Braaak!!!!
Joy menutup pintu lemari saat Nara akan mengambil baju ganti sehingga membuat Nara berjingkat kaget.
"Astaga Joy, aku kaget.." Tutur Nara. Joy terdiam sebab dia merasa Nara tengah merengek padanya.
"Bukankah seharusnya kamu menuruti apa kataku? Jika aku bilang tetap di rumah ya di rumah saja."
"Aku mohon Joy, aku hanya ingin bertemu Della untuk meminta maaf karena tidak mengundangnya."
Deg...!!!
Joy mengingat sesuatu, dulu Nara bukankah orang yang mau meminta maaf. Dia sangat angkuh hingga tidak pernah berkata maaf satu kalipun tapi, sejak kemarin malam beberapa kali Nara meminta maaf padanya bahkan sekarang.
"Bukankah itu tidak penting?"
"Sangat penting, aku tidak ingin kehilangan dia. Em itu, dia satu-satunya teman yang menerima keadaanku sekarang." Hati Joy kembali melemah mendengar itu, hatinya berperang melawan dendam dan cinta yang sedang berseteru.
"Omong kosong!!!!" Jawab Joy kasar." Aku tahu siapa kamu dan bagaimana buruknya dirimu!!" Nara terdiam mendengar itu." Kau benar-benar tidak mengingat aku Keynara?" Imbuh Joy menekan kata-katanya.
"Aku ingat, kau Nathan kan?" Dengan wajah santai Nara mengucapkan itu." Aku siap jika kau mau membalas perbuatanku dulu." Nara memperlihatkan sebuah senyuman lagi.
"Jawabanmu begitu memuakkan! Aku ingin kau menderita seperti aku, di permalukan di hadapan orang hingga semua orang menatapku rendah! Sekarang lihatlah! Kau lihat jika dunia berputar dengan baik bukan?" Joy mendorong pundak Nara dengan jari telunjuknya hingga membuatnya terdorong mundur sedikit." Aku tidak akan membiarkanmu kabur dari sini!" Joy mengatakan itu dengan penuh emosi.
"Aku memang pantas mendapatkannya, semua orang juga berkata itu. Jika kamu tidak memperbolehkan aku pergi, aku akan menyuruh Della datang ke sini." Nara meraih ponsel dan menghubungi Della sementara Joy tidak tahu harus berbuat apa. Jawaban Nara begitu membuatnya ingin menyerah membalaskan dendam itu. Joy membalikkan badan, menatap Nara yang tengah mengobrol seraya tersenyum.
Apa yang terjadi denganmu Keynara? Hingga membuat sikapmu seperti sekarang.
____________________________________________________
"Maafkan saja Tuan, itu hanya masa lalu, buktinya sekarang Tuan bisa mendapatkannya?" Jawab Andra pelan.
"Tidak. Rasanya aku tidak merasa lega jika dendamku belum terbalaskan!!" Jawab Joy kesal.
Tuan tidak sadar jika cintanya teramat besar untuk Nona Nara hingga dia berusaha merubah hidup seperti sekarang.
"Bagaimana caranya mempermalukannya?"
"Bagaimana jika Tuan mengadakan acara reuni? Mungkin di sana Tuan bisa membuktikan pada teman-teman Tuan karena bisa mendapatkan Nona Nara." Joy tersenyum mendengar ide bagus itu.
"Cari lokasi orang-orang sialan itu dan buatlah undangan semewah mungkin untuk mereka, jangan lupa, sewakan gedung VIP untuk acara ini agar mereka tahu jika sekarang Nathan bisa mendapatkan hati Nara dengan mudah."
"Baik Tuan."
Joy tersenyum lalu berjalan keluar kamar Andra, dia melihat Nara masih berbincang hangat bersama Della di samping kolam. Dia membiarkan itu dan lebih memilih masuk ke dalam.
"Kau jadi ratu sekarang." Ledek Della memperhatikan sekitar.
"Dia menikahiku untuk balas dendam."
