"Kak, makasih ya udah nolongin aku tadi. Kalo gak ad kakak, entah jadiny aku gimana. Si Riko kalau sudah marah memang susah dikendalikan" Keenar memulai pembicaraan
"Itu tadi pacar kamu? kok bisa kasar gitu? memang selama ini seperti itu atau gimana?" cecarku antara kepo dan tak habis pikir kok ada laki-laki kasar seperti itu.
" iya kak, aku cerita boleh kak? mungkin aku butuh pendapat kakak dan capek kalau kupendam sendiri" pintanya
Aku hanya mengangguk, ini yang kutunggu. Buat dia nyaman dulu dengan mau curhat tentang masalahnya. Umpan sudah dilirik sepertinya. Tinggal menunggu untuk dimakan, lalu sat set sat set langsung ambil hatinya. Aku tersenyum dalam hati.
"Aku pacaran sama Riko udah 2 tahun kak, awal pacaran Riko memperlakukan aku sangat manis, persis orang-orang pacaran pada umummnya" Keenar memulai ceritanya.
"sampai 3 bulan setelahnya, Perlakuan Riko mulai berubah. Sifat aslinya mulai terlihat. Dia mudah sekali marah, sangat pencemburu dan yang paling parah, ringan tangan. Aku bukan gak mau putus dari Riko, sudah berkali-kali aku minta putus. Tapi itu malah semakin memancing amarahnya, dan selalu mengancamku." lanjutnya
"Mengancam bagaimana?" sela ku
"Dia mengancam akan memperkosaku jika aku terus saja minta putus. Jelas aku takut kak, karena aku tahu Riko tidak pernah main-main dengan ucapannya. "terang Keenar
Aku jelas terbengong-bengong mendengarnya. Ada ya laki-laki seperti itu. Apa yang ada dipikirannya?
"Tadi itu sampai seperti itu karena apa?" tanyaku kepo
"itu karena tadi dia melihat ponselku dan membaca chatku. Ada chat dari Wira, teman satu angkatanku yang menanyakan aku dimana, karena kami ada janji kerja kelompok. Ada tugas dari dosen yang harus dipresentasikan besok. Kami dapat kelompok pertama yang pastinya harus mempersiapkan dengan sebaik-baiknya. Aku sudah menjelaskanya panjang lebar, tapi dia tidak percaya dan masih menuduhku macam-macam. Sampai akhirnya dia menamparku tadi" ceritanya sampai hampir menangis lagi.
"Setiap marah apa selalu memukul seperti itu?" geramku
"iya kak, tidak hanya memukul tapi kadang mencekik dan menendangku" jawabnya sambil terisak
"Yang benar saja, terus kamu diam saja???" teriakku tanpa sadar
Keenar kaget mendengarku teriak, pengunjung cafe yang mulai berdatangan dan karyawan cafe juga sampai melihatku. Si Dewa semakin Kepo, terlihat dari tatapannya.
"Eh maaf aku terbawa suasana" ujarku sambil tersenyum malu.
"iya kak, gak apa-apa. Siapapun pasti kaget kalau mendengar ceritaku. Tapi aku gak pernah cerita ke siapapun, didepan orang dia pandi bersandiwara seolah-olah kami pasangan paling romantis" ujarnya sambil tersenyum sinis.
Oh baru ku ingat, aku pernah melihat mereka makan di cafe, saling menggenggam tangan, bertatap-tatapan dan terlihat mesra seperti pasangan-pasangan normal lain. Aku sudah cemburu padahal itu hanya kamuflase. Aku merutuki diriku sendiri.
"Baru ke kakak aku cerita. Padahal aku baru kenal kakak tapi gak tahu kenapa aku merasa nyaman cerita sama kakak" lanjutnya sambil mengaduk-aduk es jeruknya.
Yiiaaakkk umpan sudah dimakan gaes, mari kita lanjutkan permainan kita. kekehku dalam hati.
"jadi selama ini semua kamu pendam sendiri? teman-temanmu pun tidak tahu?" tanyaku
Keenar menggelengkan kepalanya.
"Enggak kak, Riko melarangku berteman akrab dengan yang lainnya, dia selalu mengecek ponselku. uuuhhmm maaf kak, kalau aku gak pernh balas pesan kakak, karena langsung ku hapus. Riko tidak akan memaafkan jika ada laki-laki lain yang berani mengirim pesan padaku" jelasnya dan langsung membuatku malu
"eh itu yaa.. uuhhmm maaf aku hanya ingin berteman denganmu, maaf kalau ternyata aku mengganggu ya?" ucapku malu sambil menggaruk kepalaku.
Aduh, aku sudah berprasangka buruk padanya, menuduh macam-macam tanpa tahu alasanya.
" Eh itu spaghagettinya dimakan dulu, udah dingin ditinggal cerita" ujarku mengalihkan pembicaraan karena malu padanya.
"Jadi sekarang apa rencana kamu?" tanyaku
"Belum tahu kak, mungkin mau menenangkan diri dulu dan menghindar dari Riko"
"Kenapa gak putus aja? sama sekali gak sehat loh hubungan kalian ini" ujarku seperti konsultan pacaran.
"Dari dulu aku pengen putus kak, tapi gak bisa. Riko selalu mengancamku" ucapnya dengan ekspresi ketakutan.
"Kenapa gak lapor polisi aja? kan bisa visum jadi ada bukti kekerasan"
"Rumit kak, lapor polisi malah bikin orang tuaku tahu dan pastinya akan sedih. Aku gak sanggup bayangin kalo sampe orang tuaku tahu" jelasnya
Rumit juga rupanya.
"Yuk kak, udah sore. Aku harus pulang" ajaknya
"Ok, aku ke kasir dulu. Kamu tunggu di motor ya?" titahku
"Oey anak orang lu apain sampe nangis gitu?' tanya Dewa kepo saat aku di kasir.
"Udah gw bilang gak gw apa-apain. Kapan-kapan gw ceritain, tapi gak sekarang. Ngeyel amat" jawabku kesal sambil berlalu dari hadapannya.
" Woy, kurang goceng ini" teriak Dewa
"ngebon dulu" jawabku dari depan pintu
"ngebon, lu kira di warteg bisa ngebon, untung temen deket" sungut Dewa
"Wah bang, disini bisa ngebon? mau dong bang ikutan ngebon kalo gitu" pinta pengunjung berkacamata didekatku.
"Enak aja, kagak ada ngebon-ngebonan. Hiroshima hancur karena BOM, cafe gw bisa hancur karena BON" ujarku kesal
"Kenapa jadi nyasar ke Hiroshima bang" ujarnya bingung
"Suka-suka gw" sungutku sambil memberikan kembalian padanya.
Sementara itu di luar cafe
"Langsung pulang kan" tanyaku
"Iya kak, nanti dicari mama" jawabnya sambil membetulkan helmnya.
Selama diperjalanan, aku dan Keenar sama sekali tidak bicara satu sama lain. Kami diam saja sampai depan rumahnya.
"Makasih ya kak, udah bantuin aku tadi. Juga dengerin cerita aku, udah agak lega aku sekarang" ucapnya sambil tersenyum. Lagi-lagi aku terpesona dengan senyumnya.
"Iya, sama-sama. Syukur deh kalo kamu udah lega, kapanpun kamu butuh temen cerita, aku siap dengerin. Mulai sekarang kita teman ya?" ujarku sambil mengacungkan jari kelingking.
"Ahahaha siap kak" ucapnya sambil menautkan kelingkingnya dengan kelingkingku.
"Mampir dulu kak, ada mama kayaknya di dalem" tawarnya
"Langsung aja deh, udah sore juga. Salam aja ya buat mama, kapan-kapan aku mampir kalau waktunya udah pas" Tolakku dengan halus juga sedikit modus.
" Yaudah kalau gitu, aku masuk ya kak. Sampai ketemu besok" Pamitnya
Aku mengangguk dan melajukan motorku. Tanpa aku sadari ternyata ada yang memperhatikan kami. Siapa lagi kalau bukan Riko. Dia memandang interaksi kami dengan pandangan marah dan penuh dendam.
"Awas kau Keenar, kau tidak akan bisa lepas dariku begitu saja" gumamnya penuh dendam.
Haaaiiii Hollaaaa pembaca-pembaca sekaliaaaan. Ikutin terus kisah Keenar dan Raihan yaaaa.. dan Author minta dukunganya doonkk biar lebih semangat lagi.😍😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments