Chapter 2. Mulai Bergerak

Di sebuah ruangan pertemuan yang cukup besar, telah berkumpul beberapa orang yang memakai pakaian kerajaan. Mereka duduk mengelilingi sebuah meja bundar yang di atasnya tersaji beberapa makanan dan minuman. Jika dilihat lebih dekat, di antara mereka ada yang memakai pakaian berbahan paling bagus dan mewah. Dialah putra ke dua Maha Raja, Pangeran Putra Jaya Kesuma.

Tubuh Pangeran Putra terlihat tegap, gagah, dan berparas rupawan. Kelebihannya selain ilmu bela diri yang cukup tinggi, pangeran ini juga pandai merayu wanita. Tidak heran jika banyak gadis-gadis yang jatuh hati kepadanya. Namun, dari sekian gadis yang ia rayu, tidak satupun yang benar-benar ia cintai. Dirinya melakukan itu semata-mata demi kesenangannya.

Setelah semua orang yang ditunggu telah hadir, maka pertemuan ini pun segera dimulai.

"Paman Argadana, aku ingin kita secepatnya harus bertindak, sebelum saudara ku Pangeran Angga diangkat menjadi raja. Kita tidak bisa terlalu lama diam paman." suara Pangeran Putra memulai pembicaraan. Pangeran ini sudah tidak sabar untuk merebut tahta kerajaan dari Pangeran Angga dan segera duduk di singgasana.

Duduk di sebelah kanannya adalah Senopati Argadana, senopati yang berhasil Pangeran Putra bujuk agar mau membantu mendapatkan tahta kerajaan. Perawakannya yang tinggi besar membuat ia semakin gagah. Tidak lupa sebilah pedang tersarung rapi menggantung di pinggang senopati.

"Sabar pangeran, kita harus menunggu pergerakan Pangeran Reksa dan Pangeran Sukanda. Mata-mata kita telah melaporkan tentang pergerakan mereka, sebentar lagi pasukan mereka akan segera bergerak. Kita harus mengambil keuntungan dari kesalahan yang mereka lakukan." senopati itu menjawab dengan meyakinkan.

Memang, selain memiliki ilmu kanuragan yang tinggi Senopati Argadana juga terkenal memiliki otak yang cerdas dan pemikiran yang sulit ditebak. Beberapa kerajaan kecil yang berhasil ditaklukkan adalah buah dari kecerdasan strateginya.

"Jadi menurut paman, kita harus menunggu hasil dari pergerakan saudara-saudara bodoh ku itu?" Pangeran Putra bertanya untuk memastikan.

"Benar demikian Pangeran." jawab Senopati Argadana.

"Baiklah paman, aku percayakan rencana ini kepadamu." Pangeran Putra mengangguk setuju.

"Lalu bagaimana dengan persiapan pasukan kita paman, apakah mereka telah siap bertempur?" tanya Pangeran Putra lagi.

"Saat ini persiapan telah mencapai 80% Pangeran, paman juga telah mengundang beberapa pendekar-pendekar dari rimba persilatan untuk membantu memastikan keberhasilan rencana kita." jawab Senopati Argadana.

"Bagus.. bagus, aku suka dengan hasil kerja mu paman." ucap Pangeran Putra seraya menarik salah satu sudut bibirnya ke atas.

"Terimakasih Pangeran." jawab Senopati Argadana seraya membungkuk hormat.

Tidak lama setelah diskusi singkat itu, Pangeran Putra sedikit berbasa-basi kepada tamu lainnya, kemudian ia melangkah pergi meninggalkan ruangan pertemuan.

Tidak lama setelah kepergian Pangeran Putra, Senopati Argadana mengajak yang lainnya pergi untuk menjalankan rencana mereka.

***

Suara gemericik air yang mengalir jatuh dari pancuran bambu mengisi keheningan kolam di sebuah taman. Beberapa ikan air tawar saling kejar-kejaran membuat air kolam sedikit keruh. Bunga Teratai yang berada di tengah-tengah kolam pun menari-nari sebagai akibat kelincahan beberapa ikan. Tidak jarang juga terdengar suara burung bernyanyi bersahutan.

