BAB 2

RAIHAN

Aku tahu kalau aku bersalah padanya. Namun apa yang harus kulakukan sekarang? Aku tak bisa meninggalkannya karena dia mengandung anakku, tapi aku juga tak mungkin melepaskan Hera, wanita masa laluku sekaligus cinta pertamaku.

Sudah lama aku melupakan Hera, sejak dirinya memutuskan untuk kuliah di luar provinsi. Aku yang tak bisa menjalani hubungan jarak jauh akhirnya dengan berat hati melepaskannya.

Bertahun-tahun aku tak bertemu dengannya. berkali-kali pula aku berganti pacar, sampai suatu ketika aku bertemu dengan Keenar. Gadis cantik yang memiliki senyum yang menawan dan memiliki mata yang indah, Apalagi saat melihatnya tertawa, renyah sekali dan sangat menggemaskan.

Beberapa kali aku menyapanya lewat chat, berharap bisa mengobrol sesaat dengnnya. Namun, ternyata tak ada satupun chatku yang terbalas. Sombong sekali ternyata dia, pikirku.

Saat bertemu lagi dengannya di kampus, aku berpura-pura tidak melihatnya. Malas sekali kalau mengingat betapa sombongnya dia. sampai suatu ketika, aku tahu kalau bukan hanya aku yang menyukainya, ada beberapa laki-laki yang berusaha merebut perhatiannya. Aku cemburu, aku tidak akan membiarkan siapapun bisa mendekatinya. Hanya aku. Ya, Keenar hanya milikku. Aku tak akan menyerah begitu saja. Begitulah tekadku saat itu. Aku tak dapat membedakan apakah itu cinta atau hanya ambisi dan rasa penasaran karena aku tak bisa merebut hatinya.

Sampai suatu siang di sebuah kafe aku melihat Keenar dan seorang pria sedang mengobrol akrab dan saling bergenggaman tangan. Siapapun yang melihatnya pasti tahu kalau mereka sepasang kekasih. Hancur sudah hatiku, tak akan ada lagi pintu terbuka untukku. Tapi aku tak akan menyerah, tidak akan. Mereka baru berpacaran, belum menikah. Siapapun masih bisa menikung. Toh aku tidak mengenal pacarnya itu. Jadi tidak akan ada rasa tak enak hati, pikirku saat itu.

Aku masih memikirkan cara bagaimana merebut perhatian Keenar, aku terus saja menyapanya lewat chat singkat setiap pagi, siang bahkan saat malam hari menjelang tidur, dan yeeeaayy akhirnya dibaca walaupun tidak dibalas. Setidaknya ada kemajuan. Di kampus pun, aku selalu mencuri-curi pandang dan selalu berusaha menyapanya saat bertemu dengannya. Lagi-lagi hanya dibalas senyuman. Tapi tak apa, melihat senyumnya saja sudah membuat hatiku senang.

Perjuanganku tidak sia-sia, dewi fortuna masih berpihak padaku. Saat melewati gang kecil dekat kampus, aku mendengar isakan seorang wanita dan bentakan seorang laki-laki yang sepertinya sedang memarahi si wanita. Tadinya aku akan memutar mencari jalan lain, aneh rasanya jika harus melewati sepasang anak manusia yang sedang bertengkar. Sampai aku mendengar suara tamparan yang cukup keras, jiwa laki-lakiku terpanggil. Aku yang paling membenci laki-laki yang berani main fisik pada wanita. Aku segera menghampiri mereka.

Betapa terkejutnya aku ternyata itu adalah Keenar dan pacarnya. Kondisi Keenar sangat memprihatinkan, aku melihatnya terduduk di pinggir jalan sambil memegangi pipinya yang memerah.

"Hei mas, jangam beraninya kasar dengan wanita dong!!" bentakku yang seketika tersulut emosi melihat wanita pujaanku teraniaya.

"Gak usah ikut campur ya, ini urusan saya sama ****** ini!!" jawab sang pria dengan emosi yang meluap-luap.

"Bukan ikut campur dan juga memang bukan urusan saya, tapi sekarang jadi urusan saya. karena saya pantang melihat laki-laki memperlakukan wanita dengan kasar seperti itu!!" ujarku santai sambil menggulung lengan kemeja. Sepertinya perkelahian tak terhindarkan. Melihat laki-laki itu yang langsung meringsek maju

"Banyak bacot!!" bentaknya sambil melayangkan pukulan terhadapku. Yang mudah sekali aku tangkis karena aku juga bisa beladiri. Sepertinya laki-laki ini hanya mengandalkan emosi dan sok jagoan saja.

Terbukti dia bisa ku lumpuhkan hanya dengan 3 kali pukulan.

"Denger ya, sekali lagi saya liat kamu kasar sama dia, saya gak segan-segan melaporkan kamu ke polisi" ancamku sambil menarik tangan Keenar untuk bangun dan membawanya pergi dari pacarnya.

Keenar tampak bingung dengan apa yang terjadi, tapi dia menurut saat aku menarik tangannya dan membawanya pergi.

"Kita mau kemana?" tanyanya saat kami sampai depan kampus.

tanpa sadar aku masih menggenggam tangannya.

"eh iya maaf, kita ke kampus dulu sebentar ya, aku ambil motor. Nanti kamu, aku anter pulang" jawabku sambil melepaskan genggaman tanganku.

"Gak usah kak, aku belum mau pulang. Gak mungkin aku pulang dengan kondisi aku kayak gini" ujarnya pelan.

Iya sih, kalau dia pulang dengan kondisi lusuh dan acak-acakan seperti itu, bisa-bisa ibunya histeris dan berpikiran macam-macam terhadapku karena aku yang mengantarkannya ulang.

"Terus kamu mau kemana? aku anter tapi bentar ya ambil motor di parkiran dulu" tanyaku lembut

"Gak tau kak, bingung" jawabnya hampir menangis. Mungkin di shock dengan perlakuan pacarnya yang bar-bar seperti itu. Geram aku kalau mengingatnya.

"yasudah, tunggu disini sebentar ya" ujarku sambil berjalan ke parkiran motor.

Tadi aku memang sengaja tidak membawa motor saat mencari makan dan melewati gang sebelah kampus. Pikirku hanya sebentar dan dekat buat apa naik motor. Hitung-hitung olahraga.

Keenar tidak menjawab hanya mengangguk. Berarti dia setuju pergi bersamaku, pikirku dengan senang. Inilah saatnya aku mengambil hatinya dengan perlahan. Pelan-pelan saja tidak usah terburu-buru. Buat dia merasa nyaman saja dulu.

"Yuk, naik" ajakku saat tiba di depannya.

tanpa menjawab, dia langsung naik ke motorku.

"Kita mau kemana Keenar?" tanyaku

"terserah kakak, aku bingung" jawabnya

"Ok kalau gitu gimana kalau kita ke cafe temenku, kita makan dulu. Mungkin setelah makan suasana hatimu bisa lebih baik" tawarku. Keenar hanya mengangguk. Mungkin dia belum bisa berpikir jernih jadi belum bisa diajak bicara

Sesampainya di cafe Lapergila milik Dewa, temanku yang untung saja masih sepi jadi belum banyak orang. Keenar langsung ku suruh ke toilet untuk cuci muka agar terlihat segar.

"Siapa tuh Han? lu apain tuh cewek sampe lusuh begitu, hayo abis ngapain lu?" cecar Dewa kepo.

"Apaan sih lu? kepo banget. Adek tingkat gw, ceritanya panjang. Ntar kapan-kapan gw ceritain kalo inget, dan gw gak ngapa-ngapain dia" jawabku kesal

"Lah terus kenapa bisa sampe begitu?" si Dewa masih kepo

"Udah gw bilang, ntar kapan-kapan gw ceritanya"

Tak lama kemudian Keenar keluar dari toilet dan wajahnya sudah lumayan segar, tidak seperti tadi walaupun masih terlihat sedikit sembab.

Keenar menghampiriku dan duduk di depanku sambil menunduk. Mungkin masih malu, karena dia tak pernah bicara padaku selama ini dan dia tak pernah membalas pesanku.

"Mau pesan apa Keenar?" tanyaku sambil memberikan buku menu padanya.

"Orange jus aja kak" jawabnya

"Gak pengen cokelat panas atau dingin gitu? katanya cokelat bagus untuk mengembalikan mood yang berantakan" tawarku

"Enggak kak, lagi males minum cokelat-cokelatan" jawabnya

"Ok, makannya?"

"Samain aja sama kakak"

"Ok, aku lagi pengen Spaghetti, gimana kalau Spaghetti aja ya?" tawarku sambil memanggil pelayan.

Keenar hanya mengangguk.

Terpopuler

Comments

Lidiawati06

Lidiawati06

ceritanya seru, semangat thor🤗

2022-05-03

0

Frisca Araa

Frisca Araa

Udah lama gaa mampirr...
semangaatt yaa thorr

2022-04-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!