Hari ini ada meeting di kota Bogor.Setelah selesai meeting dengan klien, Yoga dan Hana memutuskan untuk segera pulang karena sudah sore.
Sayangnya di tengah jalan, mobilnya mogok. Yoga berusaha memperbaiki mesin mobilnya sampai tangannya tergores sedikit. "Hhh.. sial" gerutu Yoga.
"Apa lebih baik kita telepon bengkel saja pak?" saran Hana.
Akhirnya para mekanik pun datang dan segera memperbaiki mesin mobil.
"Apa disekitar sini ada restoran atau cafe?" tanya Yoga, merasa lapar.
"Kayaknya jauh pak dari sini, paling juga ada warteg"
Mendengar kata warteg aja membuat Yoga menghela nafas, dia belum pernah makan di warteg, apalagi dia takut tidak higienis.
"Rasa makanan di warteg juga gak kalah enak nya pak dengan restoran" Hana memberanikan diri untuk bicara.
"Sok tau kamu" ketus Yoga.
"Saya sering makan di warteg pak, di coba aja dulu pak, kalau misalkan gak sesuai selera bapak, kita bisa cari tempat lain" saran Hana.
Yoga pun mengikuti saran Hana. Yoga memandangi makanan di hadapannya, dia memesan ayam goreng, cumi asam manis dan capcay. Tapi masih ragu untuk memakannya.
Hana habis dari warung membeli betadine dan plester "Mana tangan bapak yang terluka?"
"Tidak apa-apa..."
Hana meraih tangan Yoga yang terluka, lalu mengobatinya dengan lembut.
Yoga memandangi Hana yang sedang mengobatinya, dia baru menyadari ternyata sekretaris nya itu sangat cantik.
"Sudah selesai" kata Hana, tersenyum.
Yoga segera mengalihkan pandangan "Oh.. mm... terimakasih"
"Sama-sama, pak" Hana melihat makanan di hadapannya "Mari makan, Pak" Hana makan dengan lahap.
Yoga mencoba mencicipi capcay sedikit.
" Bagaimana, Pak?"
"Mm... lumayan" jawab Yoga, padahal masakannya memang terasa enak makanya Yoga makan sampai habis. Hana hanya tersenyum-senyum melihatnya, itu artinya saran dia untuk makan di warteg tidak mengecewakannya.
Mobil Yoga sudah selesai diperbaiki. Yoga dan Hana pun langsung tancap gas untuk pulang. Mereka hanya terdiam tanpa seribu bahasa, karena bingung harus berbicara apa selain dari pekerjaan.
Yoga mengantarkan Hana sampai depan kontrakan.
"Terimakasih, pak. " Hana sedikit menunduk, lalu keluar dari mobil Yoga.
"Ok.." jawab Yoga, singkat. Lalu menjalankan kembali mobilnya.
Hana yang sudah sampai rumah langsung merebahkan tubuhnya di kamar, "Hadehhh capek sekali. "
Hana mencas Handphonenya yang lowbet, lalu mengaktifkan kembali Handphone. Ternyata ada 12 panggilan tak terjawab dari Andi.
Hana pun langsung menelpon Andi, tapi tidak ada respon. Dia mengulangi panggilannya berkali-kali, tapi belum ada jawaban juga.
"Kenapa gak diangkat juga? Bikin khawatir aja!" Hana menyimpan Handphone nya lagi.
Lalu Handphone Hana pun berdering kembali, dia bergegas mengangkatnya "Ada apa, Di? Kok..."
"Kak, Ayah Kak" potong Andi, dari suaranya terdengar Andi habis menangis.
"Ada apa dengan ayah? '
".... "
"jawab, Andi!"
"Ayah sedang dirawat di rumah sakit ka. Ayah muntah darah dan tak sadarkan diri"
Pikiran Hana langsung kacau, dia memutuskan untuk pergi ke Bandung menit itu juga, dia tidak peduli walaupun sudah larut malam.
Berbeda dengan suasana hati Yoga. Yoga merasa aneh dengan pikirannya, dia dari tadi tidak berhenti memikirkan Hana, saat Hana tersenyum padanya, saat Hana mengobati lukanya.
"Kenapa aku jadi mikirin wanita itu?"
Lalu dia memihat plester yang menempel di tangannya "Kenapa plester ini jadi terlihat lucu?"
Hana sampai dirumah sakit, dia menghampiri Andi yang sedang duduk menunduk, menutup mukanya.
"Andi" panggilnya.
Andi tidak menyahut.
Hana mengguncang tubuh Andi "Bagaimana kondisi ayah sekarang?"
Tidak ada jawaban.
"Andi, tolong jawab!" Hana menangis. Dia memukul-mukul pundak Andi.