Tidak jauh dari kolam itu, nampak seorang pemuda yang sedang berfikir keras, terlihat beberapa guratan urat yang menonjol di wajahnya. Pemuda ini seperti sedang menanggung beban yang sangat berat.

Ya, pemuda ini adalah Pangeran Angga sang Putra Mahkota. Pangeran ini sedang memikirkan masa depan kerajaannya.

Di depan pemuda itu, nampak seorang laki-laki paruh baya, ia memandangi wajah pemuda di depannya. Ada perasaan kebingungan yang sedang melanda pria paruh baya itu.

"Apa yang harus aku lakukan paman? Aku rasa ini bukan ide yang baik, tapi hanya ini pilihan yang paling mungkin untuk menghindari perang saudara" suara pemuda itu memecah keheningan.

"Apakah Ananda Pangeran tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan?" tanya pria paruh baya itu.

"Tidak paman, aku rasa ini pilihan yang terbaik." jawab pemuda itu tetap mempertahankan keputusan yang telah ia ambil.

Sebelumnya Pangeran Angga telah mendapat informasi dari orang kepercayaan nya bahwa ketiga saudara-saudara nya tengah menyiapkan pasukan, hal ini adalah buntut dari penunjukan Pangeran Angga menjadi Putra Mahkota.

Pangeran Angga tengah memikirkan solusi terbaik agar tidak terjadi perang saudara di kerajaan ini.

"Baiklah Ananda Pangeran, paman hanya bisa mendoakan yang terbaik." sesal pria paruh baya itu yang tak bisa mengubah keputusan Pangeran Angga yang ada di depannya.

"Aku harus menemui mereka bertiga secepatnya." gumam pemuda itu seraya beranjak pergi meninggalkan taman kolam. Langkahnya pelan tapi pasti, baru sebentar saja bayangannya telah jauh menghilang.

Pria paruh baya itu hanya menggeleng, kenyataannya ia ditinggal sendirian di tepi kolam, "Sungguh malang nasib mu Pangeran... " gumamnya.

"Andaikan Eyang Resi masih ada di sini, pasti tidak ada satu pun yang berani mengusik ketenangan kerajaan." gumamnya.

Setelah selesai memandangi kepergian Pangeran Angga, pria paruh baya itu pun berlalu pergi.

***

Jatiraga adalah sebuah desa yang paling dekat dengan ibukota Kerajaan Matraman. Desa ini cukup besar, mungkin hampir mirip dengan kota kecil. Letaknya yang strategis membuat desa ini selalu ramai dikunjungi pedagang maupun pendekar-pendekar rimba persilatan yang sekedar lewat.

Di desa ini tersedia juga beberapa penginapan dan tentu juga beberapa rumah makan. Hampir setiap hari kedua tempat ini selalu ramai oleh pengunjung.

Di pojok rumah makan itu ada dua orang lelaki tua sedang menikmati makan siang. Di hadapan mereka ada satu buah bakul nasi dan beberapa lauk pauk.

"Ki Alam, aku dengar bahwa kondisi kerajaan saat ini tengah panas." suara Ki Suta membuka pembicaraan, tangannya tak lepas dari makanan yang ada di meja lalu memasukkannya ke dalam mulut.

Ki Alam yang diajak bicara hanya menggelengkan kepala, "Ki Suta.. Ki Suta.. Mbok yo makan dulu baru bicara. Jika kau tersedak makanan, nanti aku yang repot." ucap Ki Alam menasehati sahabat nya.

Lalu Ki Alam meneruskan menanggapi pernyataan Ki Suta, "Aku juga sudah mendengar, kabar nya ada beberapa pendekar rimba persilatan yang akan datang ke ibukota."

"Ahh.. yang benar Ki?" tanya Ki Suta.

"Benar, aku tidak bohong." jawab Ki Alam meyakinkan.

Belum selesai mereka melanjutkan pembicaraan, dari arah pintu masuk terlihat ada dua orang yang memasuki rumah makan. Keduanya mengambil tempat duduk agak jauh dari meja Ki Alam dan Ki Suta, lalu mereka memesan beberapa makanan.

"Tuh Ki Suta, lihatlah, sepertinya mereka dari kalangan rimba persilatan." ucap Ki Alam seraya memonyongkan mulutnya ke arah kedua tamu itu.

"Sepertinya begitu Ki, jika dilihat dari tampilannya." jawab Ki Suta membenarkan perkataan Ki Alam.

Sesekali dari dua tamu itu melirik tajam ke arah Ki Alam dan Ki Suta, sepertinya mereka tau bahwa sedang dibicarakan.

Dengan segera Ki Alam dan Ki Suta menunduk, menghabiskan makanan lalu buru-buru pergi meninggalkan rumah makan.

Terpopuler

Comments

Djo M

Djo M

Lanjuut dulu

2024-02-05

0

Heryala Hery

Heryala Hery

lanjutken.. 😁😁😁

2023-08-13

0

Budi Efendi

Budi Efendi

lanjutkan mantappp

2022-12-01

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1. Kejayaan
2 Chapter 2. Mulai Bergerak
3 Chapter 3. Keputusan yang Disetujui
4 Chapter 4. Derita Jati Ayu
5 Chapter 5. Perkenalan
6 Chapter 6. Mulai Berlatih
7 Chapter 7. Mulai Berlatih II
8 Chapter 8. Mulai Berlatih III
9 Chapter 9. Mulai Berlatih IV
10 Chapter 10. Mulai Berlatih V
11 Chapter 10. Pelatihan Selesai
12 Chapter 11. Turun Gunung
13 Chapter 13. Pertarungan Pertama
14 Chapter. 14. Sang Pencabut Nyawa
15 Chapter 15. Siap Berperang
16 Chapter 16. Perang Dimulai
17 Chapter 17. Tewasnya Senopati Marigil
18 Chapter 18. Kemenangan
19 Chapter 19. Tipu Muslihat Kanjeng Lodaya
20 Chapter 20. Kerinduan
21 Chapter 21. Kisah Ki Rana
22 Chapter 22. Mengejar Tiga Anak Tikus
23 Chapter 23. Tiga Setan Gundul
24 Chapter 24. Berakhirnya Tiga Setan Gundul
25 Chapter 25. Hutan Godong Surgo
26 Chapter 26. Penguasa Godong Surgo
27 Chapter 27. Malam Pembantaian
28 Chapter 28. Rombongan Pedagang
29 Chapter 29. Gadis Cantik
30 Chapter 30. Tiba di Perbatasan
31 Chapter 31. Bertemu Mahapatih
32 Chapter 32. Makan Bersama
33 Chapter 33. Senopati Muda
34 Chapter 34. Pergi Berburu
35 Chapter 35. Bukit Buah Batu
36 Chapter 36. Misi Penyelamatan
37 Chapter 37. Misi Penyelamatan II
38 Chapter 38. Penyusup
39 Chapter 39. Memperkenalkan Diri
40 Chapter 40. Wanita Bertopeng
41 Chapter 41. Tragedi Hutan Larangan
42 Chapter 42. Gejolak
43 Chapter 43. Gejolak II
44 Chapter 44. Misi Balas Dendam
45 Chapter 45. Di Ujung Kematian
46 Chapter 46. Tantra Bersaudara
47 Chapter 47. Kematian Tantra Bumi
48 Chapter 48. Tiba di Perbatasan
49 Chapter 49. Pasukan Kecil
50 Chapter 50. Serangan
51 Chapter 51. Kesalahan
52 Chapter 52. Perang di Perbatasan
53 Chapter 53. Akhir Hari Pertama
54 Chapter 54. Rahasia
55 Chapter 55. Jurus Tingkat Tinggi
56 Chapter 56. Kejutan
57 Chapter 57. Bantuan Tiba
58 Chapter 58. Irama Seruling
59 Chapter 59. Kembalinya Jaka
60 Chapter 60. Kemampuan Jaka
61 Chapter 61. (Bukan) Kemenangan
62 Chapter 62. Semangat Pembalasan
63 Chapter 63. Belum Berakhir
64 Chapter 64. Kembalinya Tanah Matraman
65 Chapter 1
66 Chapter 2
67 Chapter 3
68 Chapter 4
69 Chapter 5
70 Chapter 6
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Chapter 1. Kejayaan
2
Chapter 2. Mulai Bergerak
3
Chapter 3. Keputusan yang Disetujui
4
Chapter 4. Derita Jati Ayu
5
Chapter 5. Perkenalan
6
Chapter 6. Mulai Berlatih
7
Chapter 7. Mulai Berlatih II
8
Chapter 8. Mulai Berlatih III
9
Chapter 9. Mulai Berlatih IV
10
Chapter 10. Mulai Berlatih V
11
Chapter 10. Pelatihan Selesai
12
Chapter 11. Turun Gunung
13
Chapter 13. Pertarungan Pertama
14
Chapter. 14. Sang Pencabut Nyawa
15
Chapter 15. Siap Berperang
16
Chapter 16. Perang Dimulai
17
Chapter 17. Tewasnya Senopati Marigil
18
Chapter 18. Kemenangan
19
Chapter 19. Tipu Muslihat Kanjeng Lodaya
20
Chapter 20. Kerinduan
21
Chapter 21. Kisah Ki Rana
22
Chapter 22. Mengejar Tiga Anak Tikus
23
Chapter 23. Tiga Setan Gundul
24
Chapter 24. Berakhirnya Tiga Setan Gundul
25
Chapter 25. Hutan Godong Surgo
26
Chapter 26. Penguasa Godong Surgo
27
Chapter 27. Malam Pembantaian
28
Chapter 28. Rombongan Pedagang
29
Chapter 29. Gadis Cantik
30
Chapter 30. Tiba di Perbatasan
31
Chapter 31. Bertemu Mahapatih
32
Chapter 32. Makan Bersama
33
Chapter 33. Senopati Muda
34
Chapter 34. Pergi Berburu
35
Chapter 35. Bukit Buah Batu
36
Chapter 36. Misi Penyelamatan
37
Chapter 37. Misi Penyelamatan II
38
Chapter 38. Penyusup
39
Chapter 39. Memperkenalkan Diri
40
Chapter 40. Wanita Bertopeng
41
Chapter 41. Tragedi Hutan Larangan
42
Chapter 42. Gejolak
43
Chapter 43. Gejolak II
44
Chapter 44. Misi Balas Dendam
45
Chapter 45. Di Ujung Kematian
46
Chapter 46. Tantra Bersaudara
47
Chapter 47. Kematian Tantra Bumi
48
Chapter 48. Tiba di Perbatasan
49
Chapter 49. Pasukan Kecil
50
Chapter 50. Serangan
51
Chapter 51. Kesalahan
52
Chapter 52. Perang di Perbatasan
53
Chapter 53. Akhir Hari Pertama
54
Chapter 54. Rahasia
55
Chapter 55. Jurus Tingkat Tinggi
56
Chapter 56. Kejutan
57
Chapter 57. Bantuan Tiba
58
Chapter 58. Irama Seruling
59
Chapter 59. Kembalinya Jaka
60
Chapter 60. Kemampuan Jaka
61
Chapter 61. (Bukan) Kemenangan
62
Chapter 62. Semangat Pembalasan
63
Chapter 63. Belum Berakhir
64
Chapter 64. Kembalinya Tanah Matraman
65
Chapter 1
66
Chapter 2
67
Chapter 3
68
Chapter 4
69
Chapter 5
70
Chapter 6

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!