"Mau bareng makan siang nggak, Bang?" tanya Widuri saat waktu istirahat kurang dua menit.
"Boleh. Mau keluar nyari makan apa?" tanya Satrio sambil memeriksa dompet di saku celananya. Masih ada.
"Kamu pengen makan apa? Aku sih apa aja masuk." jawab Widuri sambil memakai cardigannya.
Satrio bingung pengen makan apa. Lagian dia takut nanti apa yang pengen dia makan lokasi warungnya jauh atau nggak ada di dekat sini.
"Yang legend dimakan anak sini apa?" tanya Satrio akhirnya.
Senyum Widuri langsung berkembang.
"Doyan lotek nggak?" tanya Widuri semangat.
Satrio mengernyitkan keningnya.
Makanan apa lagi itu? Kayaknya pernah denger.
"Lotek itu sayuran kayak bayam, sawi, kacang panjang, kecambah yang direbus, plus kubis mentah diiris ditambah irisan bakwan, dikasih ulekan bumbu kacang, di campur- campur, dikasih toping kerupuk kecil- kecil." terang Widuri saat dilihatnya wajah bingung Satrio.
Tangan gadis itu bahkan memperagakan cara menjumput sayuran, mengulek, dan mencampur sayuran dengan bumbu kacang.
"Oooh itu....Aku tahu. Doyan aku." kata Satrio kemudian saat dia ingat makanan sejenis gado- gado tapi beda isian itu.
"Let's go....!" ajak Widuri kemudian segera melesat meninggalkan Satrio yang bergegas menyusulnya menuruni tangga.
"Sat!" Satrio menoleh saat merasa namanya di panggil.
Dan dia tertawa tak percaya saat dilihatnya Lukas tertawa ke arahnya.
"Kamu kerja disini?" tanya Satrio girang dengan tatapan tak percaya.
"Iya! Puji Tuhan, ketemu kamu lagi secepat ini." kata Lukas dengan gembira.
"Woiiii.....kenalannya sambil makan aja yuk!" teriak Widuri sambil bertepuk tangan minta perhatian dua cowok itu.
"Mau makan sama dia?" tanya Lukas.
"Iya. Ikut yuk!" ajak Satrio.
"Woke! Lagian aku kan bendaharamu." kata Lukas sambil tertawa mengiringi langkah Satrio yang bergegas menyusul Widuri ke parkiran.
"Mau bonceng siapa kamu, Wid?" tanya Lukas setelah sampai di parkiran
"Motoran sendiri aja." jawab Widuri santai.
"Ya udah. Kita boncengan aja ya, Sat?" tawar Lukas yang mendapat anggukan Satrio.
"Pakai motorku apa motormu?" tanya Lukas.
"Motormu aja. Aku nggak bawa kunci ternyata." jawab Satrio sambil. terkekeh.
"Tadi mau boncengan sama Widuri ya?" goda Lukas.
"Iya lah. Masak cuma berdua motoran sendiri- sendiri." jawab Satrio sambil membonceng ke motor matic putih milik Lukas.
Widuri sendiri sudah bablas duluan dengan matic hitamnya setelah pamit pada mereka berdua.
"Waaah, sudah disiapin es jeruk cuit sama mbak Wid." kelakar Lukas saat mereka sampai di warung lotek dan sudah ada tiga es jeruk manis di meja tempat Widuri menunggu.
"Loteknya aku peseninnya pedesnya sedang. Kalian mau tambah nggak pedesnya?" tanya Widuri.
"Nggak usah." jawab Satrio dan Lukas barengan.
"Bisa barengan gitu." kata Widuri sambil tertawa heran.
"Kamu di bagian apa kerjanya?" tanya Satrio pada Lukas yang sedang meraih gorengan.
"Aku drawer. Kamu di PPIC ?" tanya balik Lukas yang mendapat anggukan Satrio.
"Kamu dewa pensil?" tanya Satrio sambil menahan tawa dengan julukan itu.
"Yes. That's me." kata Lukas kemudian ikut tertawa setelah memutar bola matanya.
"Kok kamu tahu kalau aku di PPIC?" tanya Satrio penasaran.
"Ya kali baru kerja setengah hari kamu udah kenalan sama cewek divisi lain...." seloroh Lukas sambil tersenyum meledek.
"Iya juga sih." kata Satrio dengan lugunya.
"Kalian udah kenal sebelumnya?" tanya Widuri penasaran dengan keakraban dua abang- abang di depannya itu.
"Udah, kenalan kemarin. Dia jadi penumpangku dari bandara." jawab Lukas yang membuat Widuri menatap takjub pada Satrio.
"Kamu kesini naik pesawat, Bang? Kamu orang mana sih?" tanya Widuri keheranan dan penasaran.
