Keempatnya berjalan bersisian, dan perjalan ke sana jalannya cukup terjal, dan lumayan cukup jauh jika di tempuh dengan jalan kaki. Sebab jalannya kecil jadi tidak bisa di lewati oleh mobil.
Meski begitu, Air Terjun Tegenungan tetaplah indah dan bisa dimengerti kenapa banyak orang mau datang kesini. Dengan arus air yang deras, apalagi di musim hujan seperti ini, pemandangan yang diberikan oleh air terjun ini sangat mengesankan.
" Wah, sungguh indah sekali disini? Kau sudah pernah datang kesini juga Nin?" Tanya Vero berjalan semakin mendekati bibir telaga.
" Sudah tapi itu dulu sekali, saat aku masih SD." Jawab Nina sambil meletakkan tas tangannya ke atas batuan besar yang ada di pinggir telaga, lalu mencelupkan kedua kakinya ke air.
" Astaga airnya dingin sekali guys," Celetuk Vero lagi sambil tangannya menyentuh air itu.
" Tentu saja dingin, yakin tidak ada yang mau mandi nih," Seloroh Marry sambil mendorong pelan tubuh sahabatnya Vero.
" Aaakkh Marryy.!! " Teriak Vero saat ia marasakan dinginnya air terjun itu menusuk hingga ke tulang-tulang tubuhnya
Marry sang pelaku malah tertawa terbahak, tak lama ia pun melepaskan blazer yang ia pakai dan ikut menceburkan dirinya ke dalam air.
Beruntung pagi ini para pegunjung masih sedikit, jadi mereka bisa menikmati moment langka ini, kapan lagi mandi di air terjun.
Misalkan sekarangpun banyak orang mereka justru merasa tidak enak kalau harus berteriak-berteriak seperti sekarang ini. Sadar disini adalah tempat wisata umum yang pasti banyak pengunjung yang datang.
Sisil dan Nina pun juga ikut masuk mereka berenang kesana kemari bersenda gurau tak menghiraukan orang lain yang tengah memandang heran kepada mereka. Juga air yang cukup dingin, itu justru menambah kesan menantang untuk keempat gadis tersebut.
Hingga menjelang siang hari kemudian mereka menyudagi acara berenangnya, dan segera meninggalkan air terjun tersebut untik menuju ke Resto yang di rekomendasikan oleh Sisil, masih di dekat daerah situ.
" Ini Resto milik keluargamu juga Sil?" Tanya Marry sambil melihat daftar menu makanan di lembaran yang tebal itu.
" Bukan, ini punya Kakakku, Kakak sepupu yang tinggal di sini, kalian mau makan apa?" Tanya Sisil membolak-balikkan buku menu.
" Kau punya Kakak sepupu? Ganteng nggak?" Tanya Nina begitu antusias.
" Aah kau itu, yang kemarin di php-in sekarang mau cari yang baru, ckck,, dasar genit jadi perempuan." Gerutu Marry yang sedikit muak dengan tingkah satu sagabatnya tersebut, membuat yang lain terkekeh geli.
" Sudah-sudah cepat pilih dan segera makan kita belum ke tempat yang special lainnya nanti keburu sore." Potong Sisil mengintrupsi keduanya.
" Hay Sil, kau disini? Sejak kapan kau datang?" Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang berjalan mendekati meja mereka.
" Hai Kak Dewa, kirain kakak gak di Resto, sudah tiga hari aku disini, oh ya guys kenalin ini kakak sepupuku, Kak ini ketiga sahabatku." Sisil memperkenalkan Kakak sepupunya itu kepada para sahabatnya.
" Oh ini sabahat kepompongmu itu, hay aku Dewa." Seru pria itu sambil menyodorkan tangannya ke arah mereka bergantian.
" Hay juga aku Nina Kak."
" Marry."
" Hay_
" Aku sudah tahu." Potong Dewa dengan cepat tanpa mengulurkan tangannya kepada Vero.
