~ Flashback beberapa hari yang lalu.
"Sayang,, Maaf aku tidak bisa menemanimu liburan kali ini. Kamu tahu sendiri 'kan saat ini banyak kerjaan yang menumpuk di kantor, maaf yaa..?" Seru Jullio menatap wajah teduh sang kekasih.
Vero mendeaah pelan, ia sangat tahu kesibukan sang Kakak jika akhir seperti ini. " Iya, aku tahu, ngak apa-apa kok 'kan ada temen-temen aku juga yang nemenin." Jawabnya dengan memaksakan tersenyum manis pada kekasihnya itu.
" Iya Kakak tenang saja, kami akan temani dan menjaga Vero dengan baik, Kak Jull tidak perlu khawatir." Seru Sisil sahabat Vero, memberikan pesan agar bisa membuat Jullio tidak berpikir terlalu jauh.
" Yukk guys sebentar lagi pesawatnya akan berangkat. Kami pamit dulu ya Kak Jull." Ajak si Nina sahabat Vero yang lain.
" Ya sudah kalau begitu. kalian hati-hati semua, jangan lupa kabarin Kakak kalau kalian sudah sampai disana." Titahnya
Vero dan teman-temannya mulai memasuki area broading pass, mereka berempat sudah seperti saudara satu sama lain, dari mereka duduk di bangku SMP selalu bersama-sama, hingga sampai lulus kuliah bersama. Tak lama mereka semua sudah masuk ke dalam pesawat, mulai mencari tempat duduk masing-masing.
" Kalian siap guys? Semua harus happy ya liburan kali ini. Kita akan keliling wisata di pulau dewata nanti sampai puas." Seru Marry yang mendapatkan jatah untuk mengurusan bagjan menginap di hotel. Bisnis keluarga Marry bergerak di bidang perhotelan, salah satunya ada di pulau dewata sana.
Mereka semua sudah mendapatkan bagian jatah masing-masing. Soal kuliner itu bagian Sisil, yang memang bisnis keluarganya bergerak di kuliner apalagi di Bali, sudah menyebar dimana-mana cabang Restoran milik keluarganya.
Dan soal akomondasi tiket liburan pulang pergi itu adalah jatah bagian Vero, yang memang bisnis keluarga angkatnya bergerak di bidang Tour end Travel. Sang Kakak sekaligus kekasihnya-lah yang kini memimpin dan memgembangkan perusahaan keluarga mereka di ibukota, sementara Kedua orangtua mereka justru lebih memilih mengembangkan bisnisnya di luar negeri. Dan hanya ada satu di ibukota dan satu cabang lagi di pulau bali, selebihnya ada di luar negeri sana yang lebih dari lima perusahaan. Dan di kelola sendiri oleh Mama dan Papanya, apalagi Mamanya yang memang berasal dari negara kanguru sana.
Sementara bagian tempat wisatanya, kali ini giliran bagian Nina yang memang tinggal dia seorang yang belum mendapatkan bagiannya. Apalagi si Nina ini memang keturunan orang bali—tepatnya sang Papa asli orang bali namun menikah dengan Mamanya asli orang ibukota. Di tambah lagi dia yang memang suka sekali traveling ke berbagai temlat salah satunya berkeliling ke segala penjuru pulau dewata, dan pulau-pulau lainnya. Sebab katanya sekaligus ia mencari pria-pria bule, sambil cuci mata.
Akhirnya pesawatpun mendarat dengan sempurna di bandara I Gusti Ngurah Rai, perjalanan yang memakan waktu kurang lebih satu setengah jam itu, sesampainya di pulau tersebut, mereka semua sudah di tunggu oleh sang supir taksi online yang di pesan oleh Nina saat mereka baru saja mendarat tadi. Mobil pun bergerak perlahan menuju ke hotel yang mana sudah di booking oleh Marry, salah satu hote yang masih milik keluarganya.