"Hah! Apa? Maksudmu untuk kejadian seminggu lalu?"
"Bukan. Tapi untuk kejadian beberapa tahun lalu." Della menggeser tempat duduknya agar lebih dekat dengan Nara.
"Berarti dia salah satu dari mereka?" Tanya Della berbisik.
"Hm..." Nara mengangguk dan tersenyum.
"Kenapa belum juga habis?" Eluh Della merasa iba pada Nara.
"Aku banyak menyakiti orang jadi ini sudah sepantasnya ku terima."
"Manusia pasti pernah salah, tidak seharusnya mereka membalas dendam seperti itu." Protes Della." Kau juga masih remaja saat itu, sudah wajar jika fikiranmu masih labil." Nara terdiam memikirkan masa lalunya. Nara selalu berfikir jika musibah yang menimpa keluarganya akibat dari perbuatannya.
"Aku sudah tidak remaja." Fikiran Nara mulai melemah.
"Itu dulu Ra.."
"Hm dulu."
"Ya sudah aku pulang ya, aku tidak enak pada suamimu." Della meminum sisa sirup di gelasnya.
"Aku antar."
Setelah kepergian Della, Nara berniat akan mandi sebab hari sudah sore. Dia mendapati Joy tengah duduk menonton televisi di kamar.
"Aku akan mengadakan reuni." Nara menoleh ke arah Joy dengan wajah cemas.
"Kenapa?" Tanya Nara pelan.
"Tentu saja, aku ingin membuktikan pada mereka jika aku bisa seperti sekarang." Joy tersenyum menang, dia merasa jika reunian itu akan terasa sangat menyenangkan.
"Berarti aku harus ikut?"
"Tentu saja! Agar Haikal bisa melihat jika akhirnya aku yang akan mendapatkanmu!!" Ada ******* lembut terdengar dari bibir Nara dan Joy mengira jika Nara merasa khawatir dia akan di permalukan di sana.
"Oke. Lakukan semaumu Joy. Aku akan melakukan apapun demi bisa menebus kesalahanku." Nara tersenyum sejenak kemudian berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
"Kenapa dia selalu membuat hatiku merasa tidak lega!!!" Joy mengikuti langkah Nara dan ikut masuk ke dalam kamar mandi. Terlihat jelas Nara akan menanggalkan bajunya namun tidak jadi. Dia berbalik badan dan menatap Joy yang tengah berdiri di ambang pintu.
"Ingin mandi bersama Joy?" Tawar Nara, Joy melebarkan matanya mendengar tawaran tersebut. Dia benar-benar tidak habis fikir kenapa Nara bisa sesantai itu menanggapi semuanya.
"Tidak! Aku tidak bernafsu padamu." Jawab Joy berbohong.
"Lalu kemarin?"
"Aku hanya menginginkan kep*rawanmu,!! Aku berjanji tidak akan menyentuhmu lagi!!"
"Lalu kenapa kamu ke sini?" Nara mengancing bajunya dan berjalan mendekati Joy. Keduanya saling berhadapan dan manik keduanya bertemu. Sontak jantung Joy merespon dengan baik meski dia mencoba menutupinya.
Aku lupa akan mengatakan apa!!!
"Jangan terlalu lama mandinya, aku juga akan mandi!!" Joy langsung menutup pintu dan pergi begitu saja.
"Dia kenapa sih?" Gumam Nara melanjutkan acara mandinya.
.
.
.
.
Sudah tiga jam berjalan tapi tidak ada obrolan antara Joy dan Nara, keduanya fokus melihat acara televisi di hadapannya. Nara memang tengah fokus menonton namun Joy tidak. Dia memikirkan jantungnya yang masih berkedut saat Nara berada di dekatnya. Jantung itu masih saja menginginkan gadis yang ingin Joy benci.