Andi langsung memeluknya, dia juga ikut menangis.
"Ayah.. ayah, ayah meninggal, kak"
"Gak, gak mungkin... gak mungkin" Hana menangis sejadi-jadinya , "Dia melepas pelukan" Kamu pasti bohong, iya kan?"
Andi tidak menjawab, menatap kakaknya sambil menangis.
Hana memukul-mukul dada Andi "Gak, aku gak percaya. Kamu sering bohong, pasti kamu bohong, kab?" Hana menangis menyembunyikan wajahnya ke bahu Andi.
Besoknya....
Banyak sekali yang melayad ke pemakaman pak Rudi. Karena hujan deras, Orang-orang yang melayad tak bisa lama disana, kini tinggal hanya ada Hana dan Andi.
"Ayahhh Hu hu hhhu..." Hana tak bisa berhenti menangis dan memeluk batu nisan.
Kali ini Andi yang berusaha tegar, karena tau kakaknya sedang terpuruk.
Andi memasak nasi goreng buat Hana "Kamu belum makan dari semalam, ayo makan kak!"
"Gak lapar!"
Hana memilih bersembunyi di balik selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, dia terus saja menangis.
"Kalau kakak gak makan, nanti kakak sakit"
Hana masih terus menangis.
Di Jakarta, Yoga terus menatap Handphone nya, dia membaca pesan dari Hana berulang-ulang .
"Selamat pagi Pak, saya minta maaf hari ini tidak bisa masuk kerja karena ada keperluan yang mendesak"
"Ada keperluan apa dia?"
Kini sudah 3 hari Hana tidak masuk kerja, Yoga semakin khawatir, dia terpaksa menelpon Hana.
"Hallo... "
"Mengapa kamu belum masuk kerja?"
"Bukannya waktu itu saya sudah chat bapak?"
"Ya, saya tau. Tapi ini kamu sudah 3 hari gak masuk kerja, saya sangat... mmm.. sangat... maksudnya saya harus tau kamu ada keperluan apa?"
"Ayah saya meninggal, Pak"
Yoga kaget mendengarnya "Aku.. aku minta maaf, seharusnya kamu cerita"
"Tidak apa-apa, Pak. Saya usahakan besok saya masuk kerja, Pak"
"Nggak perlu, kamu boleh izin satu hari lagi"
Setelah menutup telepon, Yoga berbicara di dalam hatinya "Apa aku harus melayat? " dia berjalan mondar-mandir ,lalu di berhenti melangkah dan menggeleng " Ah tidak, sepertinya itu agak berlebihan"
Dengan bujukan Andi, akhirnya Hana bisa makan walaupun hanya beberapa suap. Tapi Hana lebih memilih menyendiri, Andi hanya memperhatikannya saja, membiarkan sang kakak menenangkan kan diri.
Hana pergi ke tempat ayahnya melukis, ternyata disana ada lukisan yang belum selesai, dan Hana tau ternyata ayah melukis wajah Hana.
"Ternyata ayah sangat merindukan aku" Tangisan Hana pecah lagi.
Andi yang dari tadi memperhatikan Hana, mendekatinya dan menepuk-nepuk pundak Hana dengan lembut, "Ayah memang selalu merindukanmu"
"Seharusnya aku tidak bekerja di Jakarta, seharusnya aku disini bersama ayah"
"Ayah akan semakin tidak tenang dan sedih kalau kamu tidak bekerja disana gara-gara ayah. Saat melihat kamu bahagia diterima kerja, ayah jauh lebih bahagia dari pada kamu, kak"
Hana tertegun dengan ucapan Andi, "Lalu bagaimana denganmu?"
"Maksudnya?"
"Kamu sudah lulus sekolah, lalu apa rencanamu?"
"Aku akan bekerja disini dan mengembangkan bakat aku juga buat melukis"
"Tidak, kau ikut aku ke Jakarta"
"Aku tidak ingin menyusahkanmu"
Hana menjitak kepala Andi "Bicara apa kau ini? Aku ini kakakmu, aku lebih khawatir kalau kamu tinggal sendirian"
"Aku sudah besar"
"Karena kamu sudah besar, makanya aku lebih khawatir, bagaimana kalau kamu merasa bebas dan membawa cewek ke rumah?"
Andi tidak percaya dengan apa yang di ucapkan kakaknya "Kenapa pikiran kamu jadi kotor begitu?"
"Intinya kau ikut aku, titik!"
Andi jadi teringat pesan ayah yang harus selalu menjaga Hana, karena itu Andi setuju ikut Hana ke Jakarta, dan juga memang ingin selalu ada di dekat Hana. Dia akan kuliah disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Yukity
Mampir di sini👍🏼😍
2021-12-29
2