Begitu sampai hotel, keempatnya langsung keluar dengan mendorong koper meteka masing-masing. Yang tentu saja koper berukuran sedang sebab sekitar semingguan mereka akan menginap. Setelah di berikan satu kunci ke-emapatnya menempatin salah satu kamar yang cukup luas dan mempunyai dua ranjang tidur yang berukuran king zise, dengan satu pintu penghubung.
" Akhirnya ketemu juga sama ni bantal, panas banget dijalan gil4!" Gerutu si Sisil yang sudah tidak sabar ingin segera rebahan di atas ranjang, saat mereka baru saja sampai ke kamar mereka.
" Kau tuh emang tukang tidur Sil, nggak heran lagi dech, aku tidur di sebelah aja.!!" Cetus si Nina sambil membuka pintu tengah dan berjalan ke arah ruangan sebelahnya.
" Ya aku juga tidur di sebelah aja, pengen cepat berendam." Seru Vero mengikuti langkah Nina yang sudah lebuh dulu melangkah. Di dua ruangan itu terdapat dua kamar mandi yang berukuran sedang, sehingga tidak perlu harus mengantri.
" Ya itu berarti aku yang di sini, awas geser sedikit agak sanaan Sisil." Pinta si Marry juga ingin rebahan tak lupa menyalakan Ac ruangan terlebih dahulu. Akhirnya sampai mereka semua ketiduran hingga sore harinya.
***
Sore menjelang malam hari kini mereka tengah asyik menikmati makan malam di pinggir pantai yang di sambut hangat oleh hembusan angin laut yang menyeruak di tambah suara riuh deburan ombak yang cukup kencang, menambah kesan tersendiri. Pun tak kalah hangat di kala suara gurau canda tawa dari mereka berempat yang begitu menohok untuk di pandang mata oleh para pengunjung lainnya.
Hingga mereka tidak menyadari sedari tadi haha hihi seolah memang tidak memperdulikan keadaan di sekitarnya, ada segerombolan para pria muda seumuran dengan mereka, menatap dari kejauhan sebab suara tawa tersebut menyita perhatian mereka semua.
Dan entah sejak kapan, tiba-tiba salah satu dari mereka berjalan emnghampir meja diamah Vero dan Aira sahabatnya berkumpul." Hai ladies, bolehkah kami ikut bergabung dengan kalian??" Seru seorang pria berdiri di samping meja mereka.
Belum sempat di jawab oleh salah satu dari mereka, pria tersebut langsung menarik salah satu kursi kosong di samping Nina dan langsung mendudukinya.
Dan ternyata perbuatannya itu ikuti pula oleh teman-teman pria itu lainnya, para wanita mau tidak mau membiarkan walau sejujurnya Vero tak menginginkan kedatangan para pria yang seolah mengganggu kesenangan mereka.
" Kenalin namaku Nino, dia Jojo, Dhika dan yang duduk di bangku paling ujung sana itu namanya Boy." seru pria yang bernama Nino sambil mengulurkan tangan kanannya kepada si Nina, sembari mengenalkan para sahabatnya itu kepada para gadis-gadis cantik yang menyambut dengan senyum hangat kedatangan mereka.
Entah itu senyum palsu atau bukan, yang penting mereka bisa berkenalan, begitulah pria yang memang harus berusaha mendekat jika ingin mempunyai pasangan.
Hay aku Nina, ini Marry, Sisil dan yang itu namanya Vero." Akhirnya Nina ikut menyambut uluran tangan Nino sembari mengenalkan para sahabatnya juga kepada para pria-pria yang entah datang dari mana.
" Wah nama kalian serasi, mungkin saja kalian berjodoh." Celetuk pria bernama Dhika sambil terkekeh.
Nina hanya tersenyum saja menanggapinya, " Ini ngomong-ngmong kalian lagi liburan ya? kalian dari mana?" tanya Nino kembali menatap kagum pada gadis di sampingnya.