Vero hanya bisa mencebik saja sambil menatap ke sembarang arah, sedangkan dua sahabatnya itu hanya melongo menatap mereka berdua secara bergantian.
Sisil yang menatap pandangan aneh dari Nina dan Marry langsung berujar." Dia temannya kak Jullio, jadi otomatis kenal juga sama Vero." Jelasnya, padahal tidak ada yang mempertanyakan, hanya saja hanya melihat situasinya ia langsung mengerti.
" Oh,." Nina dan Marry hanya ber Oh ria secara serempak, tak lama makanan yang mereka pesan pun datang.
" Baiklah aku tinggal dulu ya semuanya selamat menikmati hidangan dari kami. Sil jangan lupa mampir sebelum pulang." Teriak pria itu sebelum melenggang pergi.
Dewa langsung melipir begitu saja setelah menerbitkan senyum yang mematikan kepada mereka semua para gadis, senyum yang bisa membuat para hawa meleleh.
Juga tanpa menoleh lagi ke arah Vero, gadis yang tak ingin ia lihat sebenarnya, tapi tadi itu dia memang tidak tahu bahwa gadis itu ada di sini bersama Adiknya.
Bahkan para karyawannya pun di buat terkejut oleh sang bos, sebab sang bos yang memang tak pernah menampilkan senyum mematikannya di hadapan mereka semua.
" Wah gila Kakakmu ganteng juga ternyata." Celetuk Nina membuat yang lainnya langsung memutar bola matanya jengah.
" Kok bisa ya Kak Jull punya teman seperti Kakakmu itu? Mereka kenal dimana? Secara tinggal di kota dan pulau yang berbeda." Tanya Marry yang batu kali ini menyerukan pertanyaan konyol.
Membuat ketiga para sahabat laknatnya tergelak, " Kau tinggal di kutup mana? Pertanyaan yang konyol, bahkan jika mereka tinggal di negara berbeda pun pasti bisa saling kenal, secara orangtua mereka memang bersahabat." Sahut Vero yang memang sangat mengetahui hubungan kedua pria itu.
" Stop, sudah ayo cepat makan." Sisil segera mengintrupsi.
Selesai makan siang mereka melanjutkan lagi perjalanan mereka yang kali ini ke arah gunung batur untuk menikmati pemandangan yang tak kalah indah di sore hari.
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam akhirnya mereka sampai juga di tempat tujuan. Yakni di lereng gunung Batur.
" Itu Gunung Batur guys, gunung itu merupakan gunung yang memiliki kaldera yang sangat luas dan bisa dikatakan kaldera gunung purba lho." Celetuk Nina. Begitu mereka sampai dari awal di pulau ini, ia berubah profesi menjadi seorang tourguide dadakan untuk ketiga sahabatnya yang memang sangat jarang datang ke pulau tersebut, jika datang itu pun jika sedang ada acara saja.
" Dan terdapat juga Danau disana itu." Tunjuk Vero takjub melihat memandangan yang selalu memanjakan indra penglihatannya.
" Gunung batur selain melahirkan anak gunung, letusan gunung Batur Purba itu juga melahirkan danau sebesar ini guys yang berbentuk sabit lalu di beri nama Danau Batur." Jelas si tourguide Nina menjelaskan.
" Wah kau cocoknya jadi Tour guide saja Nin,." Seloroh Vero yang baru sadar, dan masih menatap takjub ke arah danau tersebut.
" Lha memang dari kemarin-kemarin siapa tourguide kalian?!" Kesalnya yang seolah tidak di anggap beberapa hari ini.
" Kita bisa berkeliling di danau itu?" Tanya Marry penasaran.
" Tentu saja bisa, kenapa tidak?!" Sahut Nina berjalan ke arah tempat yang menyediakan persewaan.
Mereka akhirnya berkeliling danau dengan menaiki perahu kecil, setelah sudah letih, mereka berhenti dan karena hari pun semakin gelap mereka akhirnya memilih untuk segera pulang.
