Bab 1

"ayo dimakan" ucap mas Bram

"i..iya mas" jawabku..

Saat aku selesai makan, aku sibuk dengan ponselku karena aku terlalu gugup melihatnya.

Tiba-tiba saja dia datang kehadapanku dan berjongkok tepat di depanku dengan menyerahkan bunga mawar yang sedang ia pegang

"Raina, mungkin ini terlalu cepat bahkan kita baru berjumpa untuk pertama kalinya, tapi aku sudah memantapkan hatiku dan tak ingin berlama-lama lagi. aku serius padamu. Mau kah kau menjadi kekasihku?"

jedeeeerrrrrrrrr

Rasanya hatiku seperti ingin meledak, ini kali pertamanya aku diperlakukan seperti ini .

Aku mengambil bunga tersebut sambil tersenyum padanya "iya mas, aku mau"

Bram langsung duduk kembali di bangku nya sambil tersenyum bahagia karena saat ini, detik ini , aku telah menjadi pacarnya.

"mas aku heran deh, tuh bunga dari mana asalnya? perasaan dari tadi mas gak pegang bunga deh" tanyaku karena heran.

Bram tersenyum padaku "mas menyimpannya tepat di belakang kursi mas" jawabnya.

astaga, sweet banget ni orang, gue pacaran terus tapi ga pernah diginiin, gumamku.

karena memang kami baru berjumpa dan langsung pacaran, suasana pun kembali hening dan kami sangat canggung saat ini.

Hari pun kian semakin larut, akhirnya aku diantar olehnya dengan menggunakan motornya.

Sesampai dirumah, ibu dan bapakku menyambut Bram dengan sangat manis sekali, aku sampai bingung anak mereka yang mana namun aku tak akan mempermasalahkannya .

Aku turun dari motornya, lalu ku ajak dia masuk.

ceklek,

"mah...pah... Raina pulang!!!!" ucapku

benar saja, ibu dan bapakku sudah menunggu kami di ruang tv tepat ruangannya itu setelah aku buka pintu.

"hei kalian sudah pulang, ayo duduk dulu nak " ucap ibuku

"hah pas banget, nak Bram temanin bapak main catur dulu ya" ucap bapakku..

"ta... tapi pah, hari sudah malam, apa tidak sebaiknya mas Bram pulang saja?" ucapku terbata-bata, karena aku tahu jika bapakku sudah ngajak main catur itu akan memakan waktu yang lama sementara jam sudah pukul sepuluh malam.

"rai, jika kau lelah kau bisa istirahat dikamarmu, bukan begitu nak Bram?" ucap bapakku

"i..iya....pak... iya Rai kamu istirahatlah, mas mau nemenin bapak main catur, setelah itu mas pulang"

Aku merasakan gelagat bapak dan ibuku itu sangat aneh ingin sekali aku ikut berkumpul di tengah mereka, namun aku sepertinya sudah merasakan lelah sekali hari ini.

Aku pun meninggalkan mereka dan masuk ke dalam kamarku, lalu aku ambil handuk dan pergi ke kamar mandi yang berada di dalam kamarku. langsung saja ku hidupkan shower dan aku berendam dengan memakai air panas sebentar.

"huahhh segar" ucapku setelah berendam.

aku pun memakai piyama dan berbaring di atas tempat tidurku.

Tak terasa aku tertidur sebentar.

Bram POV_

Aku bahagia karena aku dan Raina sudah resmi menjadi sepasang kekasih, aku mengantarkannya pulang setelah kami dinner tadi.

degggggg

sungguh jantungku berdegup kencang karena aku akan bertemu dengan orangtua nya setelah kami pacaran, ini kali keduanya aku bertemu orangtua Raina.

Pertemuan pertama kami adalah saat aku menjemputnya tadi, perasaanku masih biasa saja saat bertemu dengan orangtuanya.

Namun entah kenapa saat ini jantungku tak terkondisikan lagi, entah apa yang akan terjadi nanti.

Akhirnya sampailah di depan rumahnya, Raina turun dari motorku, dan ia menawarkan ku untuk masuk ke dalam rumahnya.

Saat itu, aku ingin sekali menolak ajakannya, namun aku tak mungkin melakukan itu.

Setelah pintu dibuka, tiba-tiba aku dihampiri oleh orangtua nya.

Tak lupa pula aku langsung mencium punggung tangan kedua orangtuanya.

Ayah nya mengajakku main catur malam itu, aku pun langsung menerima ajakan itu, sementara Raina entah apa yang dilakukannya di kamarnya, mungkin saja ia sedang tidur saat ini.

Tampak dari dapur ku melihat ibu Raina mendatangi kami dengan membawakan dua gelas kopi dan beberapa Snack.

"ini cemilannya" ucap ibu Raina

"terimakasih Bu" ucapku.

lalu ibu Raina meninggalkan kami berdua di ruangan itu, suasana semakin tegang rasaku .

Bagaimana tidak? saat ini aku dihadapkan dengan orangtua dari orang yang aku sayangi.

"nak, ada yang ingin bapak tanyakan" tanya ayah Raina di sela permainan, sontak membuatku terkejut saat ini .

"i...iya pak, ada apa?"

"apa kau benar-benar serius dengan anak saya?"

"iya pak insya Allah saya serius" jawabku dengan tegas.

Ayah Raina menepuk bahuku "nak, kumohon jangan kau sakiti anakku ya.."

"iya pak, insya Allah saya tidak akan pernah menyakiti anak bapak"

"lantas, kapan kalian akan menikah?"

"secepatnya pak, karena saya juga tak ingin berlama-lama"

"bagus, saya tunggu janji kamu nak Bram"

aku menganggukkan kepala.

"nak, Raina itu orangnya keras kepala, namun dia sangat baik. prinsipnya dari dulu adalah jika ada orang yang baik padanya maka dia lebih baik lagi, dan dia sangat murka saat orang jahat padanya. saya harap kamu mengerti maksud saya ini"

...oh jadi seperti itu sifatnya, hmm baiklah. batinku....

"nak Bram? halo? apa kau mendengarku?" teriak ayah Raina .

Tiba-tiba lamunanku menjadi buyar lantaran aku melihat tangan bapak Raina melambai ke arahku sambil berteriak .

"eh iya pak saya dengar" ucapku singkat.

Raina POV_

"astaga aku ketiduran" ucapku yang tersadar jika masih ada Bram diluar.

Aku langsung berlari keluar untuk melihat apakah Bram masih ada diluar atau sudah pulang.

Aku dikagetkan karena melihat dua orang laki-laki masih asik dengan caturnya, seketika mataku melotot dan melihat jam, benar saja sekarang sudah jam 1 malam.

"pah, mas...." teriakku.

Kedua lelaki itu spontan melihatku

"kenapa kau berteriak nak? apa kau tidak tahu ini tengah malam?" tanya Ayah ku

"papah, harusnya aku yang bertanya, apa papa dan mas Bram tidak tahu ini sudah tengah malam?" tanyaku lagi.

"hmm bener juga, ya sudah nak Bram sebaiknya kau pulanglah, keasikan main jadi lupa waktu hehehe" ucap ayahku.

Lalu mas Bram mengambil barang-barang nya seperti helm, jaket, dompet, dan lainnya.

Tak lupa pula ia mencium tangan ayahku, tapi ia tidak berpamitan dengan ibuku karena ibu sudah tertidur dikamarnya.

Aku mengantarkannya ke depan gerbang, dan menunggunya sampai punggungnya sudah tak terlihat lagi.

"oihhhhh, ada yang bahagia ternyata, ehmm" goda ayahku yang melihatku hampir masuk ke kamar

aku pun langsung mendatangi ayahku " hmmm papaaahhh!!!"

wajahku merah merona padahal aku sedang tidak pakai blush on saat itu.

"nak, jika kau sudah yakin dengannya maka menikahlah, tak perlu berlama-lama karena umurmu juga sudah matang ,bukan?" ucap ayahku sambil memelukku.

"papah bosan ya melihatku yang sudah berumur ini masih berada di rumah seorang diri?" tanyaku dengan pelan.

"nak, papa bukan bosan karena melihatmu masih tinggal disini, tapi papa juga menginginkan suara bayi dirumah ini, kau mengerti?" goda ayahku.

"ah papa mah gak asik" ucapku sambil berlari ke kamar karena aku sudah tak bisa lagi menyembunyikan wajahku yang sudah malu ini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!