Nara menuruni tangga untuk mengambil bak lalu menuruninya lagi dengan membawa bak yang berisi sprei kotornya tadi. Bik Yanti yang melihat itu langsung menghampiri Nara.
"Duh Non kenapa di cuci sendiri?" Eluh Bik Yanti melihat sepanjang lantai tangga menjadi basah.
"Tidak apa Bik, di mana tempat menjemurnya?" Tanya Nara ramah.
"Biar Bibik keringkan di mesin cuci nanti." Bik Yanti mengambil alih perkerjaan Nara." Non tunggu di sini biar Bibik ambil alat Pel, Bibik takut Non jatuh nanti." Nara mengangguk dan berjalan berkeliling ruangan. Dia ingin melihat foto lama Joy namun tidak menjumpainya. Bahkan di kamarnya juga hanya terpajang foto barunya.
Tidak mungkin jika hanya kebetulan? Apa nama ada yang semirip itu? Ahh sakit sekali... Nara kembali menghampiri Bik Yanti.
"Bik apa ada apotek dekat sini?"
"Jauh Non, harus ke jalan utama dulu. Memangnya Non mau beli obat?"
"Iya Bik kepala saya sakit."
"Minta antar saja sama Tuan."
"Tuan sedang bersama pacarnya." Dengan gamblang Nara mengatakan itu hingga Bik Yanti melongok di buatnya.
"Pa pacar Non?"
"Hmmm.." Nara mengangguk dan tersenyum.
Astaga Gusti, kenapa Non Nara malah tersenyum seperti itu? Bukannya seharusnya dia marah?
"Mau nunggu Bibik selesai mengepel? Nanti Bibik belikan."
"Iya Bik, sekalian plester juga ya."
"Kalau plester ada Non di kotak P3K. Sebentar." Bik Yanti meletakkan alat pel kemudian masuk sebentar dan kembali dengan plaster." Ini Non."
"Terimakasih Bik." Nara duduk dan memasang plester pada tumitnya yang terkelupas.
Apa Nathan ingin balas dendam? Hm aku memang pantas mendapatkannya. Nara memperkirakan jika Joy mungkin masih sakit hati padanya sehingga dia menjadi lebih ikhlas menerima semuanya. Yang terpenting hidupnya bisa terjamin dan dia tidak harus berkerja untuk merawat Ayahnya. Bahkan Joy sudah membayar dua perawat untuk merawat Ayahnya di rumah. Rasanya karma itu akan terus berjalan di sekitarku..
_____________________________________________________
Sejak tadi, Joy tidak bergeming saat Lisa merayunya untuk berjoget menikmati musik DJ yang sedang di mainkan di pesta teman Lisa. Joy terus memikirkan soal sikap Nara tadi, dia merasa semakin kesal sebab Nara seolah menganggap semuanya biasa saja.
Bagaimana mungkin...
"Kamu memikirkan siapa Joy? Istrimu?" Tanya Lisa duduk di pangkuan Joy.
"Jangan begini." Tolak Joy.
"Kenapa sih?"
"Bukankah kau sudah tahu jika aku memikirkan istriku!" Jawab Joy geram.
"Katamu tidak cinta?!!" Nada cemburu Lisa membuat Joy semakin merasa kesal.
"Kau ingat jika aku juga tidak mencintaimu! Aku hanya bersenang-senang denganmu jadi bersikaplah selayaknya p*lacur jalanan!!!" Joy mengucapkan itu penuh penekanan. Dia memutuskan untuk pulang saja daripada harus mendengarkan celotehan tidak berguna dari Lisa yang di anggapnya sebagai p*lacur.
"Terserah kamu menyebutku apa Joy, yang pasti aku tidak akan pergi darimu selama kamu bisa memberikan aku uang haha." Lisa berjalan ke tengah dan bergabung dengan teman-temannya untuk berjoget.
__________________________________________________
"Ini Non obatnya."
"Terimakasih Bik." Nara mengambil obat tersebut lalu meminumnya.
"Sebaiknya Non istirahat saja."
"Iya Bik." Tanpa berprotes Nara menaiki anak tangga lalu masuk ke kamarnya." Ini pasti karena sprei tadi." Gumam Nara berjalan melewati genangan air di lantai, dia berniat menyalakan televisi dulu baru akan mengepel genangan tersebut.
Klik...
Televisi menyala, Nara tersenyum dan duduk. Dia melihat acara favoritnya dan melupakan niatnya untuk mengepel genangan air itu. Joy yang tidak tahu soal itu, langsung berjalan menerobos masuk hingga dia terpeleset lalu terjatuh.
Brrrruuuukkkkk!!!!
"Agh! Sial!!! Apa ini!!" Joy memegang celananya yang basah.
"Oh iya, hati-hati di situ ada genangan air." Ucap Nara tanpa rasa bersalah.
"Kau tahu ada air di sini?!" Teriak Joy berusaha berdiri dengan pinggang yang sedikit nyeri.
"Hmm..." Nara mengangguk seraya fokus melihat televisi. Joy mendengus kesal, dia membuka pintu lalu berteriak memanggil Yanti, Joy mengira jika ini adalah kesalahan pembantunya.
"Iya Tuan."
"Kenapa bisa ada genangan air di situ!!!" Nara menoleh sebentar ke arah keduanya kemudian mengalihkan pandangannya lagi ke arah televisi.
"Itu Tuan, Non Nara tadi mencuci sprei jadi airnya tumpah kemana-mana, tadi saya sudah bersihkan yang di tangga, saya tidak tahu kalau di kamar juga ada, sebentar saya ambilkan kain pelnya." Bik Yanti pergi dan Joy mengalihkan pandangannya ke Nara yang tengah bersantai.
"Jadi ini semua karena kau?!!" Joy berjalan ke Nara dan menatapnya tajam.
"Aku tadi akan membersihkan itu tapi aku lupa, maaf ya." Nada bicara Nara yang cenderung santai membuat Joy semakin merasa muak.
Braaaaakkkkk!!!!
Joy menutup pintu kamar keras setelah Bik Yanti selesai membersihkan genangan air. Joy merasa tidak ada gunanya jika mengomel sebab Nara rasanya tidak merespon itu dengan baik. Nara malah tertawa sendiri melihat acara televisi kesukaannya.
Mungkin kemiskinan sudah membuatnya stres seperti itu! Ah aku harus mandi lagi... Joy menanggalkan bajunya dan Nara sempat meliriknya. Di dalam otak Nara mencoba berfikir keras, kenapa Joy bisa berubah seperti sekarang.
Tubuhnya bagus sekali, mungkin dia diet selama ini sehingga dia bisa berubah seperti sekarang dan saat sudah berubah dia ingin membalas dendam padaku seperti yang ada di film.. Nara kembali tersenyum lalu mengalihkan pandangannya lagi. Baru saja Joy masuk ke dalam kamar mandi, teriakan Joy memanggil nama Nara kembali terdengar. Nara berdiri dan berjalan menghampiri Joy.
"Ini apa!!!!" Tanya Joy menunjuk bak mandi yang penuh dengan air sabun.
"Aku tadi mencuci sprei di bak mandi itu, aku lupa cara membuangnya jadi ku biarkan seperti itu."
"Agh!!!! Kau bodoh sekali!!!"
"Iya aku bodoh, maaf." Joy tidak habis fikir dengan ekspresi wajah Nara yang seperti itu.
"Bersihkan! Aku mau mandi."
"Bagaimana caranya Joy?"
"Kau tinggal melepaskan penutupnya seperti ini." Joy melepas penutup bak mandi dan seketika air menghilang masuk ke dalam lubang.
"Wahhh sudah bersih, terimakasih Joy." Nara tersenyum dan meninggalkan Joy begitu saja. Joy merasa tidak terima dan berjalan keluar lalu menyeret Nara ke dalam kamar lagi.
"Bersihkan kataku!!!"
"Itu sudah bersih."
"Ku bilang bersihkan!!!" Teriak Joy.
"Baiklah Joy." Nara tersenyum dan menghidupkan keran lalu duduk seraya membersihkan bak mandi. Sementara Joy berdiri seraya memperhatikan.
"Lain kali cuci di mesin cuci! Kau udik sekali hingga mencuci di kamar mandi seperti ini."
"Aku lupa jika kamu memiliki mesin cuci." Nara menggosok permukaaan bak mandi dengan tangannya.
Jawaban macam apa itu?!!!
"Sudah bersih Joy." Nara tersenyum seraya berdiri dengan baju basahnya. Mata Joy yang nakal langsung tertarik pada sesuatu yang menyembul keluar. Joy mendesah lembut dan ingin mengendalikan hasratnya, dia tidak ingin lupa diri hingga melupakan dendamnya.
"Cepat pergi!!!" Pinta Joy.
"Hm iya..." Nara berjalan pergi, lalu Joy menutup pintu kamar mandi namun sengaja tidak di sempurnakan. Dari selah pintu, dia mengintip Nara yang tengah berganti baju dengan santainya.
Indah sekali... Joy menelan salivanya kasar sebab yang di bawah sudah berkedut. Harusnya malam ini dia menginap di hotel bersama Lisa namun entah kenapa Joy ingin pergi dan tidak berselera melakukan itu. Fantasi Joy mulai liar, dia membayangkan sedang berada di belakang Nara dan kembali memasukkan miliknya. Tidak sadar Joy tersenyum membayangkan hal itu, hingga daun pintu kamar mandi terbuka dan membentur wajahnya.
Ingin sekali Joy berteriak kesakitan namun dia merasa malu jika kedapatan mengintip tadi.
"Apalagi!!!" Joy berpura-pura marah padahal wajahnya cukup terasa panas.
"Baju kotor." Nara meletakkan bajunya yang basah pada cucian kotor dan keluar.
Braaaakkkk!!!
Pintu kamar mandi kembali tertutup keras, Joy meringis kesakitan memegangi pipinya. Memalukan sekali!!! Umpatnya segera mandi, tidak lupa Joy mengunci pintu kamar mandi agar Nara tidak bisa masuk sembarangan lagi.
Seusai mandi, Joy melihat Nara tertidur di sofa dengan posisi duduk. Dia ingin tidak perduli dan langsung berbaring di atas tempat tidur. Beberapa saat berlalu hingga Joy kembali duduk seraya mendesah lembut. Joy berdiri lalu berjalan menghampiri Nara.
"Hei! Kau tidak pindah?" Tanya Joy kasar. Nara tidak bergeming dan terus saja tidur." Apa kau tuli!!!" Teriak Joy keras namun Nara tetap tidak bangun dan dengkurannya semakin terdengar keras." Oke Nara, ini hanya satu kali! Hanya satu kali aku menolongmu karena malam ini kau sudah memberikan aku kepuasan!" Dengan kesal Joy mengangkat tubuh Nara dan sedikit melemparkannya di atas tempat tidur, dan anehnya Nara tidak bangun dan malah meraih guling lalu memeluknya." Dasar kerbau!!!" Joy berbaring di samping Nara lalu membelakanginya.
Plakkkk....
Tiba-tiba tangan Nara melingkar di sekitar perutnya, Joy menyingkirkan tangan tersebut namun Nara melakukannya lagi dan lagi. Sehingga Joy membalikkan badannya dan keduanya saling berhadapan. Bibir Nara setengah terbuka hingga air liur keluar dari sana, Joy meraih tisu dan membersihkannya.
"Menjijikkan sekali." Umpatnya lagi. Nara meringkuk kedinginan, dia sudah lama tidak lagi memakai pendingin ruangan sehingga dia menjadi tidak terbiasa dengan suhu dingin di ruangan. Tubuh Nara kembali bergeser mendekati Joy lalu memeluk tubuh Joy untuk mencari kehangatan. Joy berusaha menyingkirkan namun Nara kembali melakukan lagi. Joy bisa saja menendang Nara hingga terjungkal di bawah tempat tidur namun itu tidak di lakukannya. Joy malah membiarkan itu terjadi, jantungnya berpacu hebat seperti saat pertama dia melihat Nara dulu. Beberapa kali tarikan nafas panjang berhembus agar dia bisa mengendalikan jantungnya namun tetap saja tidak bisa.
Hanya malam ini, aku berjanji hanya malam ini. Besok aku akan membuat hidupnya menderita seperti di neraka!!!!
Keesokan harinya...
Joy terjaga dan tidak mendapati Nara berada di sampingnya. Dia berdiri lalu mengintip lewat jendela, Nara tidak terlihat di luar sana hingga pintu kamarnya terbuka.
Cklek...
"Pagi..." Nara meletakkan nampan pada meja, di atasnya terdapat teh hangat dan sandwich." Ada seseorang mencarimu. Tapi minum ini dulu." Joy berjalan ke arah Nara dan mengambil sarapan paginya.
"Siapa?"
"Katanya namanya Lisa, pacarmu." Raut wajah Nara terlihat berseri-seri saat mengatakannya.
"Kau tidak waras ya? Kenapa kamu bahagia menyebut nama pacar suamimu?" Tanya Joy memakan sandwich dan meminum teh yang terasa asin sehingga Joy langsung menyemburkan teh tersebut." Sial!!! Apa ini? Kau memberikan garam ke teh ini!!!" Umpat Joy kesal.
"Apa benar?" Nara mengambil cangkir teh dan meminumnya. Di luar dugaan Nara tertawa merasakan teh asin tersebut sementara Joy mengerutkan keningnya.
"Kau gila yah? Kenapa sikapmu seperti itu."
"Aku hanya tidak ingin terlalu keras berfikir, akan ku ganti." Nara kembali keluar kamar dan Joy masih memperhatikannya.
"Mungkin dia sudah tidak punya otak!" Umpat Joy masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Setelah itu dia berjalan keluar dan menemui Lissa yang sudah duduk di ruang tamu.
"Kenapa kau ke sini?" Tanya Joy duduk. Lisa tersenyum lalu menggeser tubuhnya lebih dekat dengan Joy.
"Itu Joy, aku butuh..."
"Uang?!!" Lisa mengangguk.
"Aku ingin melihat bagaimana bentuk istrimu." Nara keluar dari dapur, dia berbelok arah setelah melihat Joy berada di ruang tamu. Dengan senyuman, Nara meletakkan secangkir teh hangat. Tiba-tiba saja terlintas ide hingga Joy memanggil Nara saat dia akan pergi.
"Ada apa?" Joy sengaja memegang jemari Lisa agar Nara cemburu padanya.
"Kau tidak membuatkan minuman untuk pacarku?"
"Aku tadi berniat membuatkannya tapi, gulanya habis." Joy tersenyum kecut mendengar alasan Nara yang kurang logis.
Dia pasti sakit hati...
"Kan ada sirup?" Sahut Lisa.
"Sirupnya juga habis Kak, adanya air putih? Kamu mau?"
"Tidak Terimakasih."
"Hmmm... Permisi." Joy meraih pergelangan tangan Nara.
"Duduk di sini."
"Aku ada keperluan setelah ini."
"Duduk dulu." Nara duduk santai seraya memperhatikan Lisa yang berada di hadapannya bersama Joy. Di depan Nara, Joy memperlihatkan kemesraannya, dia benar-benar ingin Nara merasakan sakit hati namun nyatanya Nara tidak bergeming dan malah terdiam seraya memperhatikannya.
"Istrimu aneh sekali, meskipun dia terpaksa menikah denganmu, tidak seharusnya dia bersikap seperti itu." Tutur Lisa berbisik.
"Aku juga tidak mengerti." Bik Yanti baru saja datang dari supermarket, Nara beranjak dari tempat duduknya lalu membantunya membawa beberapa belanjaan ke dalam.
"Mirip pembantu haha." Ejek Lisa dan entah kenapa Joy merasa sakit hati. Dia langsung melepaskan genggaman tangannya dan duduk tegak." Kenapa kau mau menikah dengannya Joy?" Imbuh Lisa bertanya.
"Aku tidak menginginkan itu."
"Lalu apa tujuanmu menikahinya? Bukankan lebih baik menikahi aku saja." Joy menatap tajam Lisa. Sejak dulu hingga sekarang, Joy hanya menyukai Nara. Dia belum pernah jatuh cinta lagi hingga sekarang. Rasa sakit yang Nara torehkan begitu membekas sehingga hati Joy menjadi batu seperti sekarang. Joy menganggap jika wanita yang ada di sekitarnya hanyalah boneka untuknya. Beberapa wanita ada yang ingin menjadikan Joy tujuan hidupnya namun Joy sendiri enggan membuka hati. Yang di fikirkannya hanyalah bagaimana caranya membalas dendamnya di masa lalu.
"Silahkan.." Nara meletakan teh hangat dan makanan ringan membuat Joy dan Lisa saling memandang.
Berarti tadi gulanya benar-benar habis.
"Em Joy aku akan pergi setelah ini, apa ada sesuatu yang perlu ku siapkan?"
"Pergi kemana?"
"Ke rumah Della."
"Tidak boleh, kau harus tetap di rumah."
"Aku tidak sedang berpamitan, jika tidak ada ya sudah aku akan bersiap untuk pergi." Nara pergi dan berjalan menaiki tangga. Sementara Joy di buat frustasi akan sikap acuh Nara.
"Pergi.." Pinta Joy berdiri.
"Kenapa pergi?"
"Sudah ku bilang pergi!"
"Lalu uangnya?"
"Akan ku transfer nanti." Joy meninggalkan Lisa begitu saja. Joy benar-benar merasa aneh pada dirinya, masih ada sedikit rasa perduli pada Nara walaupun kenyataannya dia sangat ingin membalas perbuatan Nara dulu.
~Tere Liye
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Nengah Oka
kurang garam yg cewek katak ya
2023-01-27
0
chaaa
yg mau bls dendan siapa, yg frustrasi siapa 🤣 suka karakter ceweknya.kayaknya tangguh dan gak cengeng 👍
2023-01-04
0
Giralexta
Kll
2022-04-05
0