" Iya, kami dari Ibukota." Jawab Nina menoleh kepada para sahabatnya yang hanya terdiam saja.
" Berarti kita samaan dong, kalian menginap di hotel mana?" Kali inj giliran Dhika yang bertanya, menatap bergantian ke arah mereka para gadis.
" Dekat sini aja, kalian juga pada liburan?" Tanya Nina balik, yang entah mengapa obrolan mereka mengalir begitu saja.
" Kami sedang menghadiri teman kami yang sedang party besok malam di hotel dekat sini sekalian kita liburan." Sahut Nino menatap lebih dalam ke arah Nina. Mungkin ini yang di namakan cinta tiga detik, begitulah pikirnya.
Nina yang di tatap demikian menjadi salah tingkah sendiri, " Ke-kenapa?' Tanyanya gugup yang langsung membuat Nino sedikit terserah.
Ia menyengir kuda karena tertangkap basah sedang memandangi gadis itu, " Tidak ada apa-apa, mau nambah lagi nggak, aku pesankan buat kalian ya." Ujar Nino yang melihat makanan penutup mereka sudah pada habis. Tanpa menunggu sebuah jawaban ia sudah memanggil salah satu pelayan dan memesan beberapa makanan camilan lagi.
" Thanks, sebenarnya kami sudah makan terlalu banyak tadi, lihat banyak piring kosong di meja." Tunjuk Nina pada piring-piring yang nampak bersih hanya tersisa saus dan bumbunya saja.
" Nggak apa-apa, biar kalian makin kenyang." Ujar Nino pelan sambil tersenyum manis, yang tentu saja hanya Nina yang mendengarnya. Akhirnya mereka pun mengobrol-ngobrol saling bercerita, walau terlihat Nina dan Nino yang mendominasi.
" Sepertinya kami harus kembali, sudah sangat malam, permisi semuanya." Seru Marry yang sedari tadi hanya diam bersama dengan Vero, keduanya merasa tidak tahan lagi di tatap aneh seperti itu oleh keempat pria asing.
" Oh iya, sorry kami duluan ya bye.." Pamit Nina yang ikut beranjak dari tempat duduknya lalu menyusul mengikuti langkah para sahabatnya yang sudah berjalan lebih dulu.
Sesampainya di kamar mereka, Nina yang baru sampai paling akhir berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum istirahat. Tak lama ia keluar dan melihat semua sahabatnya sudah berkumpul dan menatap ke arahnya.
" Ada apa? Kenapa kalian semua menatapku seperti itu?" Tanya Nina mengernyitkan keningnya curiga pada ketiga sahabatnya.
" Tentu saja kami sedang marah, kau tak melihat tanduk kami sudah muncul." Sarkas Sisil yang sok-sok an marah nggak jelas.
Seketika tawa Nina meledak, " Haha kalian ini ada-ada saja, kenapa juga harus marah padaku, apa tentang para pria tadi yang mengajak berkenalan?" Tebaknya yang tepat sasaran.
" Sudah tahu, kenapa kau terus saja berbicara pada mereka, jangan genit ya jadi perempuan." Omel Marry menatap kesal pada Nina, sahabatnya itu memang cepat akrab dengan para pria asing, tak heran memang bukan hanya penampilan Nina yang menonjol, sikap supernya itu juga banyak di gemari oleh para pria-pria.
Sudahlah, cepat tidur, jika tidak! Besok kau kutinggal sendirian di sini!!" Ancam Marry yang langsung berjalan ke ranjangnya dan memilih untuk segera tidur. Meninggalkan ketiga sahabatnya yang melongo.
.
.
.
.tbc
Terima kasih yang sudah mampir baca, semoga suka dengan ceritanya. Minta dukungannya ya dengan memberi like, koment dan hadiah juga, 🌷🌷🌷🌷🌷
Jangan lupa tekan favorite nya agar mendapatkan notifikasi dari kami. terima kasih love u All..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments