"Apa pemilik kontrakan tidak akan marah kalau. kita tinggal berdua?" tanya Andi.
"Kenapa harus marah? Aku sudah minta izin ke pemilik kontrakan semalam, kalau aku akan tinggal bareng adikku"
"Oke baiklah!"
Mereka membereskan ruangan disebelah kamar Hana, awalnya itu di pakai tempat untuk menyimpan Berkas-berkas pekerjaan Hana.
Dan akhirnya tempat itu sudah tertata rapi.
Andi keluar dari kamar, melihat betapa berantakannya ruang tengah itu, baju kotor ada di kursi, sisir ada di meja TV, boneka ada di meja makan dan masih ada piring disana bekas Hana makan beberapa hari yang lalu.
Hana tau apa yang sedang dipikirkan Andi, "Aku sangat sibuk jadi belum ada waktu untuk membereskan nya. Hehe..."
"Ya kau memang seperti ini. "Andi mulai beres-beres di ruang tengah.
Hana masih sibuk membereskan pakaian Andi.
"Kau akan mengambil jurusan apa nanti?"
"Seni Rupa, aku ingin mengembangkan bakatku"
"Ya aku sering melihatmu melukis bersama ayah, tapi aku belum pernah melihat hasil lukisanmu itu"
Hana melihat sebuah karton yang di gulung dan diikat tali. "Apa ini lukisanmu?"
Andi tersentak kaget, dia berlari untuk merebut lukisan itu.
Hana malah menghindar dan berusaha membuka ikatan talinya "Wah biar aku lihat yah!"
"Jangan!Jangan!" Andi merebut lukisan itu.
Mereka saling berebutan sehingga Hana tertarik ke pangkuan Andi. Mereka jadi salah tingkah.
Hana melepaskan lukisan itu. "Lu.. lukisan apa itu?"
Andi mengikatnya lagi dan memasukan lukisan ke dalam lemari, "Rahasia."
"Biar aku tebak, pasti lukisan cewek"
Andi hanya diam.
Hana menepuk pundak Andi, "Tebakan ku benar, kan?"
"Ya"
"Pelit amat sih, boleh ya lihat sebenta~ar aja"
"Gak"
"Ihh.. dasar pelit!" Hana memukul pundak Andi.
"Ini lukisan cewek yang aku suka, dan karya pertama aku"
"Pasti ceweknya jelek makanya aku gak boleh lihat"
"Ya pokoknya jangan pernah lihat lukisan ini tanpa seizinku, kalau sampai kau melihatnya diam-diam, aku akan pergi!" Andi mencoba mengancam Hana.
"Ya ampun sampai segitunya"
"Bodo" Andi membereskan kembali ruang tengah.
Hana hanya duduk di kursi sambil menonton TV karena merasa lelah, dia baru nyampe di Jakarta jam 7 malam dan langsung membereskan kamar Andi.
Andi berniat untuk mencuci piring ternyata di dapur banyak sekali piring dan katel yang kotor. "Kamu berapa tahun gak cuci piring, kak?"
"Hhh... cerewet amat sih" keluh Hana dia makan snack sambil rebahan dan menonton TV.
"Apa kamu kesusahan tinggal sendirian?" tanya Andi sambil mencuci piring.
"Tentu saja, makanya aku bawa kamu kesini hehe..."
"Hhhh..."
"Ya ampun, bercanda kali"
Hana teringat dengan lukisan ayahnya, dia memperlihatkan lukisan itu kepada Andi setelah Andi selesai mencuci piring, "Apa kamu bisa melanjutkan lukisan ini?" mata Hana berkaca-kaca.
"Tentu saja"
Andi langsung membawa peralatan melukisnya, "Ini sih tinggal sedikit lagi" Andi mulai melukis.
"Ini adalah kenangan terakhir dari ayah" Hana mencucurkan air matanya.
Terdengar suara mobil di depan rumah.
Hana segera menghapus air matanya, dia membuka sedikit gorden. "Pak Yoga?" dia merasa heran.
"Siapa kak?" Andi ikut mengintip.
"Dia bos aku, aku keluar dulu ya" pamit Hana sambil membuka pintu.
Andi memperhatikan mereka di balik jendela.
"Malam, Pak" Hana menyapa Yoga yang sedang berdiri di depan mobil, "Mmm.. ada apa bapak kesini?"
"Tadi saya tidak sengaja lewat sini, saya teringat kamu, jadi saya mampir kesini. "
"Ingat aku?"
