chapter 29. Gadis Cantik
30 Chapter 30. Tiba di Perbatasan
31 Chapter 31. Bertemu Mahapatih
32 Chapter 32. Makan Bersama
33 Chapter 33. Senopati Muda
34 Chapter 34. Pergi Berburu
35 Chapter 35. Bukit Buah Batu
36 Chapter 36. Misi Penyelamatan
37 Chapter 37. Misi Penyelamatan II
38 Chapter 38. Penyusup
39 Chapter 39. Memperkenalkan Diri
40 Chapter 40. Wanita Bertopeng
41 Chapter 41. Tragedi Hutan Larangan
42 Chapter 42. Gejolak
43 Chapter 43. Gejolak II
44 Chapter 44. Misi Balas Dendam
45 Chapter 45. Di Ujung Kematian
46 Chapter 46. Tantra Bersaudara
47 Chapter 47. Kematian Tantra Bumi
48 Chapter 48. Tiba di Perbatasan
49 Chapter 49. Pasukan Kecil
50 Chapter 50. Serangan
51 Chapter 51. Kesalahan
52 Chapter 52. Perang di Perbatasan
53 Chapter 53. Akhir Hari Pertama
54 Chapter 54. Rahasia
55 Chapter 55. Jurus Tingkat Tinggi
56 Chapter 56. Kejutan
57 Chapter 57. Bantuan Tiba
58 Chapter 58. Irama Seruling
59 Chapter 59. Kembalinya Jaka
60 Chapter 60. Kemampuan Jaka
61 Chapter 61. (Bukan) Kemenangan
62 Chapter 62. Semangat Pembalasan
63 Chapter 63. Belum Berakhir
64 Chapter 64. Kembalinya Tanah Matraman
65 Chapter 1
66 Chapter 2
67 Chapter 3
68 Chapter 4
69 Chapter 5
70 Chapter 6
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Chapter 1. Kejayaan
2
Chapter 2. Mulai Bergerak
3
Chapter 3. Keputusan yang Disetujui
4
Chapter 4. Derita Jati Ayu
5
Chapter 5. Perkenalan
6
Chapter 6. Mulai Berlatih
7
Chapter 7. Mulai Berlatih II
8
Chapter 8. Mulai Berlatih III
9
Chapter 9. Mulai Berlatih IV
10
Chapter 10. Mulai Berlatih V
11
Chapter 10. Pelatihan Selesai
12
Chapter 11. Turun Gunung
13
Chapter 13. Pertarungan Pertama
14
Chapter. 14. Sang Pencabut Nyawa
15
Chapter 15. Siap Berperang
16
Chapter 16. Perang Dimulai
17
Chapter 17. Tewasnya Senopati Marigil
18
Chapter 18. Kemenangan
19
Chapter 19. Tipu Muslihat Kanjeng Lodaya
20
Chapter 20. Kerinduan
21
Chapter 21. Kisah Ki Rana
22
Chapter 22. Mengejar Tiga Anak Tikus
23
Chapter 23. Tiga Setan Gundul
24
Chapter 24. Berakhirnya Tiga Setan Gundul
25
Chapter 25. Hutan Godong Surgo
26
Chapter 26. Penguasa Godong Surgo
27
Chapter 27. Malam Pembantaian
28
Chapter 28. Rombongan Pedagang
29
Chapter 29. Gadis Cantik
30
Chapter 30. Tiba di Perbatasan
31
Chapter 31. Bertemu Mahapatih
32
Chapter 32. Makan Bersama
33
Chapter 33. Senopati Muda
34
Chapter 34. Pergi Berburu
35
Chapter 35. Bukit Buah Batu
36
Chapter 36. Misi Penyelamatan
37
Chapter 37. Misi Penyelamatan II
38
Chapter 38. Penyusup
39
Chapter 39. Memperkenalkan Diri
40
Chapter 40. Wanita Bertopeng
41
Chapter 41. Tragedi Hutan Larangan
42
Chapter 42. Gejolak
43
Chapter 43. Gejolak II
44
Chapter 44. Misi Balas Dendam
45
Chapter 45. Di Ujung Kematian
46
Chapter 46. Tantra Bersaudara
47
Chapter 47. Kematian Tantra Bumi
48
Chapter 48. Tiba di Perbatasan
49
Chapter 49. Pasukan Kecil
50
Chapter 50. Serangan
51
Chapter 51. Kesalahan
52
Chapter 52. Perang di Perbatasan
53
Chapter 53. Akhir Hari Pertama
54
Chapter 54. Rahasia
55
Chapter 55. Jurus Tingkat Tinggi
56
Chapter 56. Kejutan
57
Chapter 57. Bantuan Tiba
58
Chapter 58. Irama Seruling
59
Chapter 59. Kembalinya Jaka
60
Chapter 60. Kemampuan Jaka
61
Chapter 61. (Bukan) Kemenangan
62
Chapter 62. Semangat Pembalasan
63
Chapter 63. Belum Berakhir
64
Chapter 64. Kembalinya Tanah Matraman
65
Chapter 1
66
Chapter 2
67
Chapter 3
68
Chapter 4
69
Chapter 5
70
Chapter 6

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!