Lisa mendengus kesal ketika transferan uang Joy belum juga sampai. Dia mencoba menghubungi Joy namun nomernya tidak aktif. Joy tidak sengaja melakukan itu, sebab dia memang benar-benar lupa bahkan saat ini dia tengah memperhatikan Nara yang tengah makan di hadapannya. Karena sibuknya memikirkan dendamnya sehingga membuatnya melupakan ponselnya yang sudah kehabisan daya sejak tadi.
"Joy aku boleh tambah?" Tanya Nara memasukkan makanan terakhir ke mulutnya.
"Kau rakus sekali?"
"Ini hanya mie Joy, tidak ada nasinya jadi aku masih lapar."
"Ini restoran khusus spaghetti, mana mungkin ada nasi."
"Satu porsi lagi Joy."
"Pesan sendiri!"
"Aku lupa namanya."
"Kau baca tulisan yang ada diatasnya."
"Mataku kabur Joy." Joy menganggap jika itu hanya alasan Nara tapi itu memang kenyataannya, akibat musibah itu, bukan hanya otak yang terganggu namun fungsi mata juga. Nara menjadi sulit membedakan warna dan selalu merasa pusing jika melihat warna yang terlalu mencolok. Matanya akan kabur jika membaca tulisan yang terlalu jauh.
"Aku tidak akan tertarik meski kau berpura-pura manja padaku!" Meski mengumpat, Joy tetap berdiri untuk memesan.
"Aku tidak manja, ish!!!" Gumam Nara menyeruput minuman seraya menunggu kedatangan Joy.
Dari jauh Nara melihat jika Joy tengah mengantri, seseorang wanita menghampiri dan mereka berbincang. Sejenak, wanita itu melihat ke arah Nara lalu kembali mengobrol.
"Aku dulu menyebutnya b*bi, siapa sangka dia sekarang seperti ini." Nara binggung dengan apa yang harus di rasakan. Jika dia berbahagia karena memiliki suami perfect, itu tidak juga, sebab Joy menikahinya hanya untuk balas dendam. Tapi jika dia bersedih, sesuatu yang mustahil, Joy sangat kaya jadi dia tidak akan kekurangan sesuatu apapun. Aku akan menerima resikonya dengan ikhlas Joy, semoga setelah ini kamu bisa hidup tenang setelah dendam itu bisa ku bayar..
Wanita di samping Joy tengah membicarakan Nara yang menurutnya memiliki penampilan payah. Itu tidak sepenuhnya salah, sebab sejak usaha Ayahnya mengalami kebangkrutan, Nara tidak lagi sanggup membeli produk perawatan seperti dulu. Wajahnya kusam dengan kulit yang cenderung kering. Rambutnya bahkan tidak terawat dengan baik namun Nara tetap jadi wanita tercantik di mata Joy.
"Kau sadar yang kau bicarakan itu siapa?" Tanya Joy menatap tajam wanita yang biasa di panggil Lexi.
"Dia istrimu kan? Ku fikir dia cantik." Lexi adalah mantan kekasih Joy. Ayahnya merupakan menteri negara juga rekan bisnis Joy.
"150 Kak." Tutur pegawai restoran seraya menggeser nampan yang berisi spaghetti dan minuman. Joy menyerahkan uang pas lalu mengambil pesanannya. Dia tidak ingin merespon perkataan Lexi namun Lexi terus mengikutinya.
"Apa bagusnya dia Joy? Kau akan malu jika membawanya ke pesta atau pertemuan yang lain." Karena geram, Joy mengambil spaghetti yang di bawanya lalu menumpahkannya tepat di atas kepala Lexi sehingga membuat Lexi berteriak histeris.
"Apa yang kau lakukan Joy!!!" Teriak Lexi kesal.
"Akan ku tambahkan." Joy membuka minuman dan menyiramkannya pada wajah Lexi dengan kasar. Joy meletakkan nampan dengan membantingnya dan membuang gelas plastik minuman sembarangan.
"Jooooooyyyyyy!!!" Teriak Lexi tentu saja menjadi sorotan. Nara yang melihat itu langsung berdiri dan menyodorkan sapu tangan pada Lexi namun Joy langsung menariknya dan membawanya pergi." Aku akan bilang pada Ayah tentang penghinaan ini!!!" Imbuh Lexi kesal.
"Aku tunggu." Jawab Joy menarik kasar Nara lalu menyuruhnya masuk ke dalam mobil. Joy segera masuk lalu pergi dari restoran tersebut." Kau bodoh ya? Dia menghinamu tapi kau malah sok jadi pahlawan kesiangan." Kata Joy geram. Entah kenapa dia sangat emosi tadi padahal meski Lexi adalah mantan kekasihnya, sejauh ini mereka masih berteman baik.
"Dia bilang apa?"
"Serius kau mau tahu!!!"
"Tenang saja Joy, aku tidak lagi perduli dengan ucapan orang-orang."
"Iya jika kau masih sendiri tapi sekarang kau istriku!"
"Hm maaf." Joy menoleh sejenak ke arah Nara.
"Maaf untuk apa?!"
"Sudah mempermalukanmu lagi." Nada bicara Nara terdengar di tekan. Penyesalan yang harus Nara rasakan begitu banyak. Bukan hanya Joy tapi semua orang yang pernah di rugikannya. Nara merasa di kutuk dengan kesombongan yang dulu dia miliki. Kini semua dosa itu seolah mengarah kepadanya hingga dia merasa menjadi manusia yang penuh kesialan." Seharusnya pembalasanmu bisa lebih menyakitkan jika kau menikahi wanita lain Joy. Sehingga kau bisa membuktikan padaku jika kau bisa mendapatkan sesuatu yang lebih dariku." Nara tersenyum seolah tengah menertawakan dirinya sendiri. Joy terdiam melihat ekspresi Nara yang sekarang." Sekarang, aku sudah tidak lagi menarik jadi ini langkah yang salah bukan? Aku akan membuatmu kembali malu karena aku sadar jika aku tidak secantik dulu." Nara mencoba memikirkan semuanya dengan seringan mungkin agar otaknya tidak harus berkerja keras.
Aku masih melihatnya sebagai wanita yang paling cantik. Aku bahkan berusaha bangkit hanya untuknya!
"Hei!!! Kenapa kau jadi tidak percaya diri seperti itu!" Joy membenci apa yang Nara ucapkan padanya.
"Bukan tidak percaya diri, tapi itulah fakta yang terjadi. Aku bahkan tidak pernah membayangkan untuk menikah, aku hanya hidup untuk Ayah."
"Apa yang terjadi padamu?" Tanya Joy sangat ingin tahu. Nara yang dia kenal benar-benar sudah menghilang dan hanya meninggalkan wajah.
"Aku masih lapar."
"Aku serius Keynara!!"
"Aku juga serius jika sedang lapar." Nara tersenyum seraya melihat ke arah sekitar." Berhenti Joy." Pinta Nara.
"Untuk apa?"
"Nasi goreng! Aku sudah memintamu berhenti bukan?! Kenapa sih kau tidak mendengarkannya." Eluh Nara seraya terus memperhatikan gerobak nasi goreng hingga tubuhnya memutar ke samping." Aku akan kelaparan jika tidak makan nasi." Eluhnya seraya menelan salivanya, Nara sudah membayangkan menyantap nasi goreng yang panas dengan kerupuk." Sudah tidak terlihat!!!" Umpatnya memunggungi Joy. Rasanya dia kesal saat rasa laparnya tidak bisa terpenuhi. Jika sedang di rumah dia tidak perduli jika harus makan mie instan setiap hari asalkan dia kenyang.
"Menyusahkan sekali!" Posisi jalan yang hanya satu arah membuat Joy memutar balik untuk mencari belokan di sebelah lampu merah.
"Jika tidak mau ya sudah." Joy menoleh sejenak seraya menatap Nara tajam.
"Ini sudah ku lakukan?"
"Mana? Kau bahkan berbelok ke jalan ini."
"Apa aku harus melawan arus tadi? Atau kau ingin kita kecelakaan hanya karena sepiring nasi goreng!!" Tentu saja itu menyulut kekesalan Joy. Jalan di depannya sudah jelas terlihat tapi pendapat Nara begitu lain seolah dia tidak mengerti akan posisinya sekarang.
"Iya aku lupa." Jawab Nara santai.
"Lupa?!!! Jawaban macam apa lagi itu?"
"Sudahlah Joy. Jika kau mengomel terus aku semakin lapar nanti." Joy terdiam seraya mendengus kesal. Tidak ada gunanya dia marah, Nara tidak pernah merespon itu semua. Seolah dia tidak memiliki masalah, tidak memiliki fikiran atau mungkin tidak pernah berfikir.
Joy memarkir mobilnya tepat di samping gerobak nasi goreng. Terlihat beberapa remaja tengah menongkrong bersama teman-temannya sehingga Joy mencegah Nara untuk turun. Bisa di pastikan jika Joy tidak ingin Nara di permainkan oleh remaja itu. Bukankah seharusnya dia biarkan saja itu terjadi? Namun nyatanya Joy tidak ingin Nara di goda oleh lelaki lain. Dia ingin membalas dendam dengan caranya sendiri.
"Tunggu di sini, ku pesankan."
"Aku ikut, nanti pesananmu salah." Joy mengurungkan niat untuk turun dan kembali menutup pintu mobilnya.
"Katakan, kau ingin nasi goreng yang seperti apa?! Itu hanya nasi goreng gerobak Nara, tidak ada menu lain seperti yang ada di depot."
"Hm iya, aku hanya ingin tambah kerupuk." Joy tertunduk dan mencengkram kepalanya sendiri.
"Kau ingin menguji kesabaranku?" Tanya Joy lemah.
"Tidak. Aku hanya ingin nasi goreng pakai kerupuk jadi aku tidak sedang menguji kesabaranmu." Joy m*ndesah lembut lalu keluar dari mobil. Tidak lupa dia mengunci otomatis mobil tersebut agar Nara tidak bisa keluar menyusulnya.
Aku rasa di otaknya ada gangguan, cara bicaranya berputar-putar dan membuatku sangat tidak mengerti. Joy menoleh ke arah mobilnya. Nara terlihat melihat kearahnya seraya tersenyum. Aku tidak mengerti bagaimana caranya membuat dia sakit hati. Dia bahkan tidak cemburu pada Lisa, itu membuatku tidak berselera melakukan apapun. Setiap malam biasanya Joy selalu ke diskotik untuk mencari wanita malam jika kebetulan dia tidak memiliki kekasih. Dia begitu dendam pada semua wanita cantik sehingga dia berniat merusak mereka semua. Meniduri mereka dengan iming-iming uang dan properti. Jika kebetulan si wanita kaya raya, Joy menyuguhkan ketampanannya sehingga membuat sebagian besar wanita tidak sanggup menolaknya.
Namun sejak pertemuannya dengan Nara seminggu lalu, dia selalu menolak ajakan para wanita itu. Terkadang jika dia ingin melakukan itu, ada rasa yang mendorongnya untuk pulang saja, seperti yang di lakukannya pada Lisa kemarin.
"Nih..." Joy memberikan sepiring nasi goreng pada Nara plus kerupuknya.
"Terimakasih ya.."
"Hmm.." Joy membiarkan pintu terbuka lalu dia duduk di pinggiran mobil yang terletak di bawah jog kemudi. Dia tidak ingin aroma nasi goreng memenuhi mobilnya yang memakai pendingin suhu.
"Kau tidak minta?" Tawar Nara.
"Tidak. Aku sudah kenyang."
"Oh... Besok jadi kan ke rumah Ayah?"
"Aku berkerja Nara, lusa saja. Di sana sudah ada perawat jadi kau tidak perlu khawatir."
"Hanya sebentar Joy."
"Kenapa kau jadi memaksaku?"
"Aku tidak memaksa, aku ingin ke rumah Ayah sebentar."
"Oke baiklah! Terserah kau saja!!!"
"Terimakasih Joy." Nara memberikan piring kosong dan Joy mengambilnya. Dia kembali menutup pintu untuk membayar nasi goreng tersebut, tidak lupa Joy membelikan sebotol air mineral. Seusai membayar, Joy masuk mobil dan kembali melajukan mobilnya. Nara mengambil air mineral dan membukanya dengan mudah sebab sebelum Joy meletakkannya dia sempat memutar tutup botol minuman agar Nara tidak kesulitan. Perhatian itu membuat Nara tersenyum seraya meminumnya.
"Apa sudah cukup atau ada yang ingin kau beli?"
"Aku mau tidur. Besok kamu berangkat jam berapa?"
"Jam setengah sepuluh."
"Ingat untuk tidak meninggalkan aku." Ucapan dari Nara sekarang semakin melemahkan perasaannya. Nara seolah tengah berkata padanya untuk tidak meninggalkannya dalam hidup bukan meninggalkannya untuk besok.
Joy hanya diam hingga keduanya sampai di rumah. Nara berjalan masuk sementara Joy berdiri terpaku memperhatikan Nara dari belakang.
Aku baru sadar, sejak dulu hingga saat ini aku tidak pernah meninggalkan dia. Semua yang kuraih sekarang, semata-mata hanya untuk membuktikan padanya. Aku melampiaskan kekesalanku pada semua wanita, itu juga karena dia. Tapi hidupku tidak akan tenang jika aku belum juga membalas dendamku. Niat Joy untuk balas dendam tiba-tiba mengendur. Dia ingin melupakan itu tapi itu sudah jadi tujuannya sejak awal sehingga membuatnya merasa di lema.
"Maaf Tuan." Tiba-tiba saja Mang Ojon sudah berada di hadapan Joy.
"Ada apa?"
"Banyak barang yang basah karena air tadi, apa di keluarkan semuanya untuk di keringkan besok?"
"Ambil saja. Biar saya beli lagi."
"Baik Tuan." Mang Ojon tersenyum lalu pergi dari hadapan Joy.
Joy berjalan masuk, dia menaiki anak tangga dan langsung menuju kamar tamu tapi tidak menjumpai Nara di sana.
"Kemana dia?" Gumam Joy kembali keluar. Dia melihat Nara sedang berada di ambang kamar utama. Joy berjalan ke Nara dan berdiri di sampingnya." Apa yang kau kerjakan?" Tanya Joy ikut melihat dua orang pembantu membereskan barang-barang.
"Menunggu."
"Menunggu apa?"
"Kamar, pasti lama, padahal aku sudah ingin tidur." Joy tidak banyak bicara, dia meraih pergelangan tangan Nara lalu mengiringnya di kamar tamu dan mengunci pintunya.
"Rumah ini memiliki satu kamar utama dan 3 kamar tamu, untuk apa kau menunggu seperti itu!!" Protes Joy kesal.
"Aku baru tahu jadi aku tidak tahu jika kau memiliki kamar lain."
"Bukankah kita ke sini tadi sebelum berangkat membeli makanan?"
"Apa benar?" Joy menatap lemah Nara lalu pergi dan duduk untuk menonton televisi. Baru dua hari dia bersama Nara tapi kesabaran seolah tengah di obrak-abrik." Kau tidak tidur Joy?" Tanya Nara.
"Kau duluan saja."
"Tolong buka pintunya, aku lupa membawa baju ganti."
"Buka lemari dulu baru bicara." Nara berjalan ke arah lemari dan beberapa baju tergantung di sana.
"Kau suka membawa wanita menginap di sini Joy?" Nara mengambil satu baju tidur lalu menutup pintu lemari.
"Kau bertanya apa?! Mana mungkin aku melakukan itu!!"
"Lalu kenapa ada baju di sini?"
"Sudah pasti itu baju untukmu! Astaga, aku pusing berbicara denganmu." Eluh Joy.
"Iya maaf, aku hanya bertanya." Nara menanggalkan bajunya begitu saja tanpa rasa malu. Joy beranjak bangun dan segera menutup korden yang masih terbuka.
"Bukankah sebaiknya kau berganti di kamar mandi? Kau tidak lihat jika kamar ini menghadap ke arah jalan!!" Joy sesaat bungkam melihat pertunjukan yang tersuguh di hadapannya. Nara terlihat menggoda dengan baju tidur menerawang yang di pakainya sekarang hingga miliknya langsung memberontak dan berdiri tegak.
"Maaf aku tidak tahu, lain kali aku akan berganti di kamar mandi. Aku tidur dulu ya Joy." Joy tidak bergerak dari tempatnya, memperhatikan Nara yang mulai naik ke atas tempat tidur. Hasrat dan egonya berperang dan mereka terasa sama-sama kuat.
Tidak, aku tidak boleh mengingkari janjiku sendiri...
Joy memutus untuk duduk di sofa, awalnya dia mencoba fokus pada acara televisi namun saat mendengar Nara bergerak dia menoleh dan kembali berpaling. Joy mematikan televisi dan memutuskan untuk tidur saja daripada harus menahan hasrat seperti sekarang. Baru saja dia berbaring, tangan Nara kembali melingkar di perutnya sehingga dada Nara menempel sempurna di punggungnya. Joy ingin menyingkirkan tangan Nara namun yang di rasakan selanjutnya benar-benar tidak lagi bisa menahan hasratnya. P*ting p*yudara Nara terasa memanggilnya. Insting sebagai penjahat ranjang langsung memenuhi otaknya. Joy membalikkan badan dan langsung ******* kasar bibir Nara.
Manis sekali.. Joy memperdalam ciumannya saat Nara membuka bibirnya dengan kedua bola mata melihat ke arahnya. Aku tidak bisa berhenti, ini manis sekali. Joy tidak perduli dengan janjinya untuk tidak menyentuh Nara. Rasanya niat untuk merusak Nara saat malam pertama tidak berlaku lagi. Joy merasa kecanduan, hanya dengan memikirkannya membuat miliknya langsung meronta.
Pergumulan yang terjadi sekarang terasa sangat berbeda, Nara tidak terdengar berteriak tapi m*ndesah sehingga membuat Joy semakin bersemangat untuk mengerakkan miliknya. Dalam hati Joy tersenyum, melihat wanita yang di inginkannya sejak dulu tengah mandi keringat bersamanya.
Meski aku membencimu, kamu adalah milikku Nara..
~Tere Liye
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Lulu Nasya
bucinnn dah Joy
2022-12-22
0
Imha Dimas
Lanjut Thor 🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2022-05-24
1
💮Aroe🌸
lanjut
2022-01-13
0