Pergi Kerja Ke Jakarta

"Enak sekali sotonya!" puji Hana sambil makan, "Hmm... sepertinya aku bakalan kangen dengan soto ini"

"Memangnya mau kemana kamu, Han?" Tanya Pak Rudi, lalu dia terbatuk-batuk, "Ohok! Ohhokk!"

Hana memberikan air minum untuk Pak Rudi, Pak Rudi memiliki penyakit paru-paru. Itu yang membuat Hana ingin segera mendapatkan pekerjaan, ingin membantu mengobati sang ayah dan membiayai kuliah Andi.

"Ng.... aku di terima kerja di Jakarta, Yah"

"Apa?!" Andi berhenti makan, "kenapa harus ke Jakarta? Kenapa gak melamar disini aja?"

"Aku juga udah melamar disini tapi belum ada panggilan juga"

Pak Rudi menengahi pembicaraan mereka "Ya udah gak apa-apa kalau kamu mau kerja ke Jakarta, tapi kamu harus selalu jaga kesehatan kamu, dan jangan telat makan!"

Hana tersenyum mendapat dukungan dari ayah nya, "Siap yah!"

Sebaliknya, Andi merasa sedih mendengar kabar itu.

Besoknya... Andi mengantar Hana ke Terminal, dia yang biasanya ceria, hari ini terlihat murung dan tak sepatah kata pun terucap dari mulutnya.

"Ingat ya kamu jaga ayah! Belajar yang benar!" pesan Hana.

"Hmm... "

Hana mengacak-acak rambut Andi "Lah kok ketus gitu sih?"

"Iya, iya... Tapi jangan macam-macam disana!"

"Siap kapten!" hormat Hana, tersenyum manis, "Lagian aku kesana cuma niat kerja, gak usah khawatir"

Hana masuk ke dalam bis dan melambaikan tangannya ke Andi, Andi membalas lambaian tangan Hana.

Sudah satu minggu Hana bekerja di Jakarta, nasibnya kurang bagus karena bosnya sangat jutek sekali, Hana sering mendapatkan omelan dari bosnya itu. Karena kepintaran dan prestasinya itu, Hana diterima sebagai sekretaris di perusahaan itu.

Yoga, itu nama bosnya. Dia seorang bos yang terkenal dengan ketampanannya, tapi sayangnya dia sangat jutek dan sombong.

".... kamu bisa kerja gak sih!"

"Maafkan saya, pak. " mohon Hana.

"Saya kasih kesempatan kamu sekali lagi, kalau kerja kamu gak benar juga, saya pecat!"

bentak Yoga.

"Ter... terimakasih, Pak. Saya janji saya akan bekerja lebih baik lagi"

"Ya udah, keluar!"

Hana pun keluar, Hana mengeluh di dalam hatinya "Sial ! Kenapa aku harus bekerja dengan bos macam dia?"

"Ada apa, Han?" tanya Bela yang memperhatikan wajah Hana terlihat kusut.

"Biasa, kena omelan lagi"

"Hehe... ya begitu lah bos kita"

Andi setiap menit mengecek Handphone nya, berharap ada kabar dari Hana, tapi sampai sekarang tak ada juga telepon dari dia.

"Sepertinya Hana sedang sibuk" kata Pak Rudi yang dari tadi memperhatika gerak-gerik Andi.

Andi merasa malu karena ketahuan oleh pak Rudi, "Iya, yah"

Ayah sedang duduk berdua dengan Andi di ruang tengah, dia menepuk pundak Andi dengan halus,

"Jika ayah sudah tidak ada, ayah berharap kamu bisa menjaga Hana"

"Ayah jangan bicara seperti itu!"

"Hana tidak pandai menjaga dan merawat dirinya sendiri, dia sering lupa makan kalau sibuk, ayah sangat khawatir"

Pembicaraan mereka terhenti karena ada telepon dari Hana, Andi segera mengakat panggilan itu.

"Hallo, kak"

"Bagaimana kabarmu dan ayah?"

Andi memberikan Handphone nya ke Pak Rudi.

"Hallo, Hana"

Hana menahan tangisnya, dia sangat merindukan mereka, "Ayahhh..."

"Ayah dan Andi baik-baik saja, jadi kamu yang tenang disana"

"Syukurlah kalau begitu. Hana sangat merindukan kalian, Hana minta maaf karena baru bisa ngasih kabar, soalnya pekerjaan Hana banyak sekali. "

"Gak apa-apa, Han. Yang penting kamu baik-baik saja disana"

Pak Rudi mengembalikan Handphone nya ke Andi karena tau mereka pasti ingin berbagi cerita, "Ayah mau merapikan peralatan lukisan dulu" pamit Pak Rudi.

Benar saja, Hana banyak berbagi cerita dari awal dia masuk kerja sampai minggu ini, termasuk tentang bosnya yang super galak.

"Jadi penasaran sama bos kamu, kak. Kalau aku bertemu sama dia, aku hajar!"

"Gak gitu juga kali, yang ada kamu di tangkap polisi"

"Tapi kamu baik-baik aja kan, kak?"

"Tentu saja, setelah cerita semuanya sama kamu, jadi plong rasanya"

"Baguslah"

"Tapi jangan kasih tau ayah!"

"Siap nyonya"

"Jagain ayah, awas jangan sibuk pacaran. Kalau sampai aku tau kamu punya pacar, aku jitak yah!"

"Tenang aja , aku disini selalu jaga ayah. Tiap pulang dari sekolah, aku gak kemana-mana, langsung pulang"

"Bagus sekali, memang adik ku ini nomor satu"

"Awas juga kalau sampai aku tau kamu bawa masuk laki-laki ke kostan, aku hajar laki-lakinya"

"Hhhhh..."

"Cari pacar yang bener, jangan asal punya pacar aja cuma gara-gara penasaran dengan pacaran"

"Disini itu aku kakak kamu, lah ko jadi yang nasehatin aku?"

"Tapi faktanya sikapku lebih dewasa dari kamu"

"Ngarang aja!"

"Tanya kan aja pada ayah!"

"Awas ya kalau ketemu kamu, aku jitak kamu seratus kali"

Yoga memeriksa hasil dari pekerjaan Hana, dan itu membuat Hana gugup, takut kena omel lagi.

"Oke, bagus. Di tingkatkan lagi kerjanya!"

Hana merasa lega "Terimakasih banyak, Pak"

"Oke"

Hana pun keluar dengan perasaan senang.Dari tadi dia merasa cemas, takut kena semprot lagi.

"Gimana hasilnya?" tanya Bela, penasaran.

"Oke katanya" Hana sungguh sangat merasa lega, dia merasa sudah lolos keluar dari kandang singa.

"Hmm enak kamu, aku dari tadi kena omelannya"

"Rupanya keberuntungan lagi berpihak kepadaku" Hana tersenyum lebar.

"Hhh... terus aku gimana?"

"Kurang beruntung berarti hehe.. "

"Dasar!" Bela tau Hana lagi bercanda, "Aku lapar nih, makan siang yuk"

Mereka pun makan siang bersama.

Hana sibuk makan, sementara Bela malah sibuk telepon-teleponan dengan cowok, setelah selesai bertelepon, dia menyusul makan.

"Hmmm... pasti enak ya punya pacar, ada yang memperhatikan, ada yang menghibur"

"Emang kamu belum pernah pacaran? Padahal kamu cantik lho"

"Belum pernah sama sekali"

"Sebenarnya pacaran itu ada enak dan tidak enaknya, makanya aku kalau udah gak nyaman ya udah minta putus aja"

"Emang kamu gak kasihan gitu sama mantan kamu?"

"Kasian sih ya kasian, tapi pacaran itu buat happy-happy lah Han. Kalau gak happy buat apa di paksakan"

"Ya ampun...Dasar playgirl!"

"Hehe... yang penting kalau udah nikah aku setia"

"Kamu punya berapa mantan, Bel?"

"Mmm..." Bela berpikir sejenak "Kayaknya sih sebelah, eh tunggu, dua belas deh kayaknya... oh bukan.. bukan, tapi empat belas, Han"

"Ya ampun empat belas? Pemain bola aja cuma sebelas, Bel"

"Bukan empat belas deh, tapi kayaknya enam belas Han"

"Hah, sebanyak itu, Bel?"

"Tapi aku bosan, Han. Aku juga mau sih fokus pacaran sama satu orang sampai menikah"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!