"Kau belum juga menyukaiku?" Pertanyaan Joy membuat Nara menoleh ke arahnya." Maksudku, kenapa kau tidak merasa cemburu saat aku bersama Lisa tadi. Kau sadar kan jika aku suamimu?" Joy juga merasa penasaran dengan itu. Apa Nara masih tidak tertarik padaku?
"Aku suka sebab kau suamiku tapi aku juga tidak ingin memaksamu berhenti melakukan sesuatu yang kau sukai. Sudah ku bilang jika aku tidak ingin terlalu memikirkan sesuatu. Aku takut otakku tidak kuat nantinya."
"Paling tidak kau berekspresi tidak suka jika memang kau merasa tidak suka, tapi rasanya kau sedikit aneh sekarang. Kenapa ekspresi wajahmu selalu seperti itu? Atau kau sedang berusaha untuk baik-baik saja." Nara meletakkan cemilannya lalu memutar tubuhnya menghadap ke arah Joy.
"Tidak perlu memikirkan aku, fikirkan soal urusanmu sendiri. Bukankah kamu ingin membalas semua perbuatanku? Aku hanya bisa berkata, jika aku menyesal melakukannya." Ingin rasanya Joy memaafkan Nara saat ini juga namun kejadian itu kembali mengukuhkan niatnya untuk balas dendam.
"Aku sampai pindah ke sekolah karena ulahmu itu! Maaf saja tidak akan cukup."
"Hm iya, aku ingat waktu itu." Nara kembali memperlihatkan wajah cemas sehingga membuatnya berpaling. Aku benar-benar tidak ingin mengingat itu. Nara kembali mengambil cemilannya dan memakannya cepat, dia meletakkannya lagi saat kepalanya terasa sedikit nyeri. Langsung saja Nara berdiri dan mengambil obat yang di simpan di dalam tas. Joy memperhatikan itu, dia ikut berdiri lalu menghampiri Nara.
"Obat apa ini." Joy mengambil obat yang ada di tangan Nara.
"Obat pusing." Joy mengangkat tangan kanannya lalu menempelkannya pada dahi Nara.
"Kau sakit?" Nara menoleh ke arah Joy dan tersenyum, itu membuat Joy langsung menarik tangannya lagi." Aku tidak sedang perhatian padamu, aku hanya tidak ingin tersandung masalah KDRT." Imbuh Joy berpaling. Dia tidak ingin di sebut masih perduli pada Nara meski memang itulah kenyataannya.
"Hm begitu hehe..."
"Kau meledekku!!"
"Tidak." Nara berjalan pergi dari hadapan Joy dan kembali duduk.
"Mengaku saja, kau sedang berpura-pura kan?" Joy duduk di posisi yang sama.
"Berpura-pura apa?"
"Berpura-pura tidak menyukaiku? Kau suka padaku kan sekarang?" Tanya Joy menginginkan pengakuan Nara.
"Aku suka, karena kau suamiku."
"Jika bukan? Berarti kau tidak suka?"
"Hm." Nara mengangguk dan mulai mengunyah cemilan.
"Kenapa? Apa aku tidak cukup tampan?" Nara menoleh dan memperhatikan wajah Joy yang memang sangat berubah. Bahkan warna kulitnya kini berubah menjadi terang.
"Kau operasi plastik ya Joy." Joy semakin geram mendengar itu. Dia menggeser tubuhnya lebih dekat dengan Nara kemudian merebut toples cemilan lalu meletakkannya pada meja. Kedua tangannya meraih jemari Nara dan meletakkannya pada kedua pipinya.
"Ini kulit, bukan plastik! Pukul saja jika kau mau membuktikannya!!!" Namun karena posisi keduanya terlalu dekat membuat Joy kembali merasakan sensasi jantungnya. Debarannya begitu terasa hingga rasanya dadanya tengah bergerak. Sejak dulu hingga sekarang dia memang paling cantik di mataku...
Nara mencubit lembut pipi Joy membuat Joy tersadar dari lamunannya. Dia melepaskan jemari Nara dan duduk tegak.
"Bukan plastik kan?" Tanya Joy pelan.
