Lora terbangun dari pingsannya dan melihat sekelilingnya yang hanya diterangi oleh sebuah lampu kecil.
"dimana ini?" ucapnya lemah.
tiba-tiba serangkaian kejadian tadi pagi berputar kembali di otaknya. Tapi yang perlu diketahui, ia tidak mengingat kejadian beberapa waktu lalu.
Tidak ada yang tau tentang penyakit mentalnya itu, bahkan ayah serta bibiknya tidak tau.
Lora melihat ponselnya yang terletak di lantai lalu ia mengambilnya. Lora menghidupkan ponselnya dan melihat ternyata sudah pukul 7 malam.
Kini rasa lapar juga sudah datang menghampirinya, Ia hanya makan sedikit pagi tadi waktu di desa.
tapi rasa lapar itu tidak menjadi masalah buat Lora, sudah berulang kali ia merasakan hal seperti ini, tapi yang lebih menjadi masalah saat ini adalah ia ingin ke toilet.
Lora kembali berdiri dan melihat sekitarannya, di sebelah kirinya juga terdapat sebuah pintu lagi.
Dengan penuh rasa penasaran Lora membuka pintu itu, ternyata itu adalah toilet.
"syukurlah, ada wc"
Dengan tidak sabaran Lora masuk kedalam dan membuang segala yang ditahannya tadi.
Setelah selesai, Lora kembali kedalam kamar, melihat lagi pintu itu dan berjalan kearahnya membuka sekali lagi tapi sama saja pintu masih terkunci dari luar.
Lora kembali ke tikar, disana ia duduk menyandar pada tembok, merenung lagi kisah hidupnya yang kelam ini. Sekarang tidak ada lagi harapan pada Sean, karena Sean bukanlah orang miskin seperti dirinya dan maksud Sean menikahinya juga bukan karena sebuah cinta.
Entah apa kesalahannya pada pria itu atau keluarganya sehingga ia bisa diperlakukan layaknya binatang seperti ini.
Tiba-tiba Ia merasakan sakit pada kepalanya, tapi ia tidak tau apa yang terjadi sedangkan disana juga tidak ada cermin atau apapun itu untuk ia bisa mengaca.
Lora membaringkan tubuhnya dan menjadikan tas sebagai bantal karena tidak ada satupun bantal disana.
Setelah menunggu lama, akhirnya Lora tertidur dengan sendirinya hingga hari esok menyambut.
Pada keesokan harinya Lora terbangun karena merasakan kakinya yang sakit dan sebuah teriakan.
"hei bangun kamu! enak saja, masih baru juga mau tidur nyenyak terus" Lora membuka matanya dan bangun saat melihat seorang wanita yang mungkin usianya sekitar tiga puluhan tahun dengan memakai seragam pelayan sambil kakinya terus menendang-nendangnya.
"sakit mbak," ucap Lora.
"sakit sakit! kamu itu pelayan baru jadi jangan malas-malasan, ayo bangun dan ganti pakaian kamu!"
Lora jelas bingung dengan yang dikatakan oleh wanita itu, kenapa ia disebut sebagai pelayan. "kenapa bengong?! ayo bangun, itu pakaian kamu! saya tunggu lima belasnmenit kalau belum selesai akan saya adukan pada Tuan" ucapnya sambil melemparkan sepasang seragam pelayan yang berwarna putih dengan renda hitam lalu ia keluar dengan membanting kuat pintu hingga membuat Lora terkejut.
Tanpa menunggu lama lagi, Lora segera membuka tasnya dan mengambil sikat giginya, odol serta sabun batang dan beberapa keperluan lainnya yang ia bawa dari desa.
Ia masuk kedalam kamar mandi tak lama kemudian ia sudah siap dengan seragam pelayannya. Lora keluar dari kamar itu, disana terlihat wanita tadi yang sedang menunggu didepan pintu.
"cepatan, jangan biarkan pekerjaan tertunda hanya karena keterlambatan kamu!"
Lora menunduk, wanita itu berjalan mendahuluinya diikuti olehnya dari belakang hingga tibalah mereka dibangunan disebelahnya. terlihat banyak sekali orang-orang yang berkumpul disana terdiri dari berpuluh-puluh pelayan yang terdiri dari pria dan wanita serta ada juga enam Security, tiga orang tukang kebun, dan lima orang supir yang sudah berbaris rapi disana.
Biasanya setiap pagi seperti ini mereka akan mengadakan perkumpulan dulu agar memberitahukan apa menu atau yang dilakukan oleh tuan nyonya mereka hari ini, atau perkenalan anggota baru mereka.
"baik selamat pagi semuanya, kita kedatangan anggota baru. Tapi kata Tuan muda, dia akan bekerja sebagai asisten kita semua, terserah apa saja yang mau kita lakukan bisa kita suruh ke dia" ucap Wanita tadi membuat tubuh Lora lemas seketika. Siapa kira-kira yang mereka panggil tuan muda itu.
Semuanya dengan serempak mengangguk, wanita ini adalah kepala dari para pekerja dirumah ini.
Sikapnya begitu tegas membuat ia dipercayakan dapat membimbing anggota yang lainnya.
"nggak, nggak bisa, aku bukan pelayan!" ucap Lora.
"mau tidak mau harus tetap mau, ini sudah perintah dari Tuan muda!" ucap wanita itu tegas.
"nggak bisa! aku bukan pelayan! dan ini dimana kenapa aku dibawa kesini"
"menurut atau hukuman bertambah!" sebuah suara dari belakang membuat Lora menoleh, sedangkan para pekerja yang lainnya membungkukkan sedikit tubuh mereka tanda memberi hormat.
Terlihatlah pria yang kemarin datang berserta seorang bodyguardnya
Lora menggeleng. "aku nggak mau, aku bukan pelayan! kenapa kalian berbuat seperti ini?!" teriak Lora.
"terima atau hukuman akan bertambah" ucap Pria itu.
Kembali lagi Lora menggeleng. "kalian memang tidak punya hati! hanya karena saya orang miskin kalian bisa berbuat sesuka hati seperti ini?!"
plaakkk
Ia ditampar oleh pria itu. "jaga ucapan kamu! tidak tau kamu sedang berhadapan dengan siapa? bahkan kalau saya mau hari ini juga akan saya lenyapkan kamu!"
"silahkan! aku nggak takut, lebih baik mati daripada hidup penuh siksaan seperti ini! aku bukan benda yang nggak bisa merasakan sakit! aku juga manusia, bisa merasakan sakit!" ucap Lora dengan air mata yang terus mengalir.
"seret dia, dan semuanya bubar" ucap Pria itu lalu sang bodyguard langsung menyeret Lora mengikuti langkah pria setengah baya itu.
Mereka kembali membawa Lora kedalam gedung lama itu. Bodyguard itu mendorong Lora kelantai hingga gadis itu tersungkur. Belum sempat ia bangun ia merasakan sakit yang luar biasa pada punggungnya.
"akhh sakitt" teriaknya.
Lora menoleh melihat apa yang membuat punggungnya begitu sakit seperti ini.
Terlihatlah pria setengah baya itu memegang sebuah cambukan ditangan kanannya.
Lora menggeleng lalu meringkuk kebelakang tapi
ctarrtrt
"akhh sakitttt" teriaknya.
cetaaaar
ctaaarr
"akhhhh to-lo-ng, sa-kittt" Baru empat cambukan tapi Lora sudah tidak tahan.
ctaaaarr
ctaaarr
"akhhhh, sa-kitt"
ctaaaarr
ctaaaarr
"bi-ar-kan a-ku ma-ti sa-jaa" ucap Lora dengan menahan sakit yang luar biasa pada punggungnya.
Pria itu menjongkok didepan Lora lalu menjambak kuat rambut gadis itu membuat Lora kembali mengaduh kesakitan. "akhhh, le-pa-sin, sa-kitt"
"tidak semudah itu, ini baru awal" ucapnya dengan sadisnya.
"penderitaanmu adalah kebahagiaan keluarga kami!"
"a-pa salah-ku.." ucap Lora menahan sakit pada punggung serta rambutnya yang masih dijambak.
"kamu tidak perlu bertanya lagi!!! semua salahmu sudah kamu ketahui!" bentaknya marah lalu melepaskan kasar jambakannya hingga membuat Lora tersungkur lagi tapi dengan perlahan ia bangun karena punggungnya begitu sakit.
Ia melihat lantai putih yang tadi terkena punggungnya ada noda darah, separah itukah?
"berikan pisau"
entah darimana bodyguard itu mendapatkan pisau, tapi langsung diserahkannya pada pria itu.
Lora menggeleng. "jangan, jangan lagi," ucapnya sambil menangis.
"jangan takut, saya akan membuat tanda pengenal saja," ucapnya dengan senyum yang begitu mengerikan.
"jang- akhhh sak-itt" teriaknya saat pisau itu sudah ditorehkan pada tangannya tapi tidak di pergelangannya.
"akhhh sak-itt" teriakan itu selalu keluar seiringan dengan irisan pisau itu ditangannya hingga tak lama kemudian ia tak sadarkan diri dengan tubuh yang berlumuran darah.
Tak peduli dengan kondisi Lora, pria yang tak lain adalah ayahnya Sean itu langsung pergi begitu juga dengan sang bodyguard yang tak lain adalah John.
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
aminah10
sedihh😢😭
2021-12-28
0
CLianta Monii
sedih banget .. 🥺
2021-12-28
0
Anis Sulis
entahlah ujung2 nya baca penderitaan mc cewek nya kok pinisirin ....ada apa dengan masa lalu....
2021-12-24
0