Tercuri.

Jatuh cinta di kantin, 2008.

Lania melipat kedua tangannya di depan dada sambil menunggu pesanan batagor aci dua bungkus miliknya selesai disiapkan oleh Pakde pemilik kios.

"Memangnya yang tadi udah habis?" tanya Pakde, selalu ramah seperti biasa, pada Lania sambil menyerahkan dua bungkus batagor aci yang seketika membuat sebuah senyuman pada wajah jutek tadi mengembang lebar.

"Yang tadi ja-" Jevan hendak menjawab pertanyaan Pakde, tapi Lania langsung memotongnya.

"Yang tadi ada yang minta, aku malah jadi ga kebagian, eh, sekarang malah ada yang traktir." jawab Lania dengan lancar tanpa terkesan sedikit pun berbohong.

"Rejeki anak yang soleha."

"Rejeki Pakde yang soleh juga. Hehehehe."

Deg!

Apa ini?

Jevan menyentuh dadanya, tepat dibagian jantungnya berada dan sedang berdegup sungguh cepat, seperti habis lari berkilo-kilo jauhnya.

"Bisa aja. Ada lagi ga yang mau ditraktirin?" Goda Pakde.

"Engga Pakde, ini aja."

"Ga pake minum? Ntar kalo abis makan seret ga ada minumnya." Bisa aja nih si Pakde ilmu dagangnya.

"Es teh, Pakde." kali ini Jevan yang menjawab.

Setelah selesai di kios Pakde, Lania lebih dulu meninggalkan kantin.

"Tunggu-tunggu," Jevan mengejar.

"Apa?"

"Kenapa lo bohong tadi sama Pakde?"

"Karena kalo saya bilang jujur, nanti Pakde sedih karena makanan dagangannya kebuang sia-sia."

"Tapi, kan, yang penting itu makanan udah lo bayar."

Lania memutar bola matanya, "Kadang ga semua hal tentang uang." jawaban Lania begitu menohok jantung, hati, usus, lambung hingga pankreas Jevan.

Lania berjalan lagi, dan Jevan kembali mengejarnya.

"Lo kelas 10 berapa?"

"Kenapa memangnya?" tanya Lania, mode galak kembali menyala.

"Ga apa-apa, cuma tanya aja."

"Saya ga mau kasih tau, saya ga suka kasih jawaban yang tujuan pertanyaannya ga penting. Makasi untuk bonus es teh nya." Kemudian Lania berlalu, meninggalkan Jevan yang degup jantungnya masih belum bisa ditenangkan.

Lania sedikit mempercepat langkahnya, bukan karena tidak nyaman dengan tatapan-tatapan menusuk dan mencemooh dari cewek-cewek yang dilaluinya, tapi karena dia tahu waktu istirahat tidak lama lagi. Dan ada dua bungkus batagor aci yang harus segera ia lahap.

"Heh, lama amat beli batagor aci doang.... eh baju lo kenapa?" tanya Aruna begitu Lania datang membawa dua bungkus batagor dan segelas plastik es teh yang langsung diberikan pada Aruna.

"Nih, es teh dari pacar halu lo." kata Lania tidak mengindahkan pertanyaan Aruna yang bingung melihat seragam Lania.

"Hah? Siapa?"

"Kak Jepaann!" Lania menirukan gaya fanbase nya Jevan yang histeris.

"Jepan? Eh, Kak Jevan maksud lo?"

Lania mengangguk malas dan mulai menyantap batagornya dengan nikmat.

"Kok bisa?!" Otomatis Aruna pasti langsung histeris, Lania sudah mengantisipasinya dengan langsung menyumpal mulut Aruna dengan sepotong besar batagor.

"Itu juga dari Jepan."

"Aaaa.... kok isa?" Aruna kesulitan untuk bertanya karena batagor besar di dalam mulutnya.

"Nih, baju gue jadi gini juga gara-gara dia."

"Kok-"

"Makan dulu, makan! Gue abis emosi, nih, jadi laper banget. Nanti gue ceritain pulang sekolah."

***

Keesokkan harinya kabar Jevan mentarktir Lania pun sampai ke telinga Sheryl dan kawan-kawan pemandu sorak yang sudah bukan rahasia lagi kalau ketua pemandu sorak itu sudah mengejar Jevan sejak mereka masih kelas 10. Dan tidak pernah sekali pun Jevan menganggap Sheryl lebih dari sekedar kenal saja. Tentu saja kabar itu membuat kuping, hati, jiwa dan raga Sheryl jadi panas.

Bagaimana tidak panas, dirinya yang sudah hampir tiga tahun mengejar Jevan belum pernah sama sekali ditraktir, oh jangankan ditraktir, Jevan tersenyum padanya atau menerima pemberian cokelat valentine darinya saja tidak pernah. Cokelat itu pasti akan diberikan lagi pada Mario atau Gio.

Tapi ini, anak kelas 10 bisa-bisanya sampai membuat Jevan mentraktirnya? Sheryl tentu saja tiak tinggal diam. Dia bersama genk langsing dan cantiknya itu menemukan Lania dan Aruna yang baru saja keluar dari perpustakaan. Sheryl dan lima orang cewek lainnya segera menghadang jalan Lania dan Aruna.

"Ada apa, ya?" tanya Lania, yang cueknya sudah tingkat akut, sama sekali tidak ada takut melihat enam orang kakak kelas dengan wajah vampir yang seolah siap menghisap darahnya sampai kering. Sementara Aruna sudah beringsut di belakang Lania.

"Mana yang namanya Latina?" tanya Sheryl galak.

"Lania." Bisik salah satu anggota genknya mengkoreksi Sheryl.

"Whatever!" Tukas Sheryl. "Yang mana orangnya?"

"Saya bukan Latina, dia juga bukan Latina. Kakak salah orang." jawab Lania sambil menunjuk dirinya dan Aruna.

"Ga usah kurang ajar, ya, lo!"

"Siapa yang kurang ajar?" tanya Lania. Tidak seperti Aruna yang sudah ketakutan, Lania tetap saja menampilkan ekspresi lempeng. "Kakak cari yang namanya Latina, kan? Nah, saya dan teman saya ini bukan orang yang namanya Kakak sebut tadi."

Anggota genk yang tadi mengkoreksi Sheryl pun mencolek pinggang belakang Sheryl.

"Oke! Gue cari yang namanya Lania. Siapa diantara kalian yang namanya Lania?" Akhirnya Sheryl mengoreksi, walaupun tetap dengan gaya Kakak kelas yang galak.

"Saya." jawab Lania tanpa ragu.

"Sudah gue duga, lo orangnya!"

Lania menaikkan kedua alis matanya. "Terus?"

"Denger, ya, lo jadi anak kelas 10 ga usah keganjenan, ga usah sok cantik, ga usah cari perhatian sama Jevan. Jevan itu udah punya gue! Lagi pula lo itu bukan tipenya Jevan, cewek kampungan, ceking, apa lagi ini, rambut lo kemerahan gini juga pasti kebanyakan di bawah matahari, kan, lo. Cih, jadi ga usah sok-sok-an deh mau ngedeketin Jevan segala."

"Lo liat di jidatnya Jevan ada tanda atau cap, ga, sih?" Lania bertanya santai pada Aruna. Takut-takut Aruna menggeleng. "Nah, ga ada, kan?"

"Heh, jangan kurang-"

"Kakak bilang tadi saya bukan tipenya dia? Bagus, dia juga bukan tipe saya. Saya sukanya sama cowok pesantren."

"Songong banget nih anak." Celetuk salah satu anggota genk di belakang Sheryl.

"Ga usah sok ga suka sama Jevan deh lo." Celetuk yang lain. Celetukkan yang justru mengundang tawa hambar dari bibir Lania.

"Ini gimana, sih, saya ditraktir tapi malah dikatain keganjenan lah, sok kecantikan lah, cari perhatian lah. Saya kasih tau kalo saya ga suka, malah dicibir. Maunya apa sih Kakak-Kakak ini?"

Sheryl ingin membalas perkataan adik kelas yang sangat berani tapi juga sangat benar kata-katanya itu. Harusnya dia lega karena ternyata Lania bukan saingannya. Dia hanya bisa mengepalkan tangan dan menghujani Lania dengan tatapan setajam pisau pencukur alis.

"Aiish, itu sebabnya gue ga pernah tertarik sama cowok-cowok populer dari dulu." kata Lania pada Aruna.

Anggota genk yang lain pun ikut speechless. Ingin membalas Lania lagi, tapi mereka sudah kepentok sendiri.

"Gini ya, Kak. Kalo Kakak cemburu sama saya, Kakak salah orang. Kalo Kakak mau ngelabrak orang, labrak tuh mereka yang diem-diem motoin gebetan Kakak, kirim cokelat, surat cinta, hadiah dan macem-macem dah. Atau Kakak bisa aja langsung ngomong ke pujaan hati Kakak, kalo Kakak ga suka dia deket-deket cewek lain. Simple, kan? Itu juga kalo Kakak dianggap, ya."

"Heh, kurang ajar banget lo!" Bentak salah satu anggota gank.

"Lho memangnya saya salah? Udah bukan rahasia lagi kalo Kakak ngejar-ngejar tapi ga direspon."

Malu, kan!

Wajah Sheryl memerah, menahan malu juga marah. Ingin rasanya menampar pipi adik kelas yang begitu berani padanya, tapi apa boleh buat, omongannya sangat benar. Hatinya hanya bertepuk sebelah tangan.

Karena tidak ada respon lagi dari ketua dan anggota gank tersebut, Lania dan Aruna pun akhirnya pergi dari kepungan enam gadis populer itu, yang akhirnya mereka jadi merasa malu sendiri.

Dari tempat mereka tadi, tidak ada satu pun orang yang menyadari tiga pasang mata memperhatikan enam lawan dua di depan perpustakaan tadi. Mario dan Gio sebenarnya sudah ingin menghampiri dan melerai, mereka tahu kalau rumor itu pasti sudah sampai ke Sheryl dan benar saja Sheryl dan genknya tidak menyia-nyiakan waktu untuk melabrak anak kelas 10 itu, ditambah satu dari anak kelas sepuluh itu kelihatan sangat ketakutan. Tapi Jevan menahan Mario dan Gio.

"Itu anak kelas sepuluh bisa habis sama Sheryl dkk, Jev, kita harus tolongin." kata Mario.

"Tunggu dulu, gue punya firasat, dia bisa melawan." jawab Jevan.

"Dia siapa?"

"Dia yang mana?"

Tapi Jevan tidak memberikan jawaban pada kedua sahabatnya. Biar hatinya saja yang tahu, kalau hatinya sudah tercuri oleh seseorang.

Episodes
1 Sparing SMU Pelita.
2 Ingin Hidup Sederhana.
3 Tercuri.
4 Penggemar rahasia.
5 Tipe Idaman.
6 Seperti Patah Hati.
7 Kelabu.
8 Kesempatan Terakhir.
9 Pria Tak Tersentuh Sepanjang Abad.
10 Pertemuan Kembali.
11 Karena Kue Gulung.
12 "Jevan siapa?
13 Tidak Seperti yang Diharapkan.
14 Membenci.
15 Hasil Penyelidikan.
16 Jevan Disidang!
17 Hasil Sidang Cowok Ganteng.
18 Konsultasi Soal Cewek.
19 Pengakuan Jevan.
20 Pegawai Baru yang Lumayan...
21 Merangkai Buket Bunga Spesial.
22 Angin Segar.
23 Bala Bantuan.
24 Batin Lania.
25 Ini cinta, bukan obsesi.
26 Yang Dirasakan Andra.
27 Hasil Penyelidikan Detektif Erfan.
28 Apa yang Akan Kamu Lakukan?
29 Meluapkan Dalam Dekapan.
30 Ibunya Kinara.
31 Rahasia Aruna.
32 Bantuan Jevan untuk Aruna.
33 Pernyataan Perasaan Andra.
34 Kata Hati.
35 Sebuah Kabar Tentang Jevan.
36 Lania Ketiduran.
37 Tidak Rela.
38 Makan Siang Bersama.
39 Meminta Restu.
40 Tulus.
41 Perasaan Aneh
42 Kecemburuan
43 Kesepakatan
44 Senyuman Rindu
45 Makan Siang dan Gombalan.
46 Saat yang tepat
47 Jangan Pergi
48 YES!
49 "Please, berhenti membuatku selalu terpesona."
50 Pertemuan tak terduga.
51 Tidak ada ampun!
52 Tidak bisa tinggal diam!
53 Balas dendam.
54 Kumohon bertahanlah!
55 I miss you!
56 Langit yang cerah.
57 Para Tentara Nyasar.
58 Kejutan Kecil.
59 Yang Lain Ngontrak!
60 Kejujuran diakhir cerita.
61 Dear Readers.
62 Extra Chapter - Bara & Aruna #1
63 Extra Chapter - Bara & Aruna #2
64 Extra Chapter - Bara & Aruna #3
65 Extra Chapter - Bara & Aruna #4
66 Extra Chapter - Bara & Aruna #5
67 Pemberitahuan.
68 Halo Pembacaku
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Sparing SMU Pelita.
2
Ingin Hidup Sederhana.
3
Tercuri.
4
Penggemar rahasia.
5
Tipe Idaman.
6
Seperti Patah Hati.
7
Kelabu.
8
Kesempatan Terakhir.
9
Pria Tak Tersentuh Sepanjang Abad.
10
Pertemuan Kembali.
11
Karena Kue Gulung.
12
"Jevan siapa?
13
Tidak Seperti yang Diharapkan.
14
Membenci.
15
Hasil Penyelidikan.
16
Jevan Disidang!
17
Hasil Sidang Cowok Ganteng.
18
Konsultasi Soal Cewek.
19
Pengakuan Jevan.
20
Pegawai Baru yang Lumayan...
21
Merangkai Buket Bunga Spesial.
22
Angin Segar.
23
Bala Bantuan.
24
Batin Lania.
25
Ini cinta, bukan obsesi.
26
Yang Dirasakan Andra.
27
Hasil Penyelidikan Detektif Erfan.
28
Apa yang Akan Kamu Lakukan?
29
Meluapkan Dalam Dekapan.
30
Ibunya Kinara.
31
Rahasia Aruna.
32
Bantuan Jevan untuk Aruna.
33
Pernyataan Perasaan Andra.
34
Kata Hati.
35
Sebuah Kabar Tentang Jevan.
36
Lania Ketiduran.
37
Tidak Rela.
38
Makan Siang Bersama.
39
Meminta Restu.
40
Tulus.
41
Perasaan Aneh
42
Kecemburuan
43
Kesepakatan
44
Senyuman Rindu
45
Makan Siang dan Gombalan.
46
Saat yang tepat
47
Jangan Pergi
48
YES!
49
"Please, berhenti membuatku selalu terpesona."
50
Pertemuan tak terduga.
51
Tidak ada ampun!
52
Tidak bisa tinggal diam!
53
Balas dendam.
54
Kumohon bertahanlah!
55
I miss you!
56
Langit yang cerah.
57
Para Tentara Nyasar.
58
Kejutan Kecil.
59
Yang Lain Ngontrak!
60
Kejujuran diakhir cerita.
61
Dear Readers.
62
Extra Chapter - Bara & Aruna #1
63
Extra Chapter - Bara & Aruna #2
64
Extra Chapter - Bara & Aruna #3
65
Extra Chapter - Bara & Aruna #4
66
Extra Chapter - Bara & Aruna #5
67
Pemberitahuan.
68
Halo Pembacaku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!