"Aku tidak mengerti Joy, memangnya kalau operasi plastik akan terasa plastiknya?"
"Ahhhg! Entahlah!!" Umpat Joy kesal.
Tok...Tok...Tok...
Terdengar ketukan pintu beberapa kali, Joy diam begitupun Nara.
"Bukalah." Pinta Joy.
"Kepalaku masih pusing." Suara Nara terdengar manja sehingga membuat telinga Joy berdengung.
"Agh sial!!!" Joy terpaksa berdiri sebab merasa tidak tega. Dia membuka pintu dan mendapati Andra tengah berdiri di balik pintu.
"Maaf Tuan, saya ingin menelfon tapi nomer Tuan tidak aktif."
"Ada apa?" Nara mendengarkan dari dalam.
"Besok Pak Prapto ingin bertemu langsung, apa Tuan bisa pergi ke perusahaan? Beliau tidak ingin di wakilkan."
"Dasar tua bangka! Dia selalu saja merepotkan seperti itu!!" Umpat Joy." Aku akan menemuinya besok jam 10." Meski Joy tidak menyukai Pak Prapto namun dia tidak bisa menolak keinginannya sebab Pak Prapto merupakan sahabat dekat Almarhum Ayahnya.
"Baik Tuan." Joy langsung menutup pintu sementara Andra masih berdiri seraya tersenyum." Semoga dengan ini, Tuan bisa berubah dan tidak lagi bermain dengan sembarang wanita." Andra berjalan keluar untuk menghubungi Pak Prapto.
"Besok aku ikut ya Joy?" Tanya Nara.
"Ikut kemana?"
"Ke rumah Ayah, aku ingin tahu keadaannya." Joy menarik nafas panjang, dia bahkan akan ke kantor.
"Aku ke kantor, bukan ke Ayahmu."
"Aku tahu."
"Lalu? Kenapa kau berkata itu? Bukankah tujuannya tidak sama bahkan harus memutar dulu."
"Aku hanya sebentar saja, ingin melihat Ayah." Otak Nara kembali tidak tersambung dengan benar.
"Iya aku tahu tapi aku akan ke kantor Keynara.....!" Joy menekan kata-katanya.
"Aku mau ke Ayah." Joy mengacak-acak rambutnya sendiri. Wajah Nara sungguh memuakkan, rasanya dia tidak sedang berakting tapi kenapa ucapannya cenderung tidak tersambung.
Joy terkejut ketika kakinya menyentuh genangan air, dia menoleh ke arah kamar mandi dan benar, air itu berasal dari sana. Joy beranjak dari tempat duduknya dan membuka pintu kamar mandi sehingga membuat air mengalir keluar dan memenuhi ruangan.
"Banjir Joy." Pekik Nara mengangkat kedua kakinya. Joy masuk ke dalam kamar mandi dan mematikan keran toilet untuk cuci tangan. Joy bergegas berjalan ke arah Nara dengan wajah geram.
"Kau yang menyalakan keran tadi?"
"Aku mencuci tangan tadi."
"Lalu kenapa tidak kau matikan?"
"Aku lupa."
"Astaga Naraaaaa. Kenapa ceroboh sekali. Kau lihat ruangan ini jadi penuh air!!!"
"Aku benar-benar lupa. Mari keluar, agar airnya surut." Nara berdiri di atas sofa lalu mengalungkan kedua tangannya ke leher Joy.
"Kau sedang apa?"
"Nanti kakiku basah. Ayo Joy." Nara bahkan tidak merasa jika Joy tengah merasa kesal padanya.
"Jalan sendiri." Joy melepaskan tangan Nara kasar dan mulai melangkah pergi.
"Joy.. Tolong... Aku memang pelupa, jangan marah." Pinta Nara. Joy tetap berjalan dan tidak ingin perduli." Joy, jangan pergi, aku mohon, kenapa kau berubah jahat sekarang." Joy menoleh dan melihat Nara masih berdiri di sana dengan wajah memelas.
"Turunlah, jangan manja."
"Aku tidak manja Joy, aku hanya takut kakiku basah. Joy... Ayolah, aku berjanji tidak akan mengulanginya." Akhirnya Joy kembali, dia benar-benar tidak mengerti kenapa kakinya seolah menyuruhnya untuk kembali. Dengan raut wajah kesal dia mendekat ke Nara sehingga membuat Nara langsung mengalungkan tangannya lagi." Terimakasih." Nara mendekatkan bibirnya dan memberikan Joy satu ciuman di pipi dan hal itu membuat Joy kembali melepaskan tangan Nara.
"Najis!!!" Joy mengusap kasar pipinya." Jangan menciumiku sembarangan!!" Protes Joy yang sebenarnya merasa sangat senang.
"Aku hanya ingin berterima kasih."
"Ya sudah bilang saja terima kasih saja sudah cukup!!"
"Iya maaf. Ayo sini?" Joy kembali mendekatkan tubuhnya. Nara mengalungkan kedua tangannya lalu Joy segera mengangkat tubuh Nara." Kau berubah jadi pemarah ya Joy sekarang, padahal dulu kau baik." Protes Nara seraya memperhatikan wajah Joy dari samping.
"Aku berubah jahat karena kau!!"
"Jangan Joy, kembali seperti dulu nanti kau kena karma."
"Omong kosong!!" Joy membuka pintu kamar dan memanggil pembantu untuk membereskan kamarnya. Anehnya, Joy tidak juga menurunkan Nara hingga keduanya tiba di kamar tamu." Seharusnya aku menurunkanmu sejak tadi." Dengan kasar Joy melepaskan tubuh Nara namun Nara tidak juga melepaskan kalungan tangannya." Apalagi?" Tanya Joy kasar.
"Aku lapar.."
"Bukannya tadi sudah makan? Semua pembantu sibuk membereskan kamar kita jadi besok saja makannya." Joy berpaling dan tidak ingin melihat wajah Nara yang masih berada di dekatnya.
"Tidak bisa menunggu besok Joy, aku benar-benar lapar. Jika di rumah aku selalu membuat mie instan setelah makan malam."
"Kau rakus sekali. Tunggu besok saja, itulah keputusannya!"
"Ya sudah aku pergi sendiri." Nara melepaskan kalungan tangannya namun Joy meraih pergelangan tangan Nara cepat.
"Tidak boleh!!" Secara tidak sadar Joy tengah bersikap posesif sekarang. Meski dia membenci Nara tapi nyatanya dia tidak ingin Nara berkeliaran sendiri tanpa pengawasan darinya." Oke. Ku pesankan sesuatu." Joy merogoh saku celananya dan mengambil ponsel.
"Itu akan dingin nanti." Protes Nara.
"Kau cerewet sekali!!!"
"Memang dingin. Aku tidak mau."
"Lalu maumu bagaimana?"
"Makan langsung di tempat atau kita pergi ke mini market untuk membeli mie instan?"
"Mie tidak sehat!"
"Tapi itu jalan pintasnya."
"Agh! Merepotkan sekali!! Tunggu di sini, aku akan mengambil kunci mobil." Joy berjalan keluar kamar lalu menguncinya, dia tidak ingin Nara kabur darinya. Joy merasa jika dia melakukan itu untuk balas dendam padahal yang terjadi adalah, keegoisan cinta yang mulai terasa mengikatnya sehingga Joy tidak ingin kehilangan Nara untuk kesekian kalinya.
~Tere Liye
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
chaaa
lucu bgt mereka berdua 🤣
2023-01-04
0
Imha Dimas
😂😂😂😂😂😂😂😂 Mulai bucin di Roy dan alhasil gagal Dech balas dendamx 🤭🤭🤭🤭🤭🤭
2022-05-24
1
willy Nurul
Nara kecelakaan apa sih???? Nyampe koslet gituh....
2022-02-09
0