" Kita makan dimana guys?" Tanya Vero yang kali ini gantian menyetir mobilnya.
" Kita makan di dekat hotel saja ya, atau kalau nggak kita pesan saja, aku sudah ingin cepat pergi mandi nih." Celetuk Nina, semuanya pun mengangguk setuju.
" Baiklah aku pesankan makanan di Gofood saja, kalian mau makan apa?" Tanya Marry yang sudah memegang ponselnya siap memesan.
" Aku Bakmie seefood aja dech." Jawab Sisil dengan cepat.
" Samaan aja-lah." Timpal Nina.
" Kalau aku pesankan makanan yang pedas-pedas, Spicy yaki udon okelah." Lanjut Vero menyerukan pesanannya.
" Kau kenapa? Tamumu juga akan datang? " Celetuk Nina yang sedikit terkejut. Sebab Vero memang sangat jarang makan-makanan pedas.
Sebab sahabatnya ini tak biasa makan makanan yang pedas, terus tiba-tiba ingin makan, " Kau tidak sedang ngidam bukan?" Lanjut Nina kembali sembari memicingkan kedua netranya penuh curiga.
" Sembarangan! Walaupun kami akan menikah, tapi kami belum pernah begituan ya." Sarkas Vero yang tidak terima di tuduh macam-macam.
" Ya siapa tahu saja, 'kan tumbenan aja kamu makan yang pedas-pedas." Seolah Nina tak kehabisan cara untuk mengetahui kebenarannya.
Sesampainya di hotel Nina lebih dulu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang tersasa lengket. Sedangkan Vero memilih duduk di sofa panjang sembari menunggu makanan mereka datang.
" Makanan datang guys." Seru Marry yang baru saja masuk ke dalam dan meletakkan kantong makanan itu di atas meja.
Kenapa mukamu jelek begitu?" Celetuk Marry yang melihat Vero nampak murung.
" Nggak apa-apa."
" Kenapa Aa Jull nggak bisa di hubungi ya?" Tebak Sisil duduk di sampingnya yang seolah tahu apa yang di alami oleh sahabatnya itu.
Vero menghela napas kasarnya, " Tidak, tadi ia sudah menghubungiku." Jawabnya, yang padahal ponselnya sendiri yang ia matikan.
" Positif thinking aja, siapa tahu dia memang lagi sibuk sekarang." Sisil mencoba membuat Vero tenang dan mulai membuka makanan miliknya.
Tiba-tiba terdengar bunyi nada dering di ponsel milik Nina yang tergeletak di atas meja.
Vero hanya meliriknya saja tanpa mau repot-repot mengangkatnya, " Siapa yang menghubungi?" Tanya Sisil menatap Vero juga ke arah ponsel milik Nina.
Vero hanya menghendikkan bahunya saja, " Nomor asing, nggak ada namanya." Jawabnya cepat.
Tak lama Nina keluar dari kamar mandi, " Eh ada yang hubungi tuh." Tunjuk Sisil ke arah ponsel Nina yang tergelatak di atas nakas.
" Siapa?"
" Ya mana kami tahu." Sewot Sisil.
Nina hanya melihat ponselnya saja lalu meletakkannya lagi, malah ikut bergabung dengan yang lain untuk menyantap makan malamnya yang baru saja datang.
Hingga malam semakin larut, tiba-tiba ponsel Nina berdering kembali panggilan masuk yang sama seperti tadi.
" Ini nomor siapa?" gumamnya sambil menatap ponselnya itu yang masih bergetar.
.
.
.
.tbc
Terima kasih yang sudah mampir baca, semoga suka dengan ceritanya. Minta dukungannya ya dengan memberi like, koment dan hadiah juga, 🌷🌷🌷🌷🌷
Jangan lupa tekan favorite nya agar mendapatkan notifikasi dari kami. terima kasih love u All..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments