Chapter 4. Derita Jati Ayu

Di ujung barat wilayah Kerajaan Matraman Barat terdapat sebuah desa kecil, Desa Jati Ayu namanya. Desa kecil ini mungkin hanya dihuni oleh puluhan kepala keluarga.

Penampakan rumah-rumah di desa ini cukup sederhana, hanya beberapa atap yang terbuat dari tanah liat, sisanya masih terbuat dari anyaman rumput ilalang. Hanya rumah kepala desa yang cukup baik.

Wilayah desa ini sangat jauh dari pusat pemerintahan Kerajaan Matraman Barat yang saat ini dipimpin oleh Raja Angga Jaya Kesuma. Akibat nya desa ini jarang tersentuh oleh pejabat pemerintahan. Walaupun demikian, kehidupan mereka cukup baik dan tentram karena dipimpin oleh kepala desa yang baik dan adil.

Namun, ketenangan desa itu sirna akibat perebutan kekuasaan. Sejatinya letak desa ini di dekat perbatasan antara Matraman Barat dengan Matraman Utara, sehingga wilayah ini menjadi ajang perebutan.

Belum genap dua tahun dari pembagian wilayah kerajaan, namun sudah muncul intrik-intrik kecil pertanda peperangan besar akan segera dimulai.

***

Pada waktu tengah hari, di tengah desa sedang berlangsung pertarungan antara prajurit Kerajaan Matraman Barat dan Matraman Utara. Kedua belah pihak bertarung sengit sehingga hanya terdengar suara dentuman senjata.

"Tring... tring... trang... trang... " suara senjata beradu bertemu lawannya.

"Menyerah lah kalian pasukan Matraman Barat, serahkan desa ini kepada kami, kepada Kerajaan Matraman Utara." seru pemimpin pasukan dari Matraman Utara. Suaranya terdengar begitu keras karena diimbangi dengan tenaga dalam. Dirinya yakin sebentar lagi pasukan dari Matraman Barat akan binasa di tangannya.

"Bermimpi lah kau ********." teriak pemimpin pasukan dari Kerajaan Matraman Barat.

Lalu keduanya terlibat pertarungan sengit, jurus demi jurus telah mereka keluarkan namun belum ada tanda-tanda kekalahan.

Di sisi lain para pasukan prajurit dari Matraman Utara terlihat unggul dalam segi jumlah, perlahan mereka mulai mendominasi pertarungan, sepertinya mereka akan segera meraih kemenangan.

Salah satu pasukan dari Matraman Barat mencoba mendobrak pertahanan lawan, "Terkutuk lah kalian.... " suaranya menghilang ketika kepalanya telah berpisah dari badan.

"Hahaha.. matilah kalian semua bedebah." ucap pasukan dari Matraman Utara, sembari membunuh tidak menyisakan satu pun pasukan dari Matraman Barat untuk hidup.

Saat ini prajurit dari Matraman Barat hanya tersisa satu orang, yakni pemimpin pasukannya. Kondisinya juga sangat menghawatirkan, darah mengalir dari sela-sela lukanya setelah di kepung belasan prajurit Matraman Utara.

"Kalian akan membayar ini semua." ucap prajurit itu.

"Mati lah kau." seru pasukan dari Matraman Utara seraya menusukkan pedang ke arah jantung. Akhirnya prajurit itu pun tergeletak tak bergerak lagi.

Setelah pertempuran selesai, pasukan dari Kerajaan Matraman Utara menyatakan mulai hari ini Desa Jati Ayu merupakan bagian dari Kerajaan mereka. Hal-hal yang menyangkut tentang pemerintahan akan menyesuaikan dengan kerajaan tersebut.

Warga Desa Jati Ayu hanya bisa pasrah menerima takdirnya, mereka tidak ada yang berani untuk melawan. Sebagian dari mereka telah tergeletak tak bernyawa akibat mencoba memberikan perlawanan. Melawan artinya mati, begitulah semboyan yang terkenal di Kerajaan Matraman Utara.

***

Di ujung jalan desa tepatnya di antara semak-semak, ada seorang anak laki-laki sedang bersembunyi. Usianya kira-kira belasan tahun, tubuhnya cukup tinggi untuk anak-anak seumuran nya.

Anak itu begitu ketakutan sehingga dia hanya diam tak bergerak, dirinya masih syok setelah menyaksikan pembantaian yang dilakukan pasukan dari Kerajaan Matraman Utara. Anak itu juga menyaksikan proses tewasnya kedua orang tuanya. Dalam hatinya tiba-tiba muncul perasaan bergelora, sebuah perasaan ingin melindungi desa, ingin melindungi tanah kelahirannya, dan perasaan ingin balas dendam.

Setelah merasa dirinya cukup tenang, anak laki-laki itu bergegas meninggalkan desa. Menurutnya, keadaan desa Jati Ayu sudah tidak lagi aman dan dirinya kini sebatang kara, sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi.

Langkahnya gontai, wajahnya meringis sambil memegangi bagian perut yang sejak tadi meronta minta diisi makanan.

Anak itu berjalan pelan menuju hutan, tidak jarang matanya bergerak ke kanan ke kiri hanya untuk mencari makanan.

Di sekitar jalan hutan yang ia lewati, tidak nampak ada buah-buahan satu buah pun. Tak lama setelah memandangi pohon-pohon, dirinya limbung kemudian jatuh tersungkur ke tanah.

***

Perlahan anak laki-laki tadi telah sadar, ia mencoba membuka matanya, perlahan pula ia memandang ke kiri dan ke kanan, tetapi tidak ada seorang pun di dekatnya.

Kemudian ia bangun dan mencoba duduk di pembaringan, dilihatnya tempat ia terbaring dan sekitarnya.

Sekarang dirinya berada di sebuah gubuk sederhana, tiang-tiangnya terbuat dari bambu dan diikat dengan cukup kencang. Atap gubuk ini terbuat dari anyaman rumput ilalang dan beralaskan tanah. Gubuk ini cukup untuk menampung tiga sampai empat orang. Sedikit saja terkena percikan api ia yakin gubuk ini akan habis terbakar.

"Kau sudah bangun Cah Bagus." suara dari belakang yang tiba-tiba mengejutkannya.

Dirinya kemudian menoleh, tampak di depannya seorang kakek berambut putih panjang, rambutnya diikat dengan kain putih. Kakek itu juga berpakaian serba putih. Anak laki-laki itu mengira ia sedang bertemu dengan malaikat maut.

"Su.. sudah kek." jawabnya dengan takut.

"Kau tidak usah takut Cah Bagus, ini, kakek membawakan mu buah-buahan. Kakek tau kau pasti lapar." kakek itu memberikan semua buah-buahan yang ia bawa kepada anak laki-laki itu.

"Tidak kek, aku tidak mau." tolak anak itu.

"Kata ayah ku, aku tidak boleh menerima apapun dari orang yang tidak dikenal." lanjutnya.

Jawaban anak laki-laki itu membuat kakek berambut putih tertawa, seraya kakinya menghentak-hentakkan tanah. Mungkin ini adalah tawa pertama setelah sekian lama menghuni gubuk seorang diri.

"Hahaha.. apa yang dikatakan ayah mu memang benar Cah Bagus. Tapi percayalah, kakek tidak ada niat jahat. Kalaupun kakek ingin mencelakakan mu, untuk apa kakek repot-repot menolong mu yang pingsan di tengah hutan. Biar saja tubuh mu habis dimakan harimau." sanggah sang kakek.

Kemudian anak laki-laki itu terdiam, memikirkan perkataan si kakek. Pada dasarnya anak laki-laki itu memiliki otak yang cerdas, sekali lihat dan sekali berpikir, ia bisa menyimpulkan bahwa kakek di depannya merupakan sosok yang baik hati, dengan segera ia pun meminta maaf.

"Maafkan sikap ku kek, aku tidak bermaksud bersikap tidak sopan kepada kakek." ucap laki-laki itu dengan hati-hati.

"Tidak apa-apa Cah Bagus, kakek maklum dengan sikap mu. Ini, makanlah, habiskan semuanya." seru sang kakek seraya menyerahkan semua buah-buahan yang ia bawa.

Dengan lahap anak laki-laki itu memakan buah-buahan hingga tak tersisa. Sang kakek hanya menggelengkan kepala,

"Anak ini kelihatan sangat lapar." pikirnya.

Terpopuler

Comments

Heryala Hery

Heryala Hery

apakah anak ini yg di jadikan pendekar suling bambu..🤔

2023-08-13

0

Budi Efendi

Budi Efendi

lanjutkan mantappp

2022-12-01

0

Trisna Tris

Trisna Tris

baru nyimak thor.... kayaknya asyik nih.... lanjut thor.... semangat...!!!!

2022-06-02

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1. Kejayaan
2 Chapter 2. Mulai Bergerak
3 Chapter 3. Keputusan yang Disetujui
4 Chapter 4. Derita Jati Ayu
5 Chapter 5. Perkenalan
6 Chapter 6. Mulai Berlatih
7 Chapter 7. Mulai Berlatih II
8 Chapter 8. Mulai Berlatih III
9 Chapter 9. Mulai Berlatih IV
10 Chapter 10. Mulai Berlatih V
11 Chapter 10. Pelatihan Selesai
12 Chapter 11. Turun Gunung
13 Chapter 13. Pertarungan Pertama
14 Chapter. 14. Sang Pencabut Nyawa
15 Chapter 15. Siap Berperang
16 Chapter 16. Perang Dimulai
17 Chapter 17. Tewasnya Senopati Marigil
18 Chapter 18. Kemenangan
19 Chapter 19. Tipu Muslihat Kanjeng Lodaya
20 Chapter 20. Kerinduan
21 Chapter 21. Kisah Ki Rana
22 Chapter 22. Mengejar Tiga Anak Tikus
23 Chapter 23. Tiga Setan Gundul
24 Chapter 24. Berakhirnya Tiga Setan Gundul
25 Chapter 25. Hutan Godong Surgo
26 Chapter 26. Penguasa Godong Surgo
27 Chapter 27. Malam Pembantaian
28 Chapter 28. Rombongan Pedagang
29 Chapter 29. Gadis Cantik
30 Chapter 30. Tiba di Perbatasan
31 Chapter 31. Bertemu Mahapatih
32 Chapter 32. Makan Bersama
33 Chapter 33. Senopati Muda
34 Chapter 34. Pergi Berburu
35 Chapter 35. Bukit Buah Batu
36 Chapter 36. Misi Penyelamatan
37 Chapter 37. Misi Penyelamatan II
38 Chapter 38. Penyusup
39 Chapter 39. Memperkenalkan Diri
40 Chapter 40. Wanita Bertopeng
41 Chapter 41. Tragedi Hutan Larangan
42 Chapter 42. Gejolak
43 Chapter 43. Gejolak II
44 Chapter 44. Misi Balas Dendam
45 Chapter 45. Di Ujung Kematian
46 Chapter 46. Tantra Bersaudara
47 Chapter 47. Kematian Tantra Bumi
48 Chapter 48. Tiba di Perbatasan
49 Chapter 49. Pasukan Kecil
50 Chapter 50. Serangan
51 Chapter 51. Kesalahan
52 Chapter 52. Perang di Perbatasan
53 Chapter 53. Akhir Hari Pertama
54 Chapter 54. Rahasia
55 Chapter 55. Jurus Tingkat Tinggi
56 Chapter 56. Kejutan