Lukas meringis mendengar Widuri memanggil Satrio dengan panggilan Bang.
"Jakarta." jawab Satrio dengan keheranan di dalam hatinya melihat reaksi Widuri yang seperti surprise gitu.
Apa hebatnya orang naik pesawat?
"Kayaknya anak orang kaya nih." kata Widuri sambil menatap Satrio menyelidik.
Tangannya mengelus- elus dagunya sendiri.
"Rumahnya keren." kata Lukas sambil mengacungkan jempolnya.
"Katanya orang Jakarta. Kok kamu tahu rumahnya, Mas?" tanya Widuri bingung.
"Rumahnya yang disini....Keren!" kata Lukas lagi.
"Bukan rumahku!" kata Satrio mengingatkan.
"Oiya....rumahnya saudaranya yang dia tempatin. Keren!" kata Lukas mengulang lagi kata keren, membuat Satrio menggeleng- gelengkan kepalanya geli.
"Dari keluarga kaya nih pasti. Bisa kita kompasin kalau pas tanggal tua, Mas." kata Widuri sambil tertawa- tawa menatap Lukas dengan lirikan Dewi Palak.
"Aku nggak kaya. Kalau aku kaya, mending rebahan di rumah." kata Satrio sambil tersenyum malu.
"Tapi semua yang nempel di tubuhmu itu barang branded semua, Bang. Kamu nggak bisa nipu aku." kata Widuri dengan tatapan menyelidik.
"Ini aku tinggal pakai yang ada di rumah saudaraku." dusta Satrio.
"Aku juga mau kalau dapat barang bekas branded semua kayak gini." kata Lukas dengan tatapan pengen.
"Apa yang kamu pakai sekarang ini gaji kita sebulan nggak cukup buat belinya." kata Widuri.
Satrio tercekat. Tapi yang muncul di wajahnya adalah senyum malu.
"Kalian kalau beli baju dimana?" tanya Satrio mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Ya di toko baju lah." jawab Widuri sambil menerima uluran tiga piring lotek dari pelayan lalu mengulurkannya pada Satrio dan Lukas, baru untuk dirinya sendiri.
"Besok kalau gajian pertama, anterin aku beli baju ya, Kas." pinta Satrio sebelum memulai menyuap loteknya.
"Kerja belum genap sehari, udah mikir mau beli baju baru." kata Widuri kemudian tertawa.
"Namanya juga cita- cita." kata Satrio dengan wajah tersenyum malu.
Begini ya rasanya nyari uang? Hidup jadi punya gairah lain, jadi punya harapan lain. Punya sesuatu yang dituju. Walaupun baru sebatas beli baju baru, kelak saat dia gajian pertama.
"Beneran kamu menguasai empat bahasa asing?" tanya Lukas takjub.
Widuri bahkan sampai tersedak saat melihat anggukan santai Satrio.
"Bahasa apa aja?" tanya Widuri dengan nada penasaran.
"Bahasa Indonesia, bahasa Betawi, bahasa Jawa, bahasa kalbu." jawab Satrio yang mendapat cibiran mautnya Widuri.
"Kamu tahu nggak artinya BA HA SA A SING?" tanya Widuri sewot. Khas cewek kalau lagi emongsi, hahaha.....
Lukas dan Satrio hanya cengengesan nggak jelas.
"Nyebelin!" sungut Widuri kemudian memasukkan sendok loteknya ke mulutnya sendiri dengan emosi.
"Hati- hati, nanti sendoknya ketelen." ledek Satrio dengan wajah datar.
Lukas tertawa melihat Widuri yang mendelik keki.
Jadilah makan siang itu jadi neraka bagi Widuri karena selalu jadi bahan ledekan dua abang- abang berwajah mempesona dengan tipe berbeda itu.
"Kas, bayar sana." kata Satrio dengan gaya bossy nya begitu dilihatnya Widuri selesai makan.
Mereka berdua sih sudah selesai dari tadi.
"Siap, Den bagus." jawab Lukas kemudian berlalu menuju tempat mbak kasir duduk manis di singgasananya.
"Aku dibayarin nggak, Bang?" tanya Widuri sambil nyengir kuda.
"Ya iyalah. Masak cewek sebiji doang nggak dibayarin sekalian." kata Satrio sambil tertawa.
Pertanyaan yang dilontarkan Widuri barusan - bahkan terlihat dengan agak malu- bagi Satrio adalah sebuah pertanyaan yang aneh sebenarnya.
Bukannya harus ya, kalau cowok jalan atau makan sama cewek, memang cowok yang bayarin kan?
Ngapain Widuri pakai nanya dibayarin nggak?
Atau ada aturan tak tertulis di lingkungan pekerja untuk acara pembayaran saat makan siang bareng gini?
Ada baiknya dia banyak ngobrol sama Lukas nanti untuk tau lebih banyak soal dunia pekerja.
Satrio lagi- lagi tertawa senang dalam hati.
Dunia barunya terasa sangat ringan dan menyenangkan.
"Kok yang bayarin kita mas Lukas, Bang?" tanya Widuri kepo.
"Anggap aja ini welcome party. Jadi dia yang traktir." kata Satrio sambil tertawa melihat kekagetan di wajah Widuri.
"Kamu ngompas Mas Lukas, Bang?!" tanya Widuri resah.
"Kenapa?" tanya Satrio keheranan. Kayaknya Widuri nggak enak banget kalau dibayarin Lukas.
"Kasihan, Bang. Iiiiih, kamu tuh ngawur aja main kompas!" sungut Widuri dengan wajah jengkel.
"Kasihan kenapa?" tanya Satrio kepo.
Widuri tak menyahut, tapi malah mengkode kalau Lukas mendekat ke arah mereka.
"Sudah lunas, Boss. Let's go now?" tanya Lukas masih berdiri.
"Yuk! Aku belum sholat." ajak Widuri sambil bergegas berdiri lalu berjalan duluan tanpa memperdulikan dua cowok yang sedari tadi bersamanya.
"Kenapa kita malah kayak bodyguard dia ya?" gumam Satrio dan mendapatkan senyuman manis dari Lukas.
"Jangan salah, bisa- bisa kamu yang dijagain sama dia." kata Lukas sambil melambaikan tangan, membalas klakson Widuri yang sudah ngacir duluan.
Satrio keheranan dengan tingkah ajaib cewek teman barunya itu.
Udah tadi berangkatnya nyari makan duluan, ini balik juga nggak ada sabar- sabarnya main ngibrit aja ninggal mereka berdua.
"Kok bisa gitu?" tanya Satrio nggak ngerti maksud ucapan Lukas.
"Jago karate dia. Atlet malah." kata Lukas dengan wajah yang sangat terlihat menunjukkan rasa bangga dan memuja.
"Kamu naksir dia ya?" tembak Satrio to the point.
"Hehehehe.....iya." jawab Lukas sambil mengelus bagian belakang kepalanya.
"Enerjik banget jadi cewek." kata Satrio sambil membonceng Lukas yang sudah memutar arah motornya.
"Jangan naksir lho kamu!" gertak Lukas.
"Orang naksir kok dilarang. Naksir itu hak asasi. Yang nggak boleh itu nikung." jawab Satrio sambil cengengesan.
Lukas tak menyahut. Dia diam saja sampai motor memasuki area parkiran.
"Kamu ngambek?" tanya Satrio mengekor Lukas yang langsung meninggalkan parkiran.
"Enggak. Cuma sedih aja. Aku naksir setengah mati tapi nggak bakalan bisa memiliki. Masih harus ngeliat pujaan hatiku digebet temenku sendiri. Bayangin kalau kamu yang harus jadi aku." kata Lukas mendramatisir.
"Yaelah! Aku nggak suka jenis cewek model kayak gitu. Berasa main sama adikku. Tomboy gitu " kata Satrio membuat senyum Lukas merekah.
"Jangan sesumbar gitu. Ntar naksir beneran, tahu rasa kamu " kata Lukas sambil terkekeh.
"Kalau sampai naksir ya tinggal ku tembak. Jadian. Pacarin. Kalau OK, tinggal dilamar. Kunikahin....enak- enak deh." seloroh Satrio yang membuat Lukas meringis keki.
"Aku berdoa semoga kamu nggak berjodoh sama dia, Sat." kata Lukas kembali tersenyum- senyum.
"Kenapa?" tanya Satrio penasaran.
"Bisa kamu bayangkan gimana reaksi orang- orang kalau dia manggil kamu, suaminya, Bang Sat." kata Lukas kemudian terbahak- bahak.
"Bang sat lu jadi teman." umpat Satrio sambil meninju lengan Lukas kesal.
......🧚🧚🧚 b e r s a m b u n g 🧚🧚🧚......
Hayoooooh, jangan ikut- ikutan manggil Satrio Bang ya.....😀😀😀😀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Sri Astuti
hehehe.. suka deh gaya nulis nya..
ringan tapi segar dan bnyk hal positif..pertemanan yg baik antara sesama karyawan dan jg sikap atasan yg luwes
2023-01-01
1
Yayoek Rahayu
ha..ha...ha ..bisa juga lukas mengibur diri
2022-05-08
1
Ersa
oh ini cewek yg kata Lukas beda arah, dia masjid aku gereja..
2022-03-21
1