Waktu begitu cepat berlalu, tak terasa aku dan mas Bram sudah 2 bulan pacaran, kurang lebih kami hanya 3 bulan untuk saling mengenal satu sama lain.
Ting Nung..... suara bel rumahku berbunyi, aku menyuruh adikku Riki untuk membukanya karena aku sedang memasak di dapur.
saat ku tahu Riki sudah membukanya, aku heran karena suasana menjadi hening seketika padahal sebelumnya ada Ayah dan Ibuku yang sedang menonton tv namun tv nya sudah mati sekarang. Orang-orang dirumah itu pun pergi entah kemana .
bukannya tadi ada yang datang ya? kenapa rumah jadi sepi seperti kuburan begini , gumamku.
"Will you marry me?"
jleb....
Terdengar suara yang aku kenal mengucapkan kata-kata itu, namun aku tidak menggubrisnya
"hah? apa itu tadi? seperti suara mas Bram, masa iya ngajak nikah? astaga parah gue nih ilusinya kejauhan" ucapku dengan diriku sendiri, lalu aku lanjut masak lagi.
"hei berbalik lah" ucap lelaki itu.
Akupun langsung membalikkan badanku, betapa kagetnya aku sampai mulutku menganga dengan mata melotot saat melihat mas Bram sedang berjongkok dengan menunjukkan cincin dan kotaknya yang terbuka mengarahkan kepadaku.
"terima terima terima" sahut Riki dan Rina dari arah samping membuat wajahku seperti memakai blush on.
"hei apa yang mas lakukan? ini serius? gue gak lagi mimpi kan?" tanyaku
"benar sayang, ini serius" jawabnya singkat.
"mas yakin? kita kan baru kenal?" tanyaku untuk lebih memastikan lagi
"yakin Raina, lama atau barunya perkenalan itu tidak menentukan nasib kedepannya, asalkan keduanya saling suka dan percaya. jadi bagaimana? apakah kamu mau jadi istri mas?" jawabnya tegas
"i..iya, gue mau.." jawabku terbata-bata .
mas Bram langsung memakaikan cincin tersebut padaku, dan sontak membuat semuanya bertepuk tangan kepada kami termasuk ayah dan ibuku.
****
ddrrtttdddd dddrrrrttddd
*kak Mira*
"halo kak, bagaimana kabar loe?" tanyaku girang
"wahhh parah loe, baru kenal udah mau nikah aja, gercep kalian ya" celoteh kak Mira
"udah ah, malah ngejek huh" sahutku.
"parah loe dek, baru ngasih tau gue, kan gue yang kenalin kenapa gue dapat kabarnya sehari sebelum nikah? loe sebenarnya nganggap gue gak sih?" ucap kak Mira dengan kesalnya.
"hahahaha maaf kakak gue tersayang, tapi ini dadakan kak, loe datang ya besok, see you " ucapku
"oke lah kalau gitu, loe istirahatlah, jangan bergadang , dengar?" ucapnya ketus.
"siap bos hahaha" sahutku
*****
Pagi ini aku bangun lebih awal karena merupakan hari yang sangat ku tunggu selama 28 tahun. Aku juga sama dengan yang lainnya, memimpikan sebuah pernikahan walaupun aku tahu dulunya aku selalu bermain-main dengan cinta.
Namun aku sudah merubah segala pemikiran ku itu sejak aku mengenalnya, ya... dia adalah Bram Wijaya.
Lelaki yang sangat berbeda dengan orang-orang yang pernah masuk ke hatiku terdahulu, bahkan termasuk dengan kasta nya.
Namun entah kenapa pilihan ini jatuh padanya, jodoh itu unik, dan Tuhan sudah mengatur segalanya.
Setelah aku membuka pintu kamarku, kupandangi setiap dekorasi yang ada, lalu aku tersenyum karena aku masih merasa mimpi saat ini aku akan menikah.
"maaf mbak, apa sudah bisa di make up?" tanya MUA yang menghampiriku dari belakang
"oh iya mbak, sudah kok" ucapku.
Ternyata bukan waktu yang sebentar untuk berdandan bak bidadari , pikirku. Hingga akhirnya aku tertidur dikursi kerajaanku.
"mbak... mbak.... sudah selesai mbak.." panggil MUA nya yang berusaha membanguniku.
Perlahan aku membuka mataku, dan aku melirik kekaca, "hiyaaaaaaaaaaa" teriakku yang bergema sampai membuat ibuku menghampiriku.
"ada apa nak?" tanya ibuku, begitu pula dengan MUA nya yang takut melakukan kesalahan "kenapa mbak? ada yang salah? atau gimana?"
"mamaaah, apa benar ini aku? ya maksudnya ini anakmu Raina Amelia??? serius mah? atau kacanya rusak ya mah?" tanyaku dengan polosnya
ibuku cekikikan melihatku yang tingkahnya seperti orang gila "hahahah memangnya kenapa nak? apa kau merasa wajahmu seperti hantu?" tanya ibuku.
"bukan, aku merasa seperti bidadari hahahah ya aku seperti artis, astaga cantik sekali diriku ini hahahhaha " ucapku yang kegelian karena telah memuji diriku sendiri.
"astaga mbak kirain kenapa, yasudah saya keluar dulu ya mbak, silahkan bajunya dipakai dulu" ucap MUA yang beranjak pergi dengan menggelengkan kepalanya.
hah kenapa dia? akukan hanya bertanya, gumamku.
Tak lama kemudian aku keluar dengan pakaian yang sudah siap, ternyata diluar sudah ada mas Bram dan keluarganya.
Akhirnya tanpa menunggu lama langsung saja masuk ke acara inti hari ini, yaitu menuju SAH.
pak penghulu pun mengambil mic dan mengucapkan salam , kemudian ia berdoa sebelum ijab Qabul terlaksana..
"saudara Bram, apa benar disamping anda adalah saudari Raina yang akan menjadi calon istri anda?" tanya pak penghulu setelah membacakan doa.
"benar pak" ucapnya tegas
"saudari Raina, bagaimana dengan anda? apakah disebelah anda tersebut adalah calon suami anda?"
aku pun mengangguk pelan karena malu "iya pak benar" ucapku.
"baiklah, kita akan mengucapkan ijab Qabul, silahkan pak ikutin saya dulu untuk latihan" pinta penghulu kepada ayahku.
Ayahpun langsung berlatih ijab Qabul sebanyak tiga kali, dan ketika sudah siap tangan kanan ayah pun dimajukannya kedepan, agar disambut oleh mas Bram untuk di genggam.
"Saudara Bram Wijaya, saya nikahkan dan kawinkan engkau kepada anak kandung saya bernama Raina Amelia dengan mas kawin 20gram emas tunaaaiiiiiiii"
"saya terima nikah dan kawinnya Raina Amelia dengan mas kawin tersebut tunaaaiii"
"bagaimana para saksi? sah?" tanya penghulunya..
SAHHHHH
SAHHHHH
dan semuanya bersorak SAAAAAHHHHHH
ALHAMDULILLAH...
Aku tak menyangka saat ini aku sudah menjadi seorang istri, ketika Saksi bilang SAH , maka sah pula aku menjadi miliknya seutuhnya, sah pula bahwa aku harus menomorsatukan hormatku padanya dibanding kedua orangtuaku. Sah pula bahwa kemana-mana aku harus melapor padanya dan bukan kepada orangtuaku.
Tak lupa pula kami saling menukar cincin, tanda tangan surat dan kemudian ada sesi foto
setelah itu aku dan mas Bram bersalaman dengan kedua orangtua kami..
Terlihat ayah dan ibu kami sudah duduk berjejeran di sebelah pojok kanan.
Aku dan mas Bram langsung menghampiri mereka dan mencium tangan mereka.
Tak Terasa air mataku mengalir tanpa pamit saat aku mendengar ayahku berbisik kepada mas Bram "tolong jagain anakku, jangan sakiti dia"
Aku tak menyangka ayahku dapat berkata demikian, aku juga baru menyadari bahwa begitu takutnya seorang ayah ketika melihat anaknya menikah.
Lalu acara sesi foto dengan tamu undangan. Aku sengaja tidak mengundang mantan-mantanku karena aku takut terjadi yang tidak diinginkan, entahlah kalau mas Bram.
Pagi berganti, dan kini telah malam hari, akhirnya Rania pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri nya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments