Hay cantik kalian disini rupanya?" Sapa seseorang yang ternyata adalah Nino. Ya pria yang tadi malam berkenalan juga mengobrol banyak dengannya.
" Kamu!!? Kamu di sini juga ternyata? " Balas Nina bertanya balik. " Eh, tunggu! Jangan-jangan kamu menguntitku dan juga para sahabatku ya sampai kesini?" Tudingnya asal.
" Sembarangan aja! jangan asal nuduh Nona! Ya, mungkin kita memang berjodoh, hingga kita di pertemukan kembali disini dengan tidak cara tidak sengaja." Seloroh Nino tertawa kecil.
Nina hanya mencibir saja mendengar lontaran dari Nino, sudah biasa ia di gombalin oleh banyak pria," Kamu sendirian? Mana yang lain?" Tanya Nino kembali.
" Itu mereka pada berendam." Tunjuknya ke arah para ketiga sahabatnya sambil menyesap sekaleng minuman dingin yang berada di genggamannya." Mau minum?" Tawarnya sembari menyodorkan sekaleng minuman yang masih utuh kepada si Nino.
" Thanks. Kenapa tidak ikut berendam?" Pertanyaan simpel memang, namun Nina bingung harus menjawab bagaimana, sebab ini untuk pertama kalinya ia akan membahas masalah sensitif terlebih ini adalah masalah pribadi yang sengat rahasia dan juga memalukan. Bagaimana ia harus menjawab? Pikirnya bingung.
" Sudah tadi, kamu sendiri kenapa tidak ikut bergabung dengan teman-temanmu itu." Tunjuk Nina menggunakan dagunya tersenyum sekilas menatap wajah tampan yang sayangnya susah untuk di lewatkan, dan itu membuat Nino juga ikutan tersenyum.
Nino merasa seakan berbeda rasanya mengobrol dengan gadis ini, jika di bandingkan dengan gadis yang lain, ia pun menggeser duduknya tepat di samping Nina, yang hampir saja menempel kedua bahu mereka.
" Eh itu pria yang berambut pirang beneran teman kamu? Tapi kok dia kelihatan sombong ya!" Celetuk Nina tanpa di filter terlebih dahulu, sembari menujuk ke arah salah satu sahabat Nino.
" Oh, maksudmu si Boy? Ya dia memang seperti itu, diam-diam menghanyutkan,, hahahaa." Nino malah mengolok sahabatnya sendiri. Membuat Nina sedikit mengernyit dengan ucapan ambigu dari Nino. namun ia tidak ingin bertanya terlalu jauh.
" Kenapa, kamu naksir dengannya ya?" Tebak Nino, membuat Nina langsung menggeleng dengan cepat. Kenapa orang hnaya ingin bertanya, selalu di kaitkan dengan rasa suka?
" Siapa bilang, sok tahu! Dia juga bukan tipeku, aku juga nggak suka dengan pria yang dingin seperti itu." Jawabnya dengan cepat.
Nino justru tersenyum penuh arti sambil melirik Nina yang parparas cantik itu. Akhirnya mereka berdua mengobrol saling bercanda gurau, sambil melihat para teman-temannya yang masih asyik bermain air.
Tak terasa hari pun mulai gelap, mereka semua pun bersiap-siap untuk kembali pulang ke hotel tempat mereka menginap.
" Kalian sudah mau langsung pulang?" Tanya Nino yang melihat para sahabat Nina yang berjalan keluar dari acara berendam mereka.
" Belum, kita mau makan dulu kayaknya. Kenapa?" Tanyanya sedikit penasaran.
" Ciee, ada yang lagi pendekatan nih, langsung pepet saja Nino mumpung nih perempuan belum di godain pria bule disini, pepet aja terus jangan kasih kendor,, hihi." Celetuk Sisil yang langsung mendapatkan tatapan mematikan dari siapa lagi jika bukan si Nina.Bisa diem ngga! Jangan buka-bukaan disini." Omelnya, yang tentu saja merasa kesal. Sebab, secara tidak langsung Sisil sudah membongkar aibnya di hadapan pria yang membuatnya sedikit tertarik ini.
Sementara Nino yang sedari tadi mencuri dengar perdebatan kecil di antara kedua sahabat itu, hanya bisa senyum-senyum sendiri tak jelas, juga bergeming di tempat.
" Siapa yang mau buka-bukaan! Mau buat pertunjukan gratis emangnya disini??" Balas Sisil asal.
" Ya siapa tahu! Baiklah sampai jumpa lagi." Pamit Nina pada Nino. Nino sendiri juga berjalan mendekat ke arah para sahabat prianya juga, namun masih belum ingin kembali dari tempat indah tersebut.
Setelah meninggalkan pantai sejam yang lalu kini ke empat gadis itu tengah asyik menikmati hidangan makan malam, makanan yang tentu saja yang sangat memanjakan lidah mereka berempat.
