Hari Pertama

Satrio memarkirkan motornya di samping pos satpam setelah dia tadi turun dan bertanya pada satpam yang berdiri di samping gerbang yang terbuka sebelah.

Nampak banyak motor yang melewati gerbang untuk memasuki kawasan pabrik.

"Mas Satrio ya?" tanya satpam yang kini menghampirinya.

"Iya, Pak." jawab Satrio sopan. Hatinya deg- degan nggak karuan sejak menghentikan motornya di depan gerbang tadi.

Sumpah, dia merasakan damage yang sama seperti dia mau masuk kelas di hari pertama dia masuk TK dulu.

"Parkirnya sekalian di belakang sana aja, Mas. Campur sama motor karyawan lainnya. Trus nanti sampeyan ( kamu) dari parkiran balik kesininya jalan kaki. Kantornya ada disana." kata satpam itu sambil menunjuk sebuah gerbang di arah kanan agak ke depan dari mereka berdiri saat ini.

Satrio mengangguk mengerti.

"Kantornya yang kanan ya, Mas. Kalau ke kiri ke ruangannya boss besar." imbuh satpam itu yang dibalas anggukan lagi dari Satrio yang kembali menaiki motornya untuk menuju ke parkiran.

"Makasih nggih, Pak." kata Satrio sopan sebelum berlalu.

"Yok!" balas satpam itu sambil tersenyum ringan dan mengangkat sebelah tangannya.

Satrio mengikuti beberapa motor di depannya yang dia yakini akan menuju parkiran juga.

Dia tidak menyangka pabrik ini ternyata lumayan besar dengan memanjang ke belakang.

Area parkir sendiri ada di bagian paling belakang pabrik.

Dan dia cukup surprise dengan banyaknya motor yang terparkir.

Pasti lebih dari tiga ratus motor.

"Karyawan baru, Mas?" tanya seorang lelaki yang baru saja melepas helmnya yang motornya bersebelahan dengan motor Satrio.

"Iya, Mas." jawab Satrio sopan.

"Bagian apa?" tanya lelaki itu. Kali ini dengan tatapan memindai ke penampilan Satrio.

"Belum tahu, Mas. Ini nanti baru mau ketemu sama Bu Rista dulu." kata Satrio dengan wajah salting menyadari tatapan pria itu padanya.

Apa ya gini ya rasanya jadi anak baru?

"Orang kantor kayaknya." kata seorang bapak- bapak yang berdiri di belakang sang penanya tadi.

"Kayaknya sih iya." gumam orang itu.

"Tinggal dimana, Mas?" tanya bapak- bapak itu.

"Jalan Kaliurang, Pak." jawab Satrio sambil tersenyum.

"Lumayan jauh kalau kesini. Setengah jam lebih kan?" tanya bapak- bapak itu lagi.

"Iya, Pak. Empat puluhan menit." jawab Satrio lagi.

"Pernah kerja dimana sebelumnya?" tanya bapak- bapak itu lagi.

Kali ini mereka sudah beriringan meninggalkan area parkiran bersama banyak karyawan yang dominan laki- laki.

Satrio bingung mendapat pertanyaan itu. Dia kan belum pernah kerja sebelumnya.

"Belum pernah kerja di perusahaan manapun sih, Pak." jawab Satrio akhirnya memilih jujur walau entah mengapa merasa malu juga.

"Kelamaan kuliah ya?" tanya bapak- bapak itu sambil tersenyum menatapnya.

Satrio hanya meringis malu, bingung harus menjawab apa.

"Mumpung masih baru mau kerja, biasakan kerja yang rajin dan tekun. Jadi pekerja keras yang cerdas. Walaupun kamu dari keluarga berada, tapi kita laki- laki. Pasti akan lebih merasa bangga kalau bisa berpenghasilan dengan mengeluarkan keringat sendiri. Beda rasanya disini." kata bapak itu sambil menepuk dadanya sendiri pelan.

"Iya, Pak. Terimakasih nasehatnya." kata Satrio tulus.

Hatinya terketuk oleh ucapan bapak- bapak ini, walau dia heran darimana bapak ini tahu kalau dia dari keluarga kaya.

"Silakan dilanjut ke kantor. Tempat saya disini." kata bapak itu sudah berhenti di area yang penuh dengan furniture setengah jadi dari akar- akar jati besar.

Mata Satrio memutar sejenak untuk mencari petunjuk tentang tempat ini.

Dan gotcha, dia menemukan tulisan DIVISI WASHING menempel di tembok tak jauh depannya.

"Saya permisi dulu, Pak. Monggo ( mari.)" pamit Satrio sopan lalu berjalan agak cepat menuju kantor.

Dalam hati dia terkekeh- kekeh mendengar suara para pekerja perempuan yang langsung berdengung saat dia lewat di sisi tempat mereka bekerja.

Bahkan dengan sengaja Satrio melempar senyum ramah ke kawanan makhluk bergelar bunga yang langsung bermata love menatapnya.

Hatinya kembali berdebar kencang saat kakinya tinggal selangkah menuju pintu kantor.

Sungguh, rasanya dia ingin balik kanan, lari, lalu sembunyi di bawah selimut saja.

"Mari, Mas." suara seorang perempuan yang duduk di dekat pintu mengagetkannya.

"Mau ketemu siapa?" tanya perempuan agak mon tok berumur sekitar tiga puluhan itu dengan ramah.

"Mau ketemu Ibu Rista, Mbak." jawab Satrio sopan.

"Oh, ini Mas Satrio kah?" tanya mbak itu.

"Iya. Saya Satrio." jawab Satrio dengan tersenyum. Dilihatnya kini empat pasang mata lain di ruangan itu semua menatapnya dengan ramah. Kecuali satu orang sih. Dari satu- satunya cowok yang ada di ruangan itu.

Pandangannya sangat jelas meremehkan. Tapi Satrio tak sempat terlalu dalam berpikir tentang itu karena suara ramah mbak di sebelahnya lebih dominan di pikirannya.

"Ruangannya Bu Rista di ujung itu. Yang pintunya menghadap kesini. Silakan." kata mbak itu ramah.

"Terimakasih banyak, Mbak." jawab Satrio tulus kemudian bergegas menuju ke pintu yang ditunjuk mbak tadi setelah meninggalkan seulas senyum di ruangan itu.

"Satrio Eko Buwono. Kami tertarik mengajakmu bergabung di perusahaan ini terus terang saja karena satu kelebihanmu, yaitu menguasai bahasa Jepang, Prancis, Korea, dan Inggris secara baik terlihat dari tes virtual kita beberapa waktu lalu. Kebetulan perusahaan kita ini buyer nya dari Jepang, Korea, Prancis, dan benua Amerika. Biasanya sebelum order pertama mereka visit kesini melihat detail barang, dari bahan baku,bahan finishing, assesoriesnya, step packing nya, bahkan kadang ada yang minta untuk melihat ke tempat supplier di Rembang, Blora, Pati, atau Grobogan. Kita sangat butuh translater untuk menjelaskan secara benar dan lebih detail karena kadang penguasaan bahasa Inggris mereka kurang bagus yang sering membuat kacau di tengah kerjasama karena miss comunication." terang Bu Rista dengan gamblang dan tenang.

Satrio langsung merasa senang dengan aura kepala HRD yang terlihat anggun namun berkharisma itu. Perempuan berumur sekitar empat puluhan itu terlihat tegas namun ngayomi.

"Karena nanti tugas utamamu menjelaskan detail barang, maka keseharianmu kalau nggak ada buyer yang perlu kamu dampingi, kamu nanti masuk divisi PPIC. Di PPIC kamu bisa dapat semua data barang dari A sampai Z dengan rinci. Kamu harus pelajari itu dengan seksama. Sebentar." kata Bu Rista setelah melihat Satrio hanya mengangguk- angguk saja dari tadi.

Bu Rista berbicara di aiphone untuk meminta Pak Cahyo ke ruangannya.

Tak lama seorang pria lebih tua dari Bu Rista masuk.

"Kenalkan, ini Pak Cahyo. Pak, ini Satrio, anakmu yang baru." kata Bu Rista sambil tersenyum.

Satrio bergegas berdiri untuk menjabat tangan Pak Cahyo yang menatapnya hangat kemudian menerima uluran tangannya dengan mantap.

"Welcome to my club'." sambut Pak Cahyo riang.

"Terimakasih, Pak. Mohon bimbingannya selama saya disini." kata Satrio sopan.

"Pasti...pasti...Semua yang disini aku yang membimbing. Dia juga aku yang membimbing." kata Pak Cahyo sambil menunjuk Bu Rista dengan dagunya yang membuat Satrio tertawa kecil.

Hilang sudah kecemasannya karena mendapat sambutan hangat seperti ini.

"Karena semua dia yang membimbing, sampai nggak ada yang bisa membimbingnya menuju jalan yang benar." sahut Bu Rista membalas Pak Cahyo yang hanya terkekeh.

Satrio kembali tertawa.

"Udah, silakan dibawa Satrio nya. Kenalin ke semua staff dan bimbing dia." kata Bu Rista dengan tangan mengibas seperti mengusir lalat.

"Wokeyyy! Ayo Sat, kita kenalan dulu sama teman lainnya, lalu nanti ku bawa kau ke mejamu. Kita rock n roll an di PPIC." ajak Pak Cahyo sambil beranjak berdiri yang diikuti Satrio dengan cepat.

"Saya permisi, Bu. Terimakasih banyak untuk pengarahan dan sambutannya." kata Satrio sambil mengulurkan tangannya pada Bu Rista.

"Sama- sama. Semangat ya!" kata Bu Rista riang.

Dengan cepat Satrio langsung tahu teman- teman kerjanya di kantor itu karena Pak Cahyo mengenalkannya plus mengenalkan nick name teman- teman barunya juga.

Mbak yang pertama menyambutnya tadi bernama mbak Ema. Dia bagian budgeting.

Lalu di kenalkan kepada tiga mbak- mbak lainnya yang bernama mbak Lia bagian purchase bahan baku, mbak Reta bagian purchase bahan bantu, dan mbak Dwi bagian keuangan.

Satrio kembali mengulurkan tangannya untuk berkenalan. Kali ini dengan cowok yang tadi menatapnya dengan pandangan meremehkan.

Sekarang pun masih begitu walau Satrio juga melihat cowok itu berusaha menyembunyikannya.

"Ini Dicky. Bagian planning." kata Pak Cahyo memperkenalkan.

Satrio hanya tersenyum yang malah mendapat balasan dengusan kesal dari Dicky.

""Ini Pak Heru. Beliau yang ngurusin pembuatan sample semua barang. PPIC harus nempel terus sama dia biar nggak kehilangan jejak budget per item ." kata Pak Cahyo yang hanya dibalas tawa oleh Pak Heru yang mungkin seumuran dengan Pak Cahyo.

"Dewa pensil kemana?" tanya Pak Cahyo sambil menatap satu meja kosong di samping meja Pak Heru.

"Baru ke produksi." jawab Pak Heru santai.

"Ya udah, kita kenalannya sama drawer nya nanti aja. Sekarang kita ke ruangan kita aja dulu." kata Pak Cahyo kemudian mengajak Satrio untuk menaiki tangga di sudut ruangan.

"Ruangan PPIC dan keuangan ada di atas." terang Pak Cahyo yang hanya diiyai oleh Satrio.

Dan perkenalan pun dilanjut di ruangan lantai dua yang di sekat jadi dua ruangan itu.

"Kenalin nih anak baruku. Namanya Satrio." kata Pak Cahyo saat memasuki satu ruangan yang berisi empat orang yang langsung mengarahkan tatapannya kepada Satrio.

"Satria Madangkara nih, cakep gini." kata seorang wanita seumuran Bu Rista sambil bergegas berdiri dan mengulurkan tangannya pada Satrio.

"Aku Rosiana. Kamu boleh memanggilku bebeb" kata Bu Rosiana yang disambut tawa lainnya.

"Mbok yo inget umur, Mak!" celetuk seorang cewek tomboy sambil tergelak.

"Bebeb tua itu kepala keuangan." terang Pak Cahyo yang mendapat tawa riuh semuanya kecuali Bu Rosiana yang menghentak- hentakkan kakinya dengan wajah sebel yang lucu.

Satrio ikut tertawa melihatnya.

"Fenty." kata gadis muda berdandan ala gipsy namun nampak imut itu sambil mengulurkan tangannya.

"Fenty sama Nur adalah admin nya Bu Bebeb." terang Pak Cahyo.

Satrio membalas salam Nur dengan ikut menangkupkan telapak tangannya di depan dada.

Dilihat dari pakaian yang dikenakannya nampaknya Nur adalah seorang muslimah sejati.

Dia memakai rok panjang bentuk A line dengan atasan tunik sebatas lutut dan jilbabnya sampai ke perutnya.

"Ini nih, bocah pethakilan ini namanya Duri." kata Pak Cahyo yang mendapat lirikan sadis dari cewek berpenampilan tomboy dengan rambut cepak berwarna coklat karena menyebutnya duri.

"Widuri. Kita satu team, Bang." kata Widuri riang sambil mengajak ber high five Satrio.

"Ini mejamu, Sat." kata Pak Cahyo menunjuk satu meja di sebelah meja Widuri setelah pak Cahyo mengajak Widuri yang tadi main ke ruangan keuangan untuk kembali ke ruangan mereka.

Satrio menatap meja putih berukuran 1,5 x 1,5 meter dengan satu laptop berwarna hitam di atasnya itu dengan tatapan haru.

Meja kerja pertamanya. Dimana dia akan - dan harus- bisa menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja disana.

...🧚🧚🧚 b e r s a m b u n g 🧚🧚🧚...

Terpopuler

Comments

Sri Astuti

Sri Astuti

fighting Satrio

2023-01-01

1

Ersa

Ersa

lanjut bacs

2022-03-21

1

Annisa Rahma

Annisa Rahma

besok2 aku spam komen deh

2022-01-01

1

lihat semua
Episodes
1 G'bye....
2 Teman Baru
3 Siap Bertualang
4 Hari Pertama
5 Bang Sat
6 Cowok Idaman Widuri
7 Diakah kekasihmu?
8 Cinta Pertama
9 Emak kucing
10 Siapa tahu jodoh
11 Sarapan buat Satrio
12 Motor mogok
13 Tentang Mereka
14 Ke Gap Mama
15 Tentang Nugget
16 Video
17 Widuri Patah hati
18 Curhatnya Widuri
19 Ketemu Adis
20 Panggilan Sayang
21 Reta
22 Reta Oh Reta
23 Pulang Ke Jakarta
24 Kegundahan Adis
25 Batas waktu
26 Percakapan di Meja Makan
27 Ulang Tahun Mama
28 Tentang Reta
29 Oleh- oleh
30 Gara- gara Adis
31 Perasaan Mereka
32 Beni Agung Prayogi
33 Bertanggung jawab
34 Kisah Pilu Di Masa Lalu
35 Tak Mau Yang Lain
36 Pilu
37 Bertemu Panji
38 Kekalahan
39 Juminten dan Paijan
40 Saingan Berat
41 Membongkar Tabungan Luka
42 Ketemu Mas Didit
43 Mengintai
44 No barter- barter
45 Obrolan tengah malam
46 Kapan Jemput?
47 Menghargai yang ku punya
48 Pacar Satrio
49 Nyaris saja......
50 Perlu ancang- ancang
51 Mas Itu....
52 Stop atau maju?
53 BATA KOO
54 Hapsari
55 Hapsari
56 Nasi Goreng
57 Membantu Mengemas Masa Lalu
58 Kita kan....
59 Semoga
60 So....
61 Nggak Papa
62 Tentang Lukas
63 Satrio gitu loh
64 Bertemu Widuri
65 Bersama Wira
66 Lukas sedih
67 Mau Kan?
68 Cakepnya Udah Amat
69 Surprise....!!!
70 Bertemu Reta
71 Om Ayah
72 Syarat
73 Aksi Wira
74 Mas- mas
75 Tentang Jejak Dosa
76 Bertemu Pak CEO
77 Kalau...
78 Adis ke Jakarta
79 Anak
80 Taksa Biantara
81 Minta nikah
82 Malam Bersama Bian
83 Mau
84 Ha...ha...
85 The Day
86 Trauma
87 Membuka
88 Bertamu Sebentar
89 Menikmati ranjang bersama
90 Tempat Sembunyi
91 Suasana Pagi Pertama
92 The Hidden
93 Oooo...Ternyata...
94 Cemburu
95 Portal
96 Memanjakan
97 Bimbang
98 Pertemuan
99 Suasana Pagi
100 Berat
101 Fase
102 Jodoh Lukas
103 Perusahaan untuk Satrio
104 Heart to heart
105 Ke Perusahaan Baru
106 Kamar Pengantin
107 Menangisi kambing
108 Mangga muda
109 Nasib kisah double W
110 Akhir Cerita
111 NOVEL BARU
Episodes

Updated 111 Episodes

1
G'bye....
2
Teman Baru
3
Siap Bertualang
4
Hari Pertama
5
Bang Sat
6
Cowok Idaman Widuri
7
Diakah kekasihmu?
8
Cinta Pertama
9
Emak kucing
10
Siapa tahu jodoh
11
Sarapan buat Satrio
12
Motor mogok
13
Tentang Mereka
14
Ke Gap Mama
15
Tentang Nugget
16
Video
17
Widuri Patah hati
18
Curhatnya Widuri
19
Ketemu Adis
20
Panggilan Sayang
21
Reta
22
Reta Oh Reta
23
Pulang Ke Jakarta
24
Kegundahan Adis
25
Batas waktu
26
Percakapan di Meja Makan
27
Ulang Tahun Mama
28
Tentang Reta
29
Oleh- oleh
30
Gara- gara Adis
31
Perasaan Mereka
32
Beni Agung Prayogi
33
Bertanggung jawab
34
Kisah Pilu Di Masa Lalu
35
Tak Mau Yang Lain
36
Pilu
37
Bertemu Panji
38
Kekalahan
39
Juminten dan Paijan
40
Saingan Berat
41
Membongkar Tabungan Luka
42
Ketemu Mas Didit
43
Mengintai
44
No barter- barter
45
Obrolan tengah malam
46
Kapan Jemput?
47
Menghargai yang ku punya
48
Pacar Satrio
49
Nyaris saja......
50
Perlu ancang- ancang
51
Mas Itu....
52
Stop atau maju?
53
BATA KOO
54
Hapsari
55
Hapsari
56
Nasi Goreng
57
Membantu Mengemas Masa Lalu
58
Kita kan....
59
Semoga
60
So....
61
Nggak Papa
62
Tentang Lukas
63
Satrio gitu loh
64
Bertemu Widuri
65
Bersama Wira
66
Lukas sedih
67
Mau Kan?
68
Cakepnya Udah Amat
69
Surprise....!!!
70
Bertemu Reta
71
Om Ayah
72
Syarat
73
Aksi Wira
74
Mas- mas
75
Tentang Jejak Dosa
76
Bertemu Pak CEO
77
Kalau...
78
Adis ke Jakarta
79
Anak
80
Taksa Biantara
81
Minta nikah
82
Malam Bersama Bian
83
Mau
84
Ha...ha...
85
The Day
86
Trauma
87
Membuka
88
Bertamu Sebentar
89
Menikmati ranjang bersama
90
Tempat Sembunyi
91
Suasana Pagi Pertama
92
The Hidden
93
Oooo...Ternyata...
94
Cemburu
95
Portal
96
Memanjakan
97
Bimbang
98
Pertemuan
99
Suasana Pagi
100
Berat
101
Fase
102
Jodoh Lukas
103
Perusahaan untuk Satrio
104
Heart to heart
105
Ke Perusahaan Baru
106
Kamar Pengantin
107
Menangisi kambing
108
Mangga muda
109
Nasib kisah double W
110
Akhir Cerita
111
NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!