"Maksudnya saya ingin memastikan apa kamu sudah di Jakarta atau belum, soalnya besok kamu harus masuk kerja lagi"
"Tentu saja besok saya masuk kerja, Pak"
"Baguslah" Sepertinya Yoga ingin sekali ngomong sesuatu tapi dia menahannya, "Kalau begitu saya pamit"
"Oh, iya Pak" jawab Hana, Hana masih merasa heran dengan bosnya itu, apa karena kedisiplinannya itu sampai dia mendatangi karyawannya hanya untuk memastikan besok dia kerja apa tidak.
Saat Yoga membuka pintu mobil, dia membalikan badannya menatap Hana dengan lembut, "Apa kamu baik-baik saja?"
Hana tertegun mendengarnya, apa dia tidak salah dengar? " Aku... aku baik-baik saja, Pak"
"Mmm.. baguslah" Yoga pun masuk ke dalam mobil.
Hana masuk ke dalam rumah dengan perasaan bingung atas kedatangan bosnya itu.
"Mengapa bos kamu datang kesini, kak? Apa dia memarahimu?" Andi mendekati Hana.
" Tidak, dia hanya memastikan saja apa aku ada di Jakarta atau belum"
'Untuk apa?"
"Katanya sih dia harus tau apa aku besok kerja atau tidak soalnya pekerjaan saya sudah numpuk"
"Sepertinya itu cuma alasan dia saja"
"Maksudnya?"
"Kayaknya laki-laki itu naksir kamu, kak"
"Hah?!! " Hana tertawa "Gak mungkin lah.Mana mungkin orang seperti dia naksir aku"
"Memangnya kamu kenapa?"
"Derajat aku dan dia itu berbeda, aku sama sekali gak pernah kepikiran kesana"
"Kalau aku jadi dia, aku juga pasti akan naksir kamu. Sekretaris yang cantik hehe..." canda Andi.
"Candanya gak lucu!" Hana menjewer telinga Andi.
"Eh sakit! Sakit!"
Hana terbangun saat mencium aroma masakan yang membuat perutnya keroncongan, dia memang sangat merindukan suasana seperti ini.
"Wangi sekali, masak apa?" Hana menghampiri Andi di dapur, rambutnya masih acak-acakan.
"Capcay, kamu harus banyak makan sayur"
"Kapan kamu belanja?"
"Tadi jam 5 pagi, di lemari cuma ada mie instan saja, jangan terlalu banyak makan mie!"
"Iya, bawel"
"Mulai sekarang aku akan menjagamu, memperhatikan kesehatanmu"
Hana tertawa kecil, "Oke, oke, baiklah ayah"
Andi menunjuk lukisan di atas meja, "Itu lukisannya sudah selesai"
"Wah benarkah?" Hana kegirangan, dia segera memajang lukisan itu di kamarnya .
Mereka pun sarapan bersama.
"Kak, aku sudah memutuskan"
"Memutuskan apa?"
Mereka mengobrol sambil makan.
"Aku ingin membiayai kuliah aku sendiri"
Hana berhenti makan, tidak setuju dengan ucapan Andi "Gak bisa! "
"Aku mau kuliah sambil kerja, kak. Aku sudah melihat beberapa loker secara online di daerah sini"
"Aku sudah bilang, aku yang akan membiayai kuliah kamu, kamu cukup fokus belajar aja"
"Aku laki-laki!"
"Ya, lalu kenapa? " bentak Hana, "Bagaimana pun juga kamu adik aku!"
"Oke aku tau kamu anggap aku seorang adik, anak kecil. Tapi sekarang aku sudah besar, aku bisa mandiri"
"Salah satu tujuan aku bekerja itu untuk membiayai kuliah kamu"
"Aku sudah bilang aku ini sudah dewasa, kak. Apa kamu pernah melihat aku sebagai pria dewasa?"
Hana menghela nafas, dan menurunkan nada bicaranya "Kamu ini kenapa?"
Andi menunduk sebentar lalu merendahkan bicaranya juga, " Aku minta maaf tapi untuk kali ini tolong hargai keputusan aku."
Hana hanya diam.
Andi tersenyum, "Aku anggap kamu setuju"
"Aku gak bilang gitu"
"Pokoknya harus!" Andi berdiri, dia mencolek hidung Hana, "Aku berangkat kuliah dulu ya kakak ku yang manis"
"Dasar anak nakal!" gerutu Hana.
Dia membereskan meja makan, saat melewati kamar Andi, dia penasaran dengan lukisan itu.Dia membuka pintu kamar Andi, "Aku penasaran dengan lukisan itu" Dia sedikit merenung,lalu menutup pintu lagi, "Ah tidak, itu privasinya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Ami batam
andi perhatian kali sama Hana,tapi syg ny Hana TDK tahu perasaan ny andi 😭
2021-12-12
2