"Di sini liburan atau kerja, Mas?" tanya Lukas kemudian, mencoba mengganti topik pembicaraan daripada nantinya hanya berujung jadi sesi curhat duo cowok ngenes.
"Kerja." jawab Satrio pendek.
Kerja rodi tepatnya, batin Satrio.
Diam- diam dia menghela nafas berat.
Setelah fix diputus Dea, dan sudah menikmati masa patah hati, penderitaan hidupnya ternyata masih bertambah lagi dengan diusirnya dia dari lingkungan hidup nyamannya selama ini.
Siapa lagi yang punya ide gila seperti ini kalau bukan orangtuanya.
Papanya mengusirnya pergi dari Jakarta untuk bekerja di daerah manapun, terserah dia asal pergi dari Jakarta.
Bukan sebagai direktur dari salah satu perusahaan milik keluarga mereka, tapi hanya sebagai karyawan biasa, dan di perusahaan orang lain pula.
Jangan mengira Satrio bekerja di Jogja dengan bantuan relasi orang tuanya. Tidak sama sekali.
Tak ada nepotisme dalam diterima nya dia bekerja di perusahaan yang akan ditempatinya nanti.
Dia benar-benar melakukan prosedur melamar pekerjaan seperti umumnya seorang pencari kerja.
Papanya benar- benar tak ingin membantunya.
"Sampai umurmu setua ini kamu belum pernah merasakan berjuang mencari nafkah kan? Anggap saja ini petualangan baru. Walau agak terlambat sih. Tapi nggak papa. Belajarlah menjadi lelaki sejati yang mampu berdiri di atas kakinya sendiri." begitu kata papanya sambil terkekeh.
Maka jadilah dia rajin mencari lowongan pekerjaan, memakai ijazah S1 nya di semua sosmed.
Yeaaah, papanya melarang memakai ijazah master nya untuk mencari pekerjaan.
"Gunakan itu nanti, untuk melamar pekerjaan di perusahaan papa. Dua tahun ke depan, gunakan waktumu untuk menikmati petualanganmu di dunia kerja tingkat dasar Pahami semuanya sebaik mungkin." begitu kata papanya.
Satrio hanya mengangkat tangan menyerah dan pasrah.
Lagipula ada baiknya juga dia pergi dari lingkungan pergaulannya di Jakarta.
Ya. Setidaknya dia tidak harus repot- repot menyembunyikan mukanya dari teman- temannya main atas ' kebangkrutannya'.
Sekalian bisa untuk membantunya mengikhlaskan Dea pergi dari hidup dan hatinya.
"Kerja di daerah mana, Mas?" tanya Lukas lagi.
"Sleman." jawab Satrio singkat.
"Slemannya mana?" tanya Lukas makin kepo.
Satrio melirik Lukas sejenak, untuk mengingat- ingat alamat calon kantornya, tapi malah membuat Lukas salah tingkah.
"Maaf....maaf....bukan mau kepo sih...." kata Lukas nggak enak hati.
"Depok." jawab Satrio menyebut nama satu kecamatan di kabupaten Sleman.
"Udah lama, Mas kerjanya disini?" tanya Lukas lagi.
"Besok baru mau mulai kerjanya." jawab Satrio santai yang disambut ooooo panjang dari bibir Lukas.
"Kalau gitu semangat ya, Mas. Saya aja yang nyemangatin, lumayan kan daripada nggak ada yang jadi penyemangat." kata Lukas sambil tertawa meledek.
Satrio hanya tersenyum kecut.
Ya, mungkin akan beda rasanya kalau kita punya someone special saat kita akan menjalani sebuah hal baru seperti ini.
Akan lebih menggelora semangat dan gregetnya. Nggak seperti keadaannya yang anyep kayak masakan tanpa garam gini.
"Disini kost, Mas?" tanya Lukas lagi dan lagi.
"Enggak. Numpang di rumah keluarga. Nanti kalau pengen kost ya ntar nyari kost yang dekat tempat kerja." jawab Satrio yang mendapat anggukan setuju dari Lukas.
Ya iyalah numpang, orang semua aset masih punya bapakmu, belum pindah tangan ke dirimu.
"Minimal ngirit budget bensin." kata Lukas sambil tersenyum.
"Iya ya." gumam Satrio seperti baru disadarkan.
Sejak pesawat kelas ekonomi - ini pertama kalinya dia naik kelas ekonomi- membawanya terbang dari Jakarta menuju kota Jogja tadi, dia sudah berjanji dalam hati akan menjadi Satrio yang baru.
Satrio yang akan hidup dengan uang hasil jerih payahnya sendiri dan tak akan memakai uang dari Papanya kalau tidak sangat terpaksa.
Dia akan membuktikan pada dirinya sendiri dan orangtuanya kalau dia bisa jadi lelaki sejati yang bisa berdiri di atas kakinya sendiri walau tanpa koneksi dan relasi. YEAHHHH !!!!
"Aku juga kerja di daerah Depok, Mas. Semoga kapan- kapan kita bisa ketemu di jalan atau di warung ya, Mas. Siapa tahu jodoh kan?" kelakar Lukas membuat Satrio tertawa.
"Mau ketemu ya tinggal janjian, gampang kan? Belum ada istri yang ngelarang- ngelarang ini." kata Satrio santai.
"Berarti mau nih, Mas ketemu sama Saya lagi?" tanya Lukas dengan gembira.
"Why not? Kamu adalah teman pertamaku di hari pertamaku menjadi penghuni kota Jogja. Lumayan kan bisa punya tour guide gratis." kata Satrio sambil terkekeh.
"Sip! Deal! Call me whenever, wherever you need me, Bro." kata Lukas sambil mengulurkan tinjunya ke arah Satrio yang kemudian membalas dengan mempertemukan tinjunya.
"Kamu jin, bisa dipanggil kapanpun dan dimanapun?" seloroh Satrio.
"Bukanlah! Aku sebangsa pria panggilan." kata Lukas dengan gaya berbisik genit dan sudah mulai ber aku kamu.
"Wuuaaaaah.....ngeriiiwwww!" pekik Satrio sambil tergelak.
"Jangan berusaha memangsaku atau menjebakku ya. Aku bukan lelaki gampangan." kata Satrio masih dengan sisa tawanya.
"Kalau gitu kita bisa saling tahu nama akun medsos?" tanya Lukas.
"Boleh. Aku cuma punya IG, nggak punya FB apalagi tiktok." kata Satrio sambil nyengir.
"Kenapa?" tanya Lukas keheranan.
"Nggak pengen aja." jawab Satrio santai.
"Padahal FB kan bisa bikin kita ketemu sama orang- orang di masa lalu kita yang mungkin kehilangan kontak." kata Lukas yang disambut anggukan Satrio.
"Tapi aku nggak ada kehilangan kontak sama semua orang di masa laluku." kata Satrio.
"Bisa jadi alat untuk bertemu jodoh juga lho." kata Lukas lagi.
"Jodoh mah sudah ada yang ngatur bakal ketemu kapan dan dimananya. Nggak usah repot- repot musingin itu." sergah Satrio.
"Bisa buat tebar pesona, Mas." kata Lukas belum mau kalah.
Satrio menatapnya sebal.
"Panggil nama saja! Kita kan udah temenan. Mas mes mas mes kayak emak gue aja lu." sungut Satrio sudah mulai ber elu gue.
"Okeeee....siyaaaaaap....." sahut Lukas sambil tertawa.
"Berarti kamu narik cuma pas hari libur?" tanya Satrio membuat topik obrolan baru.
"Iya. Sama pagi atau sore sepulang kerja, kalau lagi mood." jawab Lukas
"Lagu lu, pakai mood segala." kata Satrio dengan wajah mencibir.
Lukas hanya terkikik malu.
"Namanya pelayanan jasa, mood harus dijaga biar tetap cerah ceria sama klien. Kalau lagi nggak mood maksa narik, siksaan batin, Bro kalau ketemu klien rewel. Mau marah nggak boleh, nggak marah pingin meledak." kata Lukas.
Satrio mengangguk mengerti.
"Kamu asli Jogja?" tanya Satrio kemudian.
"Begitulah. Lahir dan besar disini. Belum pernah keluar dari sini selain pas piknik jaman sekolah dulu." kata Lukas malu- malu.
"Seriusan lu?! Nggak pernah liburan keluar kota atau pulau gitu?" tanya Satrio terperangah.
"Liburanku ya di atas gerobak ini. Nyari uang. Dari SMA dulu aku udah ngojek pakai motor, Bro. Habis subuh itu nganterin tetangga belanja ke pasar buat dia jualan di rumah. Nanti berangkat sekolah bawa anak tetangga yang sekolah SD dan SMP yang searah aku pergi sekolah. Nanti di hari- hari tertentu jemput anak tetangga yang pulang les atau pulang ekskul. Lumayan bisa buat bayar sekolah." cerita Lukas.
"Kamu kuliah?" tanya Satrio dengan nada agak pelan.
"Iya. Dapet beasiswa dari pemerintah desa. Biaya kuliah dan uang saku full dari pemerintah desa. Puji Tuhan banget aku dapat beasiswa itu. Kalau nggak, kayaknya kuliah jadi cita- cita mulia doang." kata Lukas sambil tersenyum tipis.
"Itu syaratnya apa biar bisa dapat beasiswa dari desa?" tanya Satrio kepo.
"Yang pasti nilai akademik masuk kategori bagus. Syukur- syukur dari keluarga kurang mampu. Sebelumnya aktif di kegiatan pemuda di desa atau kampungnya. Selama masa kuliah tidak boleh bekerja karena kami terikat dengan kegiatan pemerintahan desa. Jadi kalau ada event- event desa, kami diwajibkan jadi anggota panitia. Lalu begitu lulus harus kerja di kantor kelurahan minimal dua tahun." terang Lukas.
"Keren tuh program beasiswa nya. Trus kamu udah nggak kerja di kantor kelurahan sekarang?" tanya Satrio.
"Udah enggak. Gajinya dikit banget. Maklum, gaji honorer. Tapi nggak papa, itu aku anggap sebagai balas budi karena aku bisa kuliah dan point plus nya, aku jadi kenal semua orang kelurahan. Lumayan kalau mau ngurus surat- surat milik tetangga nggak bingung dan lebih lancar. " kata Lukas sambil tertawa kecil.
"Buka jasa ngurusin surat- surat juga?" tanya Satrio menebak.
"Begitulah." jawab Lukas sambil terkekeh yang mendapat gelengan takjub dari Satrio.
"Kan kamu kerja, kapan ngurusnya surat- surat itu?" tanya Satrio heran.
"Kantorku lima hari kerja. Untungnya kantor kelurahan Sabtu buka walau setengah hari. Jadi aku ngurusinnya ya hari Sabtu itu. Atau kalau terpaksa aku bisa datang ke rumah pegawai kelurahannya ngasih dokumennya, nanti dia urus besok paginya dan sorenya bisa aku ambil lagi di rumahnya." papar Lukas.
"Uang jasanya berapa ngurusin dokumen gitu?" tanya Satrio.
"Nggak pasang tarif kalau itu. Nggak enak sama tetangga sendiri juga. Seikhlasnya mereka aja. Kadang ada yang ngasih dua puluh, ada yang lima puluh, kadang ngasih rokok padahal aku nggak ngerokok, bahkan ada yang ngasih beras, sama gula atau mi instant." jawab Lukas sambil tersenyum dan menerawang.
"Nggak pengen nyoba ikut tes CPNS?" tanya Satrio iseng.
"Udah nyoba berulang kali begitu lulus kuliah dulu, tapi belum rejekinya kali ya? Tapi aku akan
tetap ikut sampai batas akhir umur CPNS, semoga nanti ada jatah rejekiku disana." jawab Lukas dengan berbinar dan penuh semangat.
Satrio menatap Lukas dengan tersenyum.
Ini baru satu orang muda hebat yang dia temui di luar circle pertemanan high class nya selama ini.
Dan sudah mampu membuatnya malu pada dirinya sendiri yang segede ini nggak pernah tahu artinya kesusahan. Nggak tahu caranya tetap bergerak di dalam keterbatasan, dan membuatnya sering melupakan cara dan rasa bersyukur untuk hidupnya yang selalu berlimpah kemudahan.
Dan dia merasa nol di depan Lukas ini.
Aku harus berubah, tekad batinnya mantap.
......🧚🧚🧚 b e r s a m b u n g 🧚🧚🧚......
Yang kemarin langsung tampil di part 1 👇👇👇👇
Walaupun sempat terjadi sedikit insiden, yaitu judul ini nyempil di sistem hingga nggak bisa muncul di kolom pencarian, Alhamdulillah nggak lama bisa di temukan 😊😊😊
Semoga kelakuan Satrio nggak membosankan ya.......😁
Happy reading......💖💖💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Sri Astuti
cerita yg bagus.. suka 👍
2023-01-01
1
Ersa
depok e ngendi mas Sat? Tak ampiri yo
2022-03-21
1
Ning
bang Sat ketemu Lukas...ngedown yeee..
yeaaay....baru bisa menjejakkan kakiku di mari Mba anieeek ....😘
2021-11-20
2