" Kamu sangat kelaparan rupanya? Suka apa lapar? Berapa hari tidak makan sih?!!" Celetuk Nina yang menatap sahabatnya Sisil yang tengah menikmati makannya dengan lahapnya.
" Iya tadi siang aku 'kan cuma makan sedikit saja dari pada kalian, habis itu tenagaku terkuras habis bermain air." Jawab Sisil dengan mulut yang masih terisi penuh makanan.
" Di telen dululah, baru ngomong Sisil, kamu ini kebiasaan!" Gerutu Vero membuat Sisil hanya menyengir kuda saja.
Setelah selesai menyantap makan malam, bereka berempat pun pulang kembali ke hotel dimana mereka menginap. Ya kendati demikian hari masih terlalu sore jika memilih untuk tertidur, Mereka pun bersenda gurau di atas ranjang hingga larut malam, sembari memainkan sebuah permainan yang seru pastinya.
" Aah, lelah sekali, akhirnya bisa rebahan juga.." Keluh Vero yang baru saja naik ke atas ranjangnya bersama sahabatnya Nina. tak alam mereka semua sudah terlelalp ke alam mimpi.
Keesokan pagiya.
" Aku mandi duluan." Seru Nina yang lebuh dulu terjaga lalu berjalan ke arah kamar mandi.
Tak lama ia keluar dengan tubuh yang lebih segar bersiap dan sudah berepakaian rapi.
Dengan langkah gontai kini gantian Vero yang masuk ke dalam kamar mandi untuk bersih-bersih. Sebab hati ini mereka akan kembali berkeliling.
" Eh, kalian saling suka ya?" Tebak Vero yang sedang berhias diri di depan meja rias.
" Maksudnya?" Tanya Nina sedikit tidak mengerti.
" Jangan pura-pura, kau pikir aku tidak tahu kalian mengobrol dengan raut wajah yang saling berseri-seri begitu." Balas Vero yang kini menatap serius ke arah Nina yang terlihat sedikit salah tingkah namun hanya sesat saja.
" Waah rupanya diam-diam kau memperhatikan kami ya?" seloroh Nina sambil terkekeh geli.
" Hati-hati banyak pria bermulut manis di luar sana, lalu setelahnya di tinggal gitu saja, sebab ia melihat ada yang jauh lebih manis lagi di luar sana." Vero menasehati Nina.
" Iya-iya, yang sebentar lagi akan melepas masa lajang, kita-kita juga sudah siap kok jadi bridesmaidnya." celetuk Nina menggoda Vero sambil tersenyum senang. Tak sabar rasanya melihat sahabatnya bahagia. Akan tetapi ia tak melihat raut wajah Vero yang sedang kesal, sebab sedari kemarin ia mengirim pesan tapi tidak ada balesan dari kekasihnya itu.
Namun baru saja menggerutu dalam hari, terdengar nada panggilan dari ponsel miliknya, dan tertampanglah nama sang kekasih di layar. Dengan cepat Vero mengangkat panggilan video dari Jullio.
Wajah Juliio yang tampan langsung memenuhi layar ponselnya." Hai sayang, maaf baru mengabarimu pagi ini. Kemarin aku terbang ke singapur karena ada urusan yang mendadak hingga setelah sampai disana aku langsung di sibukkkan dengan pekerjaanku hingga sampai malam. Maafkan aku." Sesal Juli dengan raut wajah yang menyesal. Namun Vero masih memasang wajah kesalnya.
" Oh iya? Apa hanya mengirim pesan saja tidak bisa menyematkan waktu untukku barang semenit saja? Bagimu pekerjaan jauh lebih penting daripada aku 'kan! So, tidak usah lagi menghubungi!!" Desis Vero yang segera mengakhiri panggilan tersebut. Bahkan ia langsung menonaktifkan ponsel miliknya.
Membuat Jull sedikit frustasi di seberang sana, ingin rasanya ia menyusul kekasihnya itu, namun ia sadar diri ia memiliki tanggung jawab yang besar yang harus ia lakukan saat ini. Jadi ia harus tetap tinggal di negara singa sampai esok hari.
" Arrggghh, ini semua gara-gara dia!" Teriaknya berang membanting ponsel miliknya ke atas ranjang sampingnya.
***
Setelah keempatnya sudah siap, mereka pun segera pergi, pagi ini mereka akan ke Tegenungan Waterfall atau Air Terjun Tegenungan yang terletak di daerah Gianyar di pulau dewata sana.
Bisa dibilang, Air terjun ini adalah yang paling mudah dicapai dibandingkan dengan air terjun lainnya yang ada di sana, itulah yang yang membuat Air terjun ini pun bisa lebih ramai dari pada air terjun lainnya.
.
.
.
.tbc
Terima kasih yang sudah mampir baca, semoga suka dengan ceritanya. Minta dukungannya ya dengan memberi like, koment dan hadiah juga, 🌷🌷🌷🌷🌷
Jangan lupa tekan favorite nya agar mendapatkan notifikasi dari kami. terima kasih love u All..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments