Bab II : Ke Rumah Bibi

Sore itu, Rana sudah selesai mandi dan berhias, karena dia berencana akan berkunjung ke rumah bibinya yang biasa dia panggil dengan sebutan emak. Setelah menempuh beberapa waktu dengan berjalan kaki sambil menikmati pemandangan laut akhirnya dia sampai rumah sang bibi.

"Assalamualaikum emak, apa kabar?"

"Waalaikumsalam nak, kapan nyampai"

"emak, kok tumben rumah sepi, kakak sama para keponakanku yang usil pada kemana?"

"aduh nak, kayak kamu nggak tahu aja. kakakmu lagi bantu-bantu dirumah orang yang akan hajatan, kalau keponakanmu yang dua orang belum pulang dari melaut bersama kakak iparmu, dan kalau keponakanmu yang dua lagi jangan ditanya mereka lagi dimana, karena kalau jam segini pasti bermain pasir di pantai dan mereka pulang pas waktu bakso kesukaannya mangkal di depan rumah ini"

"astaga emak, kebiasaan anak dua itu padahal usia terpaut 3 tahun tapi kelakuan bar-barnya mengalahkan usia, kompak banget berdua tuh. saya sampai bingung emak, tuh anak berdua yang mana yang cewek yang mana yang cowok karena sifatnya selalu sama"

"astaga nak, bukan sifatnya aja mereka sama, bajunya pun selalu kembaran dibeli sama kakakmu. emak hanya geleng kepala liat kelakuannya"

"ya udahlah emak yang penting para bocil bahagia dan nggak buat onar. ngomong-ngomong emak sudah makan?"

"sudah nak, karena kakakmu sebelum ninggalin rumah pasti sudah masak terlebih dahulu, kau paham betul kakakmu yang laki-laki dan kedua keponakanmu nggak bisa telat makan, ditambah juga emak yang sudah berumur jadi harus makan tepat waktu karena kalau nggak, bakalan ngomel-ngomel tuh kakakmu"

"ya udah, saya ke rumah calon mertua dulu ya emak mau silaturrahmi karena nggak enak ke sini tapi nggak mampir nanti dikira sudah nggak sayang lagi sama keluarganya"

"ya sudah sana, tapi jangan lama-lama baliknya, karena kalau dua bocil duluan nyampai rumah dan mereka tahu kamu datang bakalan berabeh kau nak di tanyain sama mereka, karena kau tahu bagaimana sifat anakmu dua itu nggak suka lihat emak dan para kakak sepupunya pacaran"

"ya emak, saya permisi. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

setelah Rana berbasa-basi sama sang bibi, dia pamit untuk sekedar berkunjung ke rumah orang tua sang pujaan hati yang kebetulan posisi rumahnya berada di samping rumah sang bibi (mirip kayak lagu pacarku lima langkah🤭🤭🤭). setelah sampai dia langsung masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum, bi"

"Waalaikumsalam sayang, yuk langsung masuk ke dalam aja"

"bibi dan paman baik-baik saja kan?"

"bibi sama paman baik nak, kamu kapan tiba?"

"tadi siang bi, dan sempat ke rumah bibi I dulu sebelum ke sini, ini aja nggak bisa lama-lama karena kalau duo bocil duluan naik ke daratan dari bermain pasirnya bakalan berabe bi. bibi tahu sendiri kelakuan duo bocil bagaimana!"

"ya sih nak, keponakanmu yang dua itu sifat bar-bar banget. tapi sebelum kamu pulang makan dulu yuk"

"baik bi"

akhirnya Rana dan kedua orang tua sang pujaan hati yang bernama Heru makan sore bersama. setelah makan dan membantu membereskan bekas makannya, Rana pun pamit pulang.

sampai depan rumah sang bibi, ternyata kedua kakak sepupunya sudah balik dari kegiatan masing-masing. baru beberapa menit dia duduk di teras rumah panggung, eh duo bocil nongol bersama sepupu-sepupunya yang lain dalam keadaan kotor banget. dia langsung menyuruh duo bocil untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum memesan bakso favorit mereka. mau tidak maulah duo bocil mengikuti perintah sang bibi Rana nya, demi traktiran bakso 🤣🤣🤣 (dasar ya duo bocil disini jadi tukang malak). 30 menit berlalu, mereka keluar rumah dalam keadaan yang bersih dan langsung mengganggu sang bibi dan calon paman mereka (Rana dan Heru).

"Hai, paman"

"hai sayang"

"paman, traktir bakso dong"

"baiklah, apa sih yang nggak buat kalian"

"memang paman yang paling the best. sudah cocok sama bibi Rana yang baik hati"

"astaga sayang, walaupun paman dan bibi Rana tidak pacaran pun, kamu tetap keponakan paman sayang dari ibu mamamu (arti nenek si bocil ya)"

"hehehehe. makasi paman"

akhirnya Rana dan Heru bisa tetap berduaan di teras rumah sang bibi tanpa hambatan dan rintangan, dikarenakan Duk bocil nggak bakalan jadi pengganggu lagi. mereka lagi asyik mengobrol tentang masa depan mereka dan rencana-rencana yang akan mereka bangun setelah berumah tangga. sang kakak sepupu dan sang bibi pun setuju denga hubungan mereka karena bagaimanapun mereka sudah tidak lagi hidup di zamannya Siti Nurbaya (itu prinsip bibi dan sepupunya).

"yang, tahun depan aku dan kedua orang tua berencana untuk silaturrahmi kepada kedua orang tuamu, karena kalau tahun ini aku masih nabung yang"

"ya nggak apa-apa, kita berdua tahu, kita lahir bukan dari keluarga yang sama-sama berada yang, jadi kita harus bekerja keras terlebih dahulu. yang semangat ya kerjanya"

"ya yang, kamu doain ya biar aku tetap sehat dan tidak kekurangan satu apapun"

"ya yank"

"aku membayangkan ketika kita menikah nanti, pasti bakalan di gangguin sama duo bocil saat malam pertama pernikahan kita. kamu liat sendiri beberapa sepupu-sepupumu yang sudah menikah lebih dulu pasti mereka digangguin"

"hahahahahaha,,,, yayaya aku aja kalau liat kelakuan mereka pasti sakit perut karena ketawa yang, coba ingat saat nikahan sepupuku si E dan si N, eh malah bocil itu nangis minta tidur ditengah kedua pengantin"

"tapi bagaimanapun aku sayang banget sama duo bocil itu, yang. sifat mereka yang jahil memberi hiburan tersendiri bagi keluarga kami, apalagi kalau aku melihat salah satu dari duo bocil yang nasibnya sama sepertiku yakni seorang yatim, aku rasanya pengen nangis, yang. aku yang sudah dewasa kayak gini aja masih sakit rasanya tidak memiliki sosok seorang ibu di sisiku, apalagi dia yang masih kecil. tapi aku senang karena ketiga keponakan mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kakak dan kakak iparku, walaupun sebenarnya kakak dan kakak ipar hanya memiliki anak tunggal. tapi kehadiran ketiga keponakanku yang yatim itu rumah ini jadi terasa ramai. dan bahkan masyarakat sekampung tidak ada yang pernah mengatakan bahkan duo bocil itu hanya saudara sepupu"

"ya benar, yang. masyarakat selalu memanggil mereka dengan sebutan duo bocil sehingga si kakak tidak pernah merasa minder jika berjalan bersama si Adek"

"itu impian kecilku ketika berumah tangga nanti, yang. aku tidak ingin membedakan antara orang tuaku dan orang tuamu begitupun dengan saudara-saudaramu dan para keponakanmu, aku akan menyayangi mereka seperti aku menyayangi keluargaku sendiri"

"eh yang, tidak terasa ternyata waktu sudah masuk magrib. aku pulang dulu ya, nanti setelah isya aku ke sini lagi. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

waktu magrib pun tiba. Rana diminta oleh sang bibi dan sang kakak untuk menginap saja tidak usah pulang ke rumah orang tuanya.

Episodes
1 Bab I : Perjalanan Awal
2 Bab II : Ke Rumah Bibi
3 Bab III : Keindahan Malam
4 Bab IV : Kehangatan Keluarga
5 Bab V : Tidak Sengaja Bertemu
6 Bab VI : Mulai Ada Rasa
7 Bab VII : Merasa Kehilangan
8 Bab VIII : Hari Bahagia
9 Bab IX : Awal Kehidupan Baru
10 Bab X : Ketika Cinta Sudah Bersemi
11 Bab XI : Kabar Bahagia
12 XII : Semua Keluarga Ikut Bersuka Cita
13 XIII : Indahnya Kebersamaan Keluarga
14 Bab XVI : Curhatan Hati Rana (1)
15 Bab XV : Curhatan Hati Rana (2)
16 Bab XVI : Kepulangan Rama dari Melaut
17 Bab XVII : Melepas Rindu
18 Bab XVIII : Bunga Yang Bermekaran (1)
19 Bab XIX : Bunga Yang Bermekaran (2)
20 Bab XX : Makan Siang di Rumah Kakak Sepupu
21 Bab XXI : Acara 4 Bulanan
22 Bab XXII : Kembali LDR-an
23 Bab XXIII : Hari Menyenangkan Untuk Rana
24 XXIV : Acara 7 Bulan Kehamilan Rana
25 Bab XXV : Kontraksi
26 Bab XXVI : Melahirkan
27 Bab XXVII : Rana Pulang Dari Rumah Sakit
28 Bab XXVIII : Welcome Baby Boy Raka
29 Bab XXIX : Akhirnya Duo Bocil Lucnut Jatuh Sakit (1)
30 Bab XXX : Akhirnya Duo Bocil Lucnut Jatuh Sakit (2)
31 Bab XXXI : Asyik Duo Bocil Sudah Ceria Kembali
32 Bab XXXII : Menegangkan
33 Bab XXXIII : Efek Jerah Untuk Para Maling
34 Bab XXXIV : Cie Baby Raka Sudah 40 Hari
35 Bab XXXV : Baby Raka Ditinggal Untuk Pertama Kali
36 Bab XXXVI : Tragis Banget Nasih Rana Dalam Permainan Kartu Malam Ini
37 Bab XXXVII : Rana Kalah Taruhan
38 Bab XXXVIII : Masih Perkara Taruhan
39 Bab XXXIX : Akhir Bocil Kecil Yang Keluar Sebagai Pemenang
40 Bab XL : Kulkas atau Sepeda Yah? Atau Bahkan Keduanya?
41 Bab XLI : Jalan-Jalan ke Kota
42 Bab XLII : Yeay Baby Raka Hadiah
43 Bab XLIII : Kembali Menabung
44 Bab XLIV : Honeymoon Kecil-Kecilan Ala Rama Dan Rana (1)
45 Bab XLV : Honeymoon Kecil-Kecilan Ala Rama Dan Rana (2)
46 Bab XLVI : Perfect Honeymoon
47 Bab XLVII : Misi Berhasil
48 Bab XLVIII : Baby Raka Tidak Rewel
49 Bab XLIX : Awas Ada Babi Ngepet
50 Bab L : Bersiap-Siap Balik Ke Kampung
51 Bab LI : Melepas Rindu (1)
52 Bab LII : Melepas Rindu (2)
53 Bab LIII : Enam Bulan Berlalu
54 Bab LIV : Hadiah Burung Beo Dari Calon Camer
55 Bab LV : Kabar Yang Menghebohkan Jagad Perjulidan Netijen
56 Bab LVI : Tragedi Yang Mencekam (1)
57 Bab LVII : Tragedi Yang Mencekam (2)
58 Bab LVIII : Titik Terang Dari Kasus Tragedi Mencekam Itu
59 Bab LIX : Aduh! Si Bayi Gemoy Jatuh Dari Teras Rumah
60 Bab LX : Sikap Rana Yang Aneh
61 Bab LXI : Kesabaran Rama Diuji
62 Bab LXII : Pertengkaran Love Bird
63 Bab LXIII : Pisah Ranjang
64 Bab LXIV : Penyesalan Rama
65 Bab LXV : Diujung Tanduk Perpisahan
66 Bab LXVI : Masih Dalam Situasi Yang Sama
67 Bab LXVII : Keluarga Sudah Mengetahui Masalah Keduanya
68 Bab LXVIII : Keputusan
69 Bab LXIX : Kembali Mesra
70 Bab LXX : Detik-Detik Terakhir Penghujung Ramadhan
71 Bab LXXI : Tradisi di H-1 Lebaran
72 Bab LXXII : Lebaran Tiba (1)
73 Bab LXXIII : Lebaran Tiba (2)
74 Bab LXXIV : Lebaran Tiba (3)
75 Bab LXXV : Mpasi Pertamanya Baby Rafa
76 Bab LXXVI : Pertemuan Dua Saudara
77 Bab LXXVII : Gosip Unfaedah Dua Bersaudara
78 Bab LXXVIII : Pertemuan Keluarga Untuk Rencana Pernikahan
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab I : Perjalanan Awal
2
Bab II : Ke Rumah Bibi
3
Bab III : Keindahan Malam
4
Bab IV : Kehangatan Keluarga
5
Bab V : Tidak Sengaja Bertemu
6
Bab VI : Mulai Ada Rasa
7
Bab VII : Merasa Kehilangan
8
Bab VIII : Hari Bahagia
9
Bab IX : Awal Kehidupan Baru
10
Bab X : Ketika Cinta Sudah Bersemi
11
Bab XI : Kabar Bahagia
12
XII : Semua Keluarga Ikut Bersuka Cita
13
XIII : Indahnya Kebersamaan Keluarga
14
Bab XVI : Curhatan Hati Rana (1)
15
Bab XV : Curhatan Hati Rana (2)
16
Bab XVI : Kepulangan Rama dari Melaut
17
Bab XVII : Melepas Rindu
18
Bab XVIII : Bunga Yang Bermekaran (1)
19
Bab XIX : Bunga Yang Bermekaran (2)
20
Bab XX : Makan Siang di Rumah Kakak Sepupu
21
Bab XXI : Acara 4 Bulanan
22
Bab XXII : Kembali LDR-an
23
Bab XXIII : Hari Menyenangkan Untuk Rana
24
XXIV : Acara 7 Bulan Kehamilan Rana
25
Bab XXV : Kontraksi
26
Bab XXVI : Melahirkan
27
Bab XXVII : Rana Pulang Dari Rumah Sakit
28
Bab XXVIII : Welcome Baby Boy Raka
29
Bab XXIX : Akhirnya Duo Bocil Lucnut Jatuh Sakit (1)
30
Bab XXX : Akhirnya Duo Bocil Lucnut Jatuh Sakit (2)
31
Bab XXXI : Asyik Duo Bocil Sudah Ceria Kembali
32
Bab XXXII : Menegangkan
33
Bab XXXIII : Efek Jerah Untuk Para Maling
34
Bab XXXIV : Cie Baby Raka Sudah 40 Hari
35
Bab XXXV : Baby Raka Ditinggal Untuk Pertama Kali
36
Bab XXXVI : Tragis Banget Nasih Rana Dalam Permainan Kartu Malam Ini
37
Bab XXXVII : Rana Kalah Taruhan
38
Bab XXXVIII : Masih Perkara Taruhan
39
Bab XXXIX : Akhir Bocil Kecil Yang Keluar Sebagai Pemenang
40
Bab XL : Kulkas atau Sepeda Yah? Atau Bahkan Keduanya?
41
Bab XLI : Jalan-Jalan ke Kota
42
Bab XLII : Yeay Baby Raka Hadiah
43
Bab XLIII : Kembali Menabung
44
Bab XLIV : Honeymoon Kecil-Kecilan Ala Rama Dan Rana (1)
45
Bab XLV : Honeymoon Kecil-Kecilan Ala Rama Dan Rana (2)
46
Bab XLVI : Perfect Honeymoon
47
Bab XLVII : Misi Berhasil
48
Bab XLVIII : Baby Raka Tidak Rewel
49
Bab XLIX : Awas Ada Babi Ngepet
50
Bab L : Bersiap-Siap Balik Ke Kampung
51
Bab LI : Melepas Rindu (1)
52
Bab LII : Melepas Rindu (2)
53
Bab LIII : Enam Bulan Berlalu
54
Bab LIV : Hadiah Burung Beo Dari Calon Camer
55
Bab LV : Kabar Yang Menghebohkan Jagad Perjulidan Netijen
56
Bab LVI : Tragedi Yang Mencekam (1)
57
Bab LVII : Tragedi Yang Mencekam (2)
58
Bab LVIII : Titik Terang Dari Kasus Tragedi Mencekam Itu
59
Bab LIX : Aduh! Si Bayi Gemoy Jatuh Dari Teras Rumah
60
Bab LX : Sikap Rana Yang Aneh
61
Bab LXI : Kesabaran Rama Diuji
62
Bab LXII : Pertengkaran Love Bird
63
Bab LXIII : Pisah Ranjang
64
Bab LXIV : Penyesalan Rama
65
Bab LXV : Diujung Tanduk Perpisahan
66
Bab LXVI : Masih Dalam Situasi Yang Sama
67
Bab LXVII : Keluarga Sudah Mengetahui Masalah Keduanya
68
Bab LXVIII : Keputusan
69
Bab LXIX : Kembali Mesra
70
Bab LXX : Detik-Detik Terakhir Penghujung Ramadhan
71
Bab LXXI : Tradisi di H-1 Lebaran
72
Bab LXXII : Lebaran Tiba (1)
73
Bab LXXIII : Lebaran Tiba (2)
74
Bab LXXIV : Lebaran Tiba (3)
75
Bab LXXV : Mpasi Pertamanya Baby Rafa
76
Bab LXXVI : Pertemuan Dua Saudara
77
Bab LXXVII : Gosip Unfaedah Dua Bersaudara
78
Bab LXXVIII : Pertemuan Keluarga Untuk Rencana Pernikahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!