57 Chapter 57. Bantuan Tiba
58 Chapter 58. Irama Seruling
59 Chapter 59. Kembalinya Jaka
60 Chapter 60. Kemampuan Jaka
61 Chapter 61. (Bukan) Kemenangan
62 Chapter 62. Semangat Pembalasan
63 Chapter 63. Belum Berakhir
64 Chapter 64. Kembalinya Tanah Matraman
65 Chapter 1
66 Chapter 2
67 Chapter 3
68 Chapter 4
69 Chapter 5
70 Chapter 6
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Chapter 1. Kejayaan
2
Chapter 2. Mulai Bergerak
3
Chapter 3. Keputusan yang Disetujui
4
Chapter 4. Derita Jati Ayu
5
Chapter 5. Perkenalan
6
Chapter 6. Mulai Berlatih
7
Chapter 7. Mulai Berlatih II
8
Chapter 8. Mulai Berlatih III
9
Chapter 9. Mulai Berlatih IV
10
Chapter 10. Mulai Berlatih V
11
Chapter 10. Pelatihan Selesai
12
Chapter 11. Turun Gunung
13
Chapter 13. Pertarungan Pertama
14
Chapter. 14. Sang Pencabut Nyawa
15
Chapter 15. Siap Berperang
16
Chapter 16. Perang Dimulai
17
Chapter 17. Tewasnya Senopati Marigil
18
Chapter 18. Kemenangan
19
Chapter 19. Tipu Muslihat Kanjeng Lodaya
20
Chapter 20. Kerinduan
21
Chapter 21. Kisah Ki Rana
22
Chapter 22. Mengejar Tiga Anak Tikus
23
Chapter 23. Tiga Setan Gundul
24
Chapter 24. Berakhirnya Tiga Setan Gundul
25
Chapter 25. Hutan Godong Surgo
26
Chapter 26. Penguasa Godong Surgo
27
Chapter 27. Malam Pembantaian
28
Chapter 28. Rombongan Pedagang
29
Chapter 29. Gadis Cantik
30
Chapter 30. Tiba di Perbatasan
31
Chapter 31. Bertemu Mahapatih
32
Chapter 32. Makan Bersama
33
Chapter 33. Senopati Muda
34
Chapter 34. Pergi Berburu
35
Chapter 35. Bukit Buah Batu
36
Chapter 36. Misi Penyelamatan
37
Chapter 37. Misi Penyelamatan II
38
Chapter 38. Penyusup
39
Chapter 39. Memperkenalkan Diri
40
Chapter 40. Wanita Bertopeng
41
Chapter 41. Tragedi Hutan Larangan
42
Chapter 42. Gejolak
43
Chapter 43. Gejolak II
44
Chapter 44. Misi Balas Dendam
45
Chapter 45. Di Ujung Kematian
46
Chapter 46. Tantra Bersaudara
47
Chapter 47. Kematian Tantra Bumi
48
Chapter 48. Tiba di Perbatasan
49
Chapter 49. Pasukan Kecil
50
Chapter 50. Serangan
51
Chapter 51. Kesalahan
52
Chapter 52. Perang di Perbatasan
53
Chapter 53. Akhir Hari Pertama
54
Chapter 54. Rahasia
55
Chapter 55. Jurus Tingkat Tinggi
56
Chapter 56. Kejutan
57
Chapter 57. Bantuan Tiba
58
Chapter 58. Irama Seruling
59
Chapter 59. Kembalinya Jaka
60
Chapter 60. Kemampuan Jaka
61
Chapter 61. (Bukan) Kemenangan
62
Chapter 62. Semangat Pembalasan
63
Chapter 63. Belum Berakhir
64
Chapter 64. Kembalinya Tanah Matraman
65
Chapter 1
66
Chapter 2
67
Chapter 3
68
Chapter 4
69
Chapter 5
70
Chapter 6

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!