IkhlasKu TetanggaKu MaduKu
Dia adalah Aya Humaira, anak dari seorang yang biasa disapa Ustadz Abah. Aya adalah wanita bercadar yang sangat Sholehah, ia besar tanpa seorang ibu disampingnya karena ibunya meninggal ketika melahirkan dia.
Keluarga besar dari ibunya Aya sangat tidak menyukai Aya, karena mereka menganggap jika Aya adalah penyebab meninggalnya putri mereka.
Abah Aya-lah yang selama ini merawat Aya dengan penuh kasih dan sayang.
Adzan magrib berkumandang dari mushola yang di dirikan oleh ustadz Abah.
"Allahu Akbar Allahu Akbar ....."
"Neng, sudah siap belum?"tanya si Abah.
"Sudah Abah, sebentar Aya pakai cadar dulu," jawab Aya dari dalam kamarnya.
Didesa, setiap magrib pasti banyak warga melakukan sholat berjamaah dibandingkan Dzuhur dan ashar.
"Abah, Aya sudah siap. Ayo berangkat," ucap Aya sambil memegang Al-Qur'an di tangan kanannya dan meletakkan Al-Qur'an tepat di atas dadanya.
Dijalan mereka bertemu sapa dengan para warga yang juga akan melakukan sholat magrib.
"Assalamualaikum ustadz ,,," sapa warga.
"Walaikum salam ..."
Terlihat seorang pria berlari menghampiri Aya dan Ustad Abah. Dia adalah Wisnu, anak dari lurah setempat.
"Ah, assalamualaikum ustadz," sapa Wisnu.
"Walaikum salam nak Wisnu, bagaimana kabarnya, sehat?"tanya Abah.
"Alhamdulillah, sehat ustadz."
"Emm,, Aya bagiamana kabar kamu?"tanya Wisnu pada Aya.
"Alhamdulillah sehat Ak."
"Emm Abah, Aya masuk duluan ya," ucap Aya setelah mereka sudah sampai ke gerbang utama mushola.
"Ah iya Neng."
"Emm Nak Wisnu, Abah masuk dulu ya, mau memimpin sholat soalnya."
"Oh iya Ustadz, silahkan."
"Apa nak Wisnu yang mau menjadi imam?"tawar Abah.
"Apa boleh ustadz?"tanya Wisnu ragu-ragu.
"Ya tentu boleh nak Wisnu. Zaman sekarang sangat langka ada anak muda yang mau menjadi imam."
"Wisnu akan coba ustadz," ucap Wisnu mencoba merendah.
Sebenarnya Wisnu ini adalah anak Soleh yang selalu memenangkan lomba mengaji dan ceramah.
Bahkan dia sendiri baru pulang dari kuliahnya. Wisnu sendiri akan mendapatkan gelar sarjana pendidikan agama Islam ( S. PdI.)
Sejujurnya sedari dulu Wisnu sudah jatuh hati dengan Aya, namun Wisnu sadar, untuk mendapatkan Aya ia harus menjadi seseorang yang pantas untuk Aya, salah satunya adalah mempelajari dan memperdalam ilmu agama Islam.
Setelah selesai sholat semua orang bersiap sejenak untuk mendengarkan ceramah singkat dari ustadz Abah.
Namun, ketika ustad baru menyampaikan salam tiba-tiba ia seperti orang yang menahan sakit, Ustad Abah terus-terusan memegangi jantungnya.
Semua orang yang merasa khawatir langsung berlari untuk menolong ustadz Abah.
Karena barisan wanita dihalangi kain pembatas membuat Aya bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.
Semua orang berlari keluar untuk membawa Abah ke puskesmas terdekat. Aya yang melihat Abahnya sudah tidak sadarkan langsung panik dan ikut berlari mengejar Abahnya.
"Abaaah !! Abaaaah !!"teriak Aya yang sangat khawatir.
Warga dengan cepat membawa abah menggunakan montor mengingat jarang yang memiliki mobil didesa mereka.
"Aya, kamu ikut denganku ayo !!?"ucap Wisnu yang sudah meminjam montor milik jamaah lainnya.
"Tapi Ak ....?"Aya ragu-ragu.
"Sudah tidak papa, aku akan pelan bawa montornya," ucap Wisnu yang mengerti maksud Aya.
Akhirnya dengan terpaksa Aya mau berboncengan dengan Wisnu yang bukan muhrimnya. Untuk berjaga-jaga, bahkan Wisnu duduk dengan posisi sangat maju supaya Aya tidak terlalu mundur kebelakang untuk menghindari sebuah sentuhan.
Aya tersenyum disela-sela kecemasannya. Ia sangat senang dengan sikap Wisnu yang sangat menghargai dirinya. Ada sebuah harapan jika Wisnu akan menjadi imam dalam rumah tangganya.
...
Di puskesmas, ustadz Abah harus dirujukan kerumah sakit besar karena ia mengalami serangan jantung.
"Suster, tapi aku tidak punya biayanya," ucap Aya yang merasa putus asa jika Abahnya harus dibawa kerumah sakit besar.
"Tapi kita harus segera membawa bapaknya kerumah sakit mbak, jika tidak ...."
"Sus, biaya akan saya tanggung. Tolong suster urus pemberangkatan ustadz Abah kerumah sakit besar," ucap Wisnu yang baru menghampiri Aya.
"A'ak, terima kasih banyak ya. Aya janji akan melunasi hutang-hutang Aya," ucap Aya yang merasa tidak enak.
"Kamu tidak perlu khawatir soal biaya Aya, aku yang akan menanggungnya dan kamu tidak perlu mengembalikannya," ucap Wisnu dengan tulus.
"Tidak Ak, Aya akan mengembalikan uang A'ak. Aya janji," ucap Aya. Wisnu yang tidak dapat mengelak hanya bisa menganggukkan kepalanya.
"Ya sudah, terserah kamu saja. Yang penting aku tidak akan pernah menagihnya," ucap Wisnu dengan tulus.
Suara sirine Ambulan berbunyi sepanjang jalan menandakan keadaan darurat. Aya tidak henti-hentinya melantunkan sholawat nabi untuk menenangkan hati jiwa Abahnya yang sedang menahan sakit di dadanya.
"Abah, Abah yang kuat ya bah. Kita sebentar lagi akan Sampai kerumah sakit," ucap Saya sambil memegangi tangan Abahnya dengan erat. Bahkan Aya berangkat kerumah sakit masih menggunakan mukenah dan bercadarnya.
....
20 menit akhirnya ambulan sampai kerumah sakit besar yang ada di kota. Dengan cepat para Suster menolong pasien darurat.
Penanganan yang cepat membuat nyawa Abah dapat tertolong meski dalam keadaan kritis.
Aya menatap Abahnya yang sedang dirawat dan dipenuhi dengan beberapa alat medis ditubuhnya. Hatinya berasa sangat pilu melihat Abahnya yang tadinya terlihat sehat-sehat saja tiba-tiba terbaring tidak berdaya disana.
..
Hari semakin larut, namun Aya sama sekali tidak dapat memejamkan matanya. Ia memutuskan untuk mengambil air wudhu dan melakukan sholat sunah malam.
Aya mengadahkan kedua tangannya untuk berdoa.
"Ya Allah ya Tuhanku, berilah kesembuhan untuk Abah, angkatlah penyakitnya dari tubuhnya ya Allah, sungguh Aya tidak ingin melihat Abah menderita seperti ini. Ya Allah, jika ini memang kehendakmu yang tidak dapat hamba tolak, maka hamba mohon jadikanlah derita Abah sebagai penembus segala dosa-dosanya. Ampunilah segala dosa dosa Abah ya Allah, sungguh kami hanyalah manusia yang tak berdaya, kami hanyalah manusia tak luput dari kesalahan dan kekeliruan, Aya mohon ampuni segala dosa-dosa kami, Amiin."
..
Wisnu mendekati Aya yang telah selesai melakukan sholat Sunnah.
"Aya ...?"
"Iya Ak?"
"A'ak akan pulang dulu untuk mengambil uang. Karena buru-buru A'ak lupa membawa dompet," ucap Wisnu.
"A'ak janji tidak lama ya? Aya takut disini sendirian," ucap Aya dengan mata yang penuh harapan.
"Insyaallah A'ak tidak akan lama. Assalamualaikum ..."
"Walaikum salam ..."
Tengah malam Wisnu menerjang dinginnya angin malam demi seseorang. Walaupun ia ikhlas membantu, namun dalam hati kecilnya ia berharap jika Aya dapat melihat ketulusannya.
Wisnu berboncengan dengan salah warga yang juga ikut mengantar Ustadz Abah kerumah sakit.
Karena hari sudah malam, jarak pandang jadi kurang terbatas. Sampai akhirnya ..
SHIIIIIITTTT ....!!!!! BRAAAAAK !!!! Kecelakaan besar tidak dapat dihindarkan. Sebuah truk pengangkut beras oleng dan menabrak beberapa kendaraan yang ada didepannya, termasuk kendaraan yang dibawa oleh Wisnu.
Terlihat jika tubuh Wisnu tergeletak tak berdaya di jalan raya. Sayup-sayup ia memanggil nama Aya sampai akhirnya ia tidak sadarkan diri.
Wisnu dibawa angkut oleh ambulan dan dibawa kerumah sakit yang berbeda dengan ustadz Abah. Tidak jelas bagaimana keadaan Wisnu saat ini, selamat atau meninggal.
...
Pagi hari, Aya masih setia menunggu kedatangan Wisnu. Suster sudah menanyakan soal biaya rumah sakit kepada Aya.
"Mbak, silahkan ikut saya. Kita harus membicarakan soal biaya bapak anda," ucap sang suster ramah.
"Ah iya sus, tapi saya sedang menunggu kakak saya," ucap Aya yang tidak mengerti bagaimana harus menghadapi beberapa prosedur pengobatan.
"Tidak papa mbak, kita hanya akan menjelaskan bagaimana kelanjutan dan tindakan apa yang akan dipilih oleh keluarga untuk sementara. Mari ikut saya sebentar," ucap sang suster.
Aya akhirnya ragu-ragu mengikuti sang suster.
"Apa sus, astaghfirullah halazim ya Allah,,, biayanya mahal sekali sus?" ucap Aya tercengang melihat total biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan abahnya.
"Ini belum termasuk obat dan ruang kamar inapnya mbak," ucap sang suster.
"Apa tidak dapat ditawar sus?"
"Maaf mbk, ini sudah termasuk diskon karena anak dari pemilik rumah sakit akan ulang tahun besok."
Aya terkulai lemas menatap total biaya Abahnya.
"120jt. Ya Allah dari mana Aya mendapatkan uang sebanyak ini? Dan A'ak, kenapa dia kunjung datang?"gumam Aya yang tidak tahu lagi harus berbuat apa.
Dari kejauhan, ternyata Tuan Maherndra dan putranya Rey Maher yang akan berulang tahun mencoba untuk mengunjungi rumah sakit. Hal seperti sudah biasa terjadi di setiap tahunnya. Mereka akan memantau dan melihat perkembangan rumah sakit secara langsung.
Aya berjalan dengan tatapan hampa, ia mencoba melihat kekanan dan kekiri untuk mencari bayangan Wisnu. Aya sangat berharap jika matanya dapat melihat sosok yang ia butuhkan saat ini. Namun, karena kurang berhati-hati Aya tidak sengaja menabrak Tuan Maher, pemilik rumah sakit yang sedang berjalan-jalan bersama dengan putranya.
"Astaghfirullah, maaf pak, maafkan saya ,,," ucap Aya memundurkan kakinya, sambil memunguti kertas administrasi biaya rumah abahnya.
Tuan Maher yang baik dan ramah mencoba untuk bertanya kepada Aya.
"Tidak papa mbak. Mbak'nya sedang mengobati siapa?"tanya Tuan Maher.
"Sekali saya minta maaf pak, saya disini sedang mengantar Abah saya berobat. Dia tiba-tiba terkena serangan jantung angkut," ucap Aya sambil menundukkan kepalanya.
"Pah, kita lanjut saja ya?"ucap Rey yang merasa kurang nyaman berbicara dengan wanita ninja yang ada didepannya. Banyak rumor jika wanita bercadar adalah seorang *******.
"Tunggu nak, siapa tahu mbaknya ini membutuhkan pertolongan," ucap Tuan Maher.
"Em mbak, boleh kami melihat keadaan bapak embak'nya?"tanya tuan Maher.
"Boleh tuan, kearah sana,"ucap Aya menunjukan ruang Abahnya.
"Pah, Rey tunggu di ruangan papah ya?"
"Kamu ikut saja nak, kamu harus terlihat seperti penerus yang dermawan dan perduli. Suatu saat rumah sakit ini akan menjadi milik kamu juga."
"Hemm,, baiklah."
"Tuan, ini ruangan Abah saya," ucap Aya menunjukan abahnya yang sedang terbaring lemah.
Ketika Tuan Maher melihat ustadz Abah, ekspresi wajahnya berubah seperti merasa tidak menyangka. Ia sangat terkejut dengan apa yang dia lihat di depan matanya. Sebuah mata terlihat mengingat bayangan masa lama. Tangis haru berdesir mengikuti rasa empati yang ia rasakan.
"Sahabatku ..."gumam Tuan Maher merasa tidak percaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
seandainya Wisnu tak kecelakaan..Aya pasti tak kesusahan.
2023-05-14
0
Rudi Ahmad
lanjutkan
2022-09-28
0
Oh Dewi
Novel yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu juga bagus banget thor
2022-05-17
0