"Hey, kita mau ke mana lagi?"
"Tidak usah banyak bicara, ikuti saja aku. Kamu harus segera dieksekusi!" Gadis itu menanggapi dengan nada tak acuh.
Dih, aku berani bertaruh. Dia pasti marah padaku gara-gara aku menyebutnya seperti Cyborg.
Ya Tuhan … satu makhluk ciptaanmu di depanku saat ini benar-benar menyebalkan, ya. Sangat tidak ramah !
Haru hanya memandangi gadis itu dengan tatapan malas, seraya terus berjalan mengikutinya dari belakang.
Sebenarnya ada beberapa pertanyaan yang ingin dia tanyakan lagi, tetapi Haru mengurungkan niatannya untuk sementara. Dia tidak ingin merusak suasana, yang malah membuatnya akan mendapati omelan telak.
"Kita sampai."
Gadis itu menghentikan langkah kakinya.
"Hey, apa kamu sedang bercanda denganku?"
Haru yang turut menghentikan langkah kakinya tampak kebingungan. Dia menganggap jikalau gadis tersebut sedang mempermainkannya.
"Apa kamu pikir kalau aku sedang bercanda padamu?"
"Ya, begitulah. Kamu memintaku untuk mengikutimu, dan sebenarnya tujuan kita mau ke mana, sih?
"Lihatlah sekeliling, aku bahkan tidak melihat ada pemandangan yang berubah di sini. Atas, bawah, kiri, kanan, masih dengan pemandangan bertaburan bintang-bintang bersinar.
"Kita seolah sedang berjalan di atas lantai kaca yang transparan, dan saat ini pun kita cuma berpindah posisi, bukannya berpindah ruangan!"
"Ternyata otakmu cukup pintar, ya. Berterima kasihlah, karena aku sudah mengajakmu berolahraga."
Sialan! Dia benar-benar mengakuinya kalau dia memang mempermainkanku !
Tentu Haru menggerutu, tetapi dia tetap berusaha sabar, meskipun seraya mengepalkan kedua tangannya. Gadis itu cukup berhasil melakukan peranannya.
"Kamu ini punya banyak sekali waktu luang, ya. Bisa-bisanya melakukan hal menyebalkan begini padaku!"
"Ya, memang benar. Aku cuma merasa bosan melakukan pekerjaan ini. Sesekali aku ingin menjahili arwah gentayangan yang datang ke sini."
"Hmm … arwah gentayangan, ya, polos sekali. Ngomong-ngomong, ada yang ingin kutanyakan padamu. Kamu punya nama, kan?"
"Pertanyaan konyol!"
"Lah … bukankah itu wajar, kalau aku menanyakannya?
"Aku cuma bingung harus memanggilmu apa? Karena itulah, tolong beritahu aku siapa namamu?"
"Itu tidaklah penting. Untuk apa juga kamu ingin mengetahui namaku?
"Setelah kamu pergi dari sini dan terlahir kembali, kamu akan melupakan keberadaanku yang singkat ini."
Gadis itu menjentikkan jarinya lagi, lalu muncul dua singgasana megah dengan posisi yang saling berhadapan satu sama lain. Singgasana tersebut terlihat seperti kursi luxury di dunia Haru sebelumnya.
Kursi itu memiliki dimensi panjang dan lebar 70cm, dengan tinggi 170cm, serta lebar dudukan 50cm. Ukirannya benar-benar terlihat sangat mewah, dipadukan warna yang serupa dengan iris mata yang dimiliki gadis tersebut. Dengan warna emas pada ukirannya, dan warna biru untuk kain joknya.
Setelah gadis itu duduk, dia pun menyuruh Haru untuk turut duduk menemaninya.
"Kamu juga, duduklah."
Saat ini, dua keberadaan duduk berhadapan satu sama lain. Mereka adalah seorang gadis yang tampak sangat bosan, dan seorang pemuda yang masih saja kebingungan dengan sikap yang ditunjukkan oleh sang gadis sedari tadi.
Haru hanya tidak tahu harus berbuat apa. Karena dia merasa, jikalau tidak menuruti perkataan dari gadis itu, kesempatan emas baginya untuk hidup kembali 'kemungkinan' akan terancam dibatalkan.
"Jadi kamu tetap akan merahasiakannya?"
"...."
Gadis itu tidak menjawab pertanyaan Haru, dia benar-benar bungkam, atau bisa dibilang hanya malas untuk menanggapinya.
"Baiklah kalau begitu. Aku juga tidak akan memberitahukan namaku padamu. Biar sama-sama adil," lanjut Haru melontarkan pernyataan tegas dengan penuh percaya diri.
Sudut bibir gadis itