Penggemar rahasia.

Pertengahan tahun 2009.

Beberapa bulan berlalu biasa saja bagi Lania, dia tidak perduli dengan cemoohan para penggemar Jevan, atau pun mereka yang mendukung Sheryl untuk jadian dengan Jevan, meski itu tidak pernah terjadi. Hebatnya, tidak pernah ada yang berhasil untuk merundung Lania. Gadis itu seperti mempunyai perisainya sendiri untuk bertahan juga untuk melawan balik mereka yang berusaha membuatnya down.

Apa perisainya? Cuek dan cuek setengah mati. Tidak ada yang berhasil menyakiti hati Lania. Telinganya seperti mempunyai pengaturan otomatis yang akan berubah menjadi tuli saat melewati gerombolan fans Jevan dan fans Sheryl.

"Eh, liat-liat, ada cewek sok kecantikan lewat."

"Awas ada cewek centil."

"Hati-hati yang punya pacar, nanti ditikung cewek kegatelan."

Dan kalimat-kalimat kejam lainnya yang sayangnya tidak pernah berhasil masuk atau melewati lubang telinga Lania, apa lagi sampai mengendap di hatinya.

Hal itu sama sekali bukan masalah baginya. Yang menjadi masalah dalam hidupnya adalah ujian matematika. Matematika selalu berhasi membuatnya galau walaupun sama sekali tidak mengurangi selera makannya.

Menjelang ujian akhir semester, Lania lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan untuk belajar. Dia membutuhkan tempat yang tenang dari suara-suara bisikan halus. Meski begitu, perpustakaan selalu membuatnya penat pada akhirnya....

"Gezzz.... gue mau nyari angin dulu." kata Lania, sambil merenggangkan ototnya, pada Aruna yang menatap pasrah pada sahabatnya itu. Dibandingkan Lania, Aruna lebih pintar matematika. Sementara Lania, dia lebih kepada materi seni dan hapalan dari pada materi eksak.

Aruna paham betul apa yang dimaksud Lania 'nyari angin' adalah berjongkok di depan pintu perpustakaan sambil mengemut dua lolipop sekaligus.

Sedang asik merenungi nasib dan masa depan yang masih abu-abu baginya, karena sejujurnya Lania sendiri belum tahu apa cita-cita untuk menyongsong masa depan yang gemilang. Yang dia inginkan hanya makan dan tidur saja.

"Lan, gue duluan, ya." Aruna tiba-tiba keluar dari dalam perpustakaan, sambil memakai tasnya.

"Eh, kenapa?"

"Nenek gue dateng, jadi nyokap nyuruh gue langsung pulang."

"Oh, oke deh."

"Lo mau pulang juga apa gimana?"

"Gue nanti aja, masih mau nyoba-nyoba ngerjain soal-soal yang laen." jawab Lania.

"Oke, good luck. Rumus-rumusnya udah gue tulis di buku lo ya."

"Oke, thanks beibeh."

"Bye, gue duluan ya."

"Oke, ati-ati."

Tinggalah Lania sendiri dengan nasibnya mengatasi kesulitannya menghadapi deretan soal memecahkan misteri soal-soal matematika yang sulitnya sama seperti melewati rintangan benteng takesi.

Lania mendesah pasrah, sejak dulu dia memang selalu payah dalam matematika. Akhirnya dia menyudari renungannya, mencoba mencari semangat dan kembali masuk ke dalam perpustakaan sekolah pada jam usai sekolah.

Sepuluh menit....

Lima belas menit....

Tiga puluh menit....

Empat puluh lima menit....

Satu jam kemudian, Lania menyerah. Dia lebih memilih disuruh memanjat pohon kelapa, membetulkan genteng yang bocor, atau menambal ban, dari pada mengerjakan lima soal aljabar.

Lania mengacak-acak rambutnya sambil menggeleng-gelengkan kepala mirip orang yang sedang meronta. Kemudian menelungkupkan setengah tubuhnya di atas buku. Entah sudah berapa puluh kali dia menghela napas lelah dan pasrah.

"Kenapa harus ada aljabar di dunia ini? Kalo gue nanti kerja jadi koki, memangnya kepake ini aljabar? Huf." Gerutunya. Akhirnya dia memejamkan matanya sebentar.

Tapi ternyata lima belas menit berlalu saat Lania membuka mata.

Dia mengangkat tubuhnya, merenggangkan otot-ototnya sambil menguap lebar dan tiba-tiba matanya menangkap objek asing di atas mejanya. Sesuatu yang sebelumnya tidak ada disana.

Apa itu? Mari kita buka.

"Whoa! Batagor Pakde!" Pekik Lania dengan suara yang ditahan agar tidak mengganggu beberapa orang yang berada di dalam perpustakaan. "Eh, tunggu, tapi siapa yang naro disini?" Lania melihat sekeliling, tidak mungkin salah satu dari orang-orang yang mukanya benar-benar serius belajar disana. Tapi, selain mereka dan penjaga perpustakaan yang sedang asik nonton drama Korea dengan menggunakan earphone pada telinganya, tidak ada siapa-siapa lagi.

Secret admirer?

"Ah, hajar aja lah, dosa kalo nolak rejeki."

Dibalik sebuah rak buku, seseorang mengamati, cowok bertubuh tinggi, mengenakan topi dan masker hingga hanya menampilkan sepasang matanya saja. Cowok itu tersenyum melihat Lania kembali menemukan semangatnya setelah menyantap dua porsi batagor tersebut.

***

Dua hari kemudian, jam istirahat adalah waktu dimana kantin sedang padat-padatnya. Untuk mendapatkan meja, mereka harus ingat slogan, 'Siapa cepat dia dapat', kalau telat sedikit, dipastikan kau tidak akan mendapatkan meja di kantin. Jangan tanya apakah Lania dan Aruna mendapatkan meja, karena tentu saja Lania yang secepat Spiderman sudah lebih dulu sampai di kantin sebelum banyak orang yang datang, dan langsung menempati meja yang pemandangannya asik. Lalu kemudian Aruna menyusul.

"Kalo soal makan, cepet banget ya Anda." Celetuk Aruna.

"Iya, mengisi perut itu sangat penting, Kawan."

Aruna pun memesan, seporsi bakso, seporsi nasi goreng, seporsi mie ayam tidak lupa es teh untuk Aruna, dan sebotol air mineral dingin untuk Lania.

Kantin mulai ramai, setiap meja mempunyai empat sampai lima kursi, meja Lania mempunyai lima kursi, tapi tidak ada yang mau semeja dengan Lania semenjak insiden Sheryl melabrak Lania. Entah kenapa. Banyak yang memandangnya benar-benar dengan tatapan sinis. Tapi Lania malah senang, karena dengan begitu, dia bisa makan dengan nyaman pada meja yang sudah dipilihnya. Hanya satu yang membuatnya kesal, Aruna juga kena imbasnya, padahal Aruna tidak terlibat sama sekali.

Lania dan Aruna mulai menyantap makanan mereka dengan gaya makan yang berbeda. Lania makan dengan lahap seperti orang belum makan seminggu, sementara Aruna makan dengan pelan-pelan, table manner.

"Ih liat deh, rakus banget makannya."

"Yang kayak gitu kok sok-sokan mau nyaingin Kak Sheryl."

"Kayak orang kelaperan."

"Yang sebelahnya juga sok kecantikan."

"Yang satu ceking, yang satu gendut. Udah kayak angka sepuluh."

Yah begitu lah hari-hari Lania dan Aruna semenjak Lania minta Jevan tanggung jawab untuk batagornya dan semenjak ia melawan Sheryl. Bisikan-bisikan halus yang menyebalkan selalu saja menari-nari disekitar mereka, tatapan-tatapan tidak bersahabat selalu mereka dapatkan. Biasanya Lania selalu bodo amat dengan segala cuitan itu, tapi kali ini ia tidak tahan. Bukan karena kesal dirinya diolok-olok, tapi karena mereka juga mengolok Aruna.

Brak!

Lania tanpa diduga-duga menggebrak meja seraya berdiri, membuat mereka yang sedari tadi membicarakannya berhenti bicara, Aruna pun juga terkejut.

"Kalian ini maunya apaan, sih?" Akhirnya Lania bertanya kesal. "Yang ditraktir sama pujaan hati kalian itu gue, yang dilabrak sama kakak Sheryl tercantik kalian, itu gue. Kenapa sekarang temen gue harus kalian body shaming gitu, heh?!"

"Wah, songong juga ya, lo. Lo ga tahu kita kelas berapa?"

"Gue ga perduli kalian mau kelas 10, kek, kelas 11, kek,. kelas 12,. kek, ga naik-naik kelas, kek. Gue ga perduli! Yang gue tanya, kalian itu maunya apa sih?"

"Lo itu ga usah sok kepedean ngedeketin, Kak Jevan!"

"Lo itu ga sebanding sama Kak Sheryl!"

"Lo itu bukan tipenya Kak Jevan!"

"Lah, Jevan juga bukan tipe gue, sodara-sodara!' Tukas Lania.

"Sok cantik banget lo, sampe Kak Jevan bukan tipe lo."

"Astaganagaaa! Gini nih kalo orang makan kuaci sama kulit-kulitnya, otaknya mampet."

"Heh jangan-"

"Harusnya kalian bernapas lega karena Jevan memang bukan tipe gue, gue ga suka sama pujaan hati kalian. Kalo gue salah satu pemuja fanatik kayak kalian, gue ga akan makan serakus ini, gue akan dandan habis-habisan ke sekolah supaya Jevan ngeliat gue kayak kalian. Gue akan ngelabrak kalian satu-satu karena suka juga sama Jevan. Tapi yang kalian liat apa?!"

Suasana kantin otomatis sudah menjadi panas. Satu lawan banyak, tapi tidak membuat suara Lania bergetar sedikit pun.

"Kalo memang kalian iri karena Jevan pernah sekali ganti rugi jajanan gue, ya kalian minta aja Jevan ngelempar makanan kalian trus minta ganti rugi juga! Denger, ya, kalo kalian punya masalahnya sama gue, ya udah sama gue aja, ga usah bawa-bawa temen gue!'

cukup mencenangkan juga sikap dan kata-kata Lania. Dia selama ini diam, tidak bersuara meski semua orang mencibir dan mencemoohnya. Orang-orang menganggap Lania pasti takut karena itu dia tidak pernah membalas atau membela diri. Tapi sekarang, semua orang yang sebelumnya mencemoohnya seketika menutup bibir rapat-rapat, karena ucapan Lania yang masuk akal dan juga tidak habis pikir dengan keberanian Lania melawan segitu banyaknya orang. Ia bahkan berdiri dengan mengangkat dagunya, tidak gentar sama sekali.

"Ada apa ini?" Suara Faiz, sang ketua osis, menggelegar, mengalihkan perhatian dari keributan sebelumnya.

"Eh, engga ada apa-apa, kok, Kak, kita cuma lagi ngobrol biasa aja sama-"

"Engga, kita ga cuma lagi ngobrol. Teman saya di body shaming hanya karena mereka ga suka sama saya." potong Lania.

"Kenapa?" Tantang Lania melihat sorot mata tajam dari orang yang tadi mencemoohnya.

"Oke, oke, cukup, ya. Ini tuh jam istirahat, waktunya kalian bersantai. Oke. Jangan sampe keributan ini terdengar guru, bisa ribet nanti. Saya harap apa pun masalahnya, selesaikan baik-baik saja." Ujar Faiz menengahi.

"Kakak bilang aja sama fansnya Kak Jevan, body shaming orang lain sama aja mereka menghina ciptaan Tuhan!" kata Lania, menohok.

Setelah Faiz menenangkan keadaan, dan beberapa orang yang tadi sempat mencemooh Lania dan Aruna, akhirnya pergi dari kantin dengan perasaan malu. Sementara Aruna sudah tidak lagi berselera makan, Lania malah kembali melahap makanannya dengan santai seperti tidak habis ngomel-ngomel.

"Lo masih bisa makan, Lan?" tanya Aruna sungguh tidak percaya pada sahabatnya yang tergolong langka bin ajaib.

"Emang kenapa? Nah, lo kenapa ga makan lagi?"

"Gue mah udah ga berselera."

"Ya udah, buat gue aja yak."

Aruna berdecak sambil geleng-geleng kepala, tapi akhirnya malah ketawa sendiri. Betapa beruntungnya ia mempunyai Lania.

Di koridor lain, tiga cowok pujaan kaum hawa baru saja mengurungkan niat mereka untuk masuk ke dalam kantin, setelah melihat dan mendengar apa yang tengah terjadi tadi di kantin. Lagi-lagi, gadis bernama Lania itu membuat degupan jantung Jevan meronta-ronta. Ya, mereka melihat dan mendengar dengan jelas apa yang Lania ucapkan, sampai membuat Mario yang biasanya paling banyak berkomentar tidak. bisa mengucapkan sepatah kata pun.

"Gue ga sangka, ternyata ada cewek yang ga suka sama kita, sama Jevan terutama. Pemecah rekor!" Ujar Mario sambil menepuk bahu Jevan.

"Padahal kalo diliat-liat, itu cewek manis juga sih." Gio menimbang-nimbang. "Manis, cuek, dan ga suka sama kita. Kayaknya gue bakalan suka sama dia."

Tiba-tiba langkah Jevan berhenti, sangat mendadak hingga membuat Mario dan Gio bertubrukan.

"Ga ada yang boleh suka sama dia." Ujar Jevan secara mantap.

"Hah?" Mario dan Gio saling bertatapan. Jevan yang mereka kenal sangat dingin sama cewek. Bahkan Sheryl yang cantik dan punya banyak followers pada akun sosial media aja sama sekali tidak dilirik oleh Jevan. Tapi ini, Jevan terang-terangan melarang dua sohibnya itu menyukai Lania.

"Lo suka ama itu anak?" tanya Gio.

Jevan ngeloyor pergi dengan ekspresi wajah yang tidak bisa digambarkan.

***

Dua orang yang tadi mencemooh Lania dan Aruna di kantin tiba-tiba menghentikan langkah mereka di koridor ketika seseorang setampan pangeran dari negeri dongeng berdiri di depan mereka. Entah sejak kapan Jevan ada disana. Koridor sedang sepi di jam pejaran berlangsung. Dua siswi tadi baru saja kembali dari kamar mandi.

"K-Kak Jevan!" Mereka setengah histeris seperti melihat idol K-Pop tercinta mereka.

Tapi Jevan seperti biasa, memasang wajah sinis dan dingin, kini ditambah dengan tatapan menusuk yang tidak bersahabat.

"Kalian tadi yang mulai keributan di kantin, kan?"

Pertanyaan Jevan sontak membuat kedua gadis itu melongo dan bingung.

"Gue ingetin, mulai hari ini kalian jangan pernah mengusik Lania dan temannya lagi. Kalo sampe gue dengar dan liat kalian atau siapa pun merundung, mencemooh atau menganggu mereka, gue pastikan kalian ga akan pernah lulus."

Glek!

Dua gadis itu pun seketika pias, mereka tidak menyangka akan mendapatkan ancaman seperti ini oleh orang yang sangat mereka puja.

"Gue ga suka mengulangi kata-kata gue, gue harap kejadian di kantin tadi ga akan keluang lagi. Ngerti?"

Dua gadis itu pun mengangguk takut. Selama ini dimata mereka Javan selain tampan, anak pemilik donatur terbesar pada sekolahan ini, tajir adalah seseorang yang sangat kalem. Mereka benar-benar tertampar dengan kenyataan ini.

Episodes
1 Sparing SMU Pelita.
2 Ingin Hidup Sederhana.
3 Tercuri.
4 Penggemar rahasia.
5 Tipe Idaman.
6 Seperti Patah Hati.
7 Kelabu.
8 Kesempatan Terakhir.
9 Pria Tak Tersentuh Sepanjang Abad.
10 Pertemuan Kembali.
11 Karena Kue Gulung.
12 "Jevan siapa?
13 Tidak Seperti yang Diharapkan.
14 Membenci.
15 Hasil Penyelidikan.
16 Jevan Disidang!
17 Hasil Sidang Cowok Ganteng.
18 Konsultasi Soal Cewek.
19 Pengakuan Jevan.
20 Pegawai Baru yang Lumayan...
21 Merangkai Buket Bunga Spesial.
22 Angin Segar.
23 Bala Bantuan.
24 Batin Lania.
25 Ini cinta, bukan obsesi.
26 Yang Dirasakan Andra.
27 Hasil Penyelidikan Detektif Erfan.
28 Apa yang Akan Kamu Lakukan?
29 Meluapkan Dalam Dekapan.
30 Ibunya Kinara.
31 Rahasia Aruna.
32 Bantuan Jevan untuk Aruna.
33 Pernyataan Perasaan Andra.
34 Kata Hati.
35 Sebuah Kabar Tentang Jevan.
36 Lania Ketiduran.
37 Tidak Rela.
38 Makan Siang Bersama.
39 Meminta Restu.
40 Tulus.
41 Perasaan Aneh
42 Kecemburuan
43 Kesepakatan
44 Senyuman Rindu
45 Makan Siang dan Gombalan.
46 Saat yang tepat
47 Jangan Pergi
48 YES!
49 "Please, berhenti membuatku selalu terpesona."
50 Pertemuan tak terduga.
51 Tidak ada ampun!
52 Tidak bisa tinggal diam!
53 Balas dendam.
54 Kumohon bertahanlah!
55 I miss you!
56 Langit yang cerah.
57 Para Tentara Nyasar.
58 Kejutan Kecil.
59 Yang Lain Ngontrak!
60 Kejujuran diakhir cerita.
61 Dear Readers.
62 Extra Chapter - Bara & Aruna #1
63 Extra Chapter - Bara & Aruna #2
64 Extra Chapter - Bara & Aruna #3
65 Extra Chapter - Bara & Aruna #4
66 Extra Chapter - Bara & Aruna #5
67 Pemberitahuan.
68 Halo Pembacaku
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Sparing SMU Pelita.
2
Ingin Hidup Sederhana.
3
Tercuri.
4
Penggemar rahasia.
5
Tipe Idaman.
6
Seperti Patah Hati.
7
Kelabu.
8
Kesempatan Terakhir.
9
Pria Tak Tersentuh Sepanjang Abad.
10
Pertemuan Kembali.
11
Karena Kue Gulung.
12
"Jevan siapa?
13
Tidak Seperti yang Diharapkan.
14
Membenci.
15
Hasil Penyelidikan.
16
Jevan Disidang!
17
Hasil Sidang Cowok Ganteng.
18
Konsultasi Soal Cewek.
19
Pengakuan Jevan.
20
Pegawai Baru yang Lumayan...
21
Merangkai Buket Bunga Spesial.
22
Angin Segar.
23
Bala Bantuan.
24
Batin Lania.
25
Ini cinta, bukan obsesi.
26
Yang Dirasakan Andra.
27
Hasil Penyelidikan Detektif Erfan.
28
Apa yang Akan Kamu Lakukan?
29
Meluapkan Dalam Dekapan.
30
Ibunya Kinara.
31
Rahasia Aruna.
32
Bantuan Jevan untuk Aruna.
33
Pernyataan Perasaan Andra.
34
Kata Hati.
35
Sebuah Kabar Tentang Jevan.
36
Lania Ketiduran.
37
Tidak Rela.
38
Makan Siang Bersama.
39
Meminta Restu.
40
Tulus.
41
Perasaan Aneh
42
Kecemburuan
43
Kesepakatan
44
Senyuman Rindu
45
Makan Siang dan Gombalan.
46
Saat yang tepat
47
Jangan Pergi
48
YES!
49
"Please, berhenti membuatku selalu terpesona."
50
Pertemuan tak terduga.
51
Tidak ada ampun!
52
Tidak bisa tinggal diam!
53
Balas dendam.
54
Kumohon bertahanlah!
55
I miss you!
56
Langit yang cerah.
57
Para Tentara Nyasar.
58
Kejutan Kecil.
59
Yang Lain Ngontrak!
60
Kejujuran diakhir cerita.
61
Dear Readers.
62
Extra Chapter - Bara & Aruna #1
63
Extra Chapter - Bara & Aruna #2
64
Extra Chapter - Bara & Aruna #3
65
Extra Chapter - Bara & Aruna #4
66
Extra Chapter - Bara & Aruna #5
67
Pemberitahuan.
68
Halo Pembacaku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!