Ketika Tuan Maher melihat ustadz Abah, ekspresi wajahnya berubah seperti merasa tidak menyangka. Ia sangat terkejut dengan apa yang dia lihat di depan matanya. Sebuah mata terlihat mengingat bayangan masa lama. Tangis haru berdesir mengikuti rasa empati yang ia rasakan.
"Sahabatku ..."gumamnya.
Dari kaca pembatas, Tuan Maher dapat langsung jelas mengenali siapa pria yang sedang terbaring tidak berdaya disana.
"Zaki!? Bukankah itu Zaki!?"tanya tuan Maher memastikan.
Mendengar ada seseorang yang mengetahui nama asli Abahnya. Aya membelalakkan matanya.
"Apakah bapak mengenali Abah saya?"
"Apa benar dia bernama, Zaki?"tanya Tuan Maher sekali lagi memastikan.
"Apa papah mengenali bapak-bapak itu?"tanya Rey.
"Dia adalah sahabat papah Rey. Zaki adalah sahabat papa dari kecil," ucap tuan Maher merasa tidak percaya dapet kembali bertemu dengan sahabat lamanya.
"Subhanallah, walhamdulilah, wala'ilahailallah, Allah hu akbar. Puji syukur kepada Allah yang telah mempertemukan bapak dengan abah saya, saya turut bahagia mendengarnya," ucap syukur Aya yang mendengar jika bapak yang ada didepannya adalah sahabat dari abahnya. Aya sedikit mengetahui cerita tentang antara dua sahabat yang sangat harmonis di masanyanya.
"Apakah kamu si Aya?"tanya Tuan Maher mencoba untuk menebak.
"Iya Om, saya Aya," ucap Aya sambil menundukkan pandangannya.
"Subhanallah, ternyata kamu menjelma menjadi wanita yang sangat cantik dan Solehah nak. Kamu dulu padahal waktu kecil sangat tomboy," ucap Tuan Maher mengenang masa lama.
"Cih, cantik !? Wajahnya tertutup bak ninja seperti itu !! Darimana cantiknya!?"gumam Rey dalam hati merasa tidak suka.
"Ah, iya om. Alhamdulillah, semua ini didikan dari Abah," jawab Aya.
"Ah ya, saya mengerti. Saya juga merasa sedih ketika mendengar bahwa istri Zaki meninggalkan setelah melahirkan kamu," ucap Tuan Maher merasa iba.
Ketika sedang berbincang, alarm peringatan dari ruangan ustad Abah terdengar.
Tuan Maher dan Aya yang merasa khawatir langsung masuk kedalam untuk melihat langsung keadaan Ustadz Abah.
Ustadz Abah terlihat sangat lemah dan tak berdaya. Dari lisannya hanya asma Allah yang ia lantunkan.
Kini dua tatapan sahabat lama bertemu. Abah sangat terharu, akhirnya disisa-sisa waktunya ia masih diberi kesempatan untuk melihat sahabat lamanya.
Tuan Maher yang menatap sahabatnya terlihat tidak berdaya, langsung memeluk Abah Zaki.
"Hik .. hik .. Zaki, apa yang terjadi dengan kamu? Kenapa kamu terbaring diatas sini?"ucap Tuan Maher yang sudah tidak tahan menahan rindu.
Merasa waktu sudah tidak lama, sambil terbata-bata Abah mencoba untuk bertanya sesuatu pada Tuan Maher.
"Ma-Maher sahabatku, apakah perjanjian kita masih berlaku?"tanya Abah membuat Aya dan Rey bertanya tanya.
Tuan Maher yang mengingat perjanjian mereka langsung tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan cepat.
"Tentu Zaki sahabatku. Anakku Rey dua hari lagi baru akan menginjak usia 25tahun. Tentu perjanjian kita masih berlaku," ucap Tuan Maher sembari memegang erat tangan sahabatnya.
"Syu...Syukurlah jika begitu, a.. aku rasa ini sudah waktunya. A.. aku sudah tak tahan lagi," ucap ustadz Abah dengan terbata-bata.
"Abah,,, apa yang Abah katakan? Abah harus kuat bah, demi Aya!" ucap Aya menatap abahnya dengan sangat lekat. Sungguh jauh dari lubuk hatinya ia tidak sanggup untuk kehilangan orang satu-satunya yang sangat ia cintai dimuka bumi ini.
Ustadz Abah terngah-engah karena kesulitan bernafas. Dokter dengan cepat memberi penanganan untuk menolong Ustad Abah yang kini tersengal-sengal karena ia merasakan sesak dan sakit di dada dan jantungnya.
"Maaf Tuan, untuk sementara biarkan pasien beristirahat. Kondisinya kini sangat memburuk, hanya keajaiban yang bisa memulihkannya," ucap dokter.
Aya dituntun keluar oleh suster. Ia ingin berteriak sekuat-kuatnya namun ia tak mampu. Hatinya selalu menyebut nama asma Allah, ia sangat berharap Tuhan akan memberi keajaiban pada Abahnya yang kini terbujur pucat dengan nadi yang terus menurun.
...
Dibalik cadar, bibir Aya bergetar hebat ketika mendengar penjelasan dari Tuan Maher.
"Apa! mana bisa papah membuat janji konyol seperti itu!?Rey punya hak atas diri Rey sendiri. Rey tidak akan sudi menerima perjodohan ini dan menikahi wanita ninja ini. Apa papah tidak lihat diberita, banyak wanita bercadar yang meledakan dirinya sendiri!! Jika mereka tidak sayang dengan diri mereka, apa lagi orang-orang disekitarnya!" pekik Rey Maher dengan nada yang berapi-api.
"Rey!! Jaga bicara kamu. Perjodohan ini tetap akan terjadi. Papah dan Zaki sudah berjanji akan menjodohkan kalian. Jika kami bertemu dan usia kalian belum diatas 25 tahun dan kalian belum pada menikah, maka perjodohan masih berlaku," tegas Tuan Maher.
"Pah ....!!!?"
"Kalian bicaralah, mungkin kalian butuh waktu untuk berkenalan. Papah akan memanggil penghulu dan mempersiapkan pernikahan kalian. Papa mengerti, inilah yang diinginkan beliau disisa-sisa waktunya sekarang," lanjutnya sembari melangkahkan kaki untuk meninggalkan Aya dan Rey.
Aya masih terpaku dalam keterkejutannya sampai ia sendiri tak sanggup untuk berkata-kata.
"Cih..!! Hal konyol apa ini?" umpat Rey dengan geram.
"Hey kamu?"panggil Rey dengan tatapan sinis dan penuh kebencian.
"Selain tak punya muka, apa kamu tak punya telinga, atau tak punya mulut!" decak Rey dengan kesal.
Sebuah pikiran dewasa tertata dalam benak Aya. Ia tak ingin gegabah dalam mengambil keputusan. Dibalik cadar dan kepala yang menunduk, dan dengan lafal bismilah, Aya mencoba untuk memberanikan diri.
"Demi Allah dan rasulnya, bukanlah sebuah kesempatan dalam kesempitan, insyaallah aku menerima perjodohan ini," suara Aya terdengar bergetar ketika mengatakan hal yang pasti akan membuat Rey mencuak.
Rey yang sedari tadi menatap tajam Aya menambah kekuatannya untuk lebih memaki Aya.
"Apa kamu gila!!? Jika kamu butuh biaya pengobatan ayah kamu. Kamu tenang saja, aku akan menggratiskan semua biayanya. Bahkan jika kamu ingin membawa ayah kamu ke Amerika, aku akan membiayai semua tagihannya," ucap Rey mencoba untuk menahan suaranya agar tidak menggelegar di koridor rumah sakit.
Kali ini, Aya mengangkat kepala dan menatap tajam kearah Rey yang sedang menunggu jawaban dari Aya.
"Jika ini hanya sebuah lelucon, maka aku dengan suka rela menolak perjodohan ini. Apa kamu sama sekali tak dapat melihat? Ayah aku terbaring disana menanti sebuah panggilan ilahi yang mana orang hebat sekalipun didunia ini tidak akan bisa mengelaknya," ucap Aya penuh dengan penekanan sebelum akhirnya ia tersadar dan kembali menundukkan pandangannya.
"Aku mohon. Jika memang harus ada sebuah perjanjian, insyaallah Allah aku akan menerimanya. Untuk saat ini, biarkan takdir menghalalkan kita didepan Abah. Setelah itu, baru kita fikirkan bagaimana kelanjutannya," lanjutnya dengan kepasrahan yang menjulang.
Rey berfikir ...
"Baiklah, dengan sebuah perjanjian yang mungkin akan memberatkan kamu. Apa kamu bersedia?"
Aya semakin menundukkan kepalanya. Pernikahan bukanlah lelucon baginya. Namun sepertinya takdir berkata lain. Aya meremas kuat mukena yang masih menutupi tubuhnya.
"Bismilah, insyaallah aku aku bersedia," ucap Aya dengan penuh kepasrahan.
Rey tersenyum kecut, "Bagus, aku akan menerima perjodohan ini dengan beberapa persyaratan yang harus kamu tanda tangani. Aku harap kamu dapat menepati janji kamu?" ucap Rey sembari meninggalkan Aya untuk mengangkat sebuah panggilan yang masuk dalam handphonenya.
..
Derai permata mengalir mengikuti alunan hati yang berasa sangat pedih. Namun Aya berjanji, ini demi ayah yang selama ini berjuang untuk membahagiakannya. Sebuah pedoman tidaklah penting ketika nyawa menjadi taruhannya. Demi sang ayah tercinta, Aya rela harus bermain-main dengan sebuah janji sakral suci dihadapan sang khalik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Kendarsih Keken
SALUTTT buat Aya , aq lanjut ke fav thorrr
2022-04-21
0
Sukliang
sedihhhh
2022-03-08
0
Dwi Sasi
Next
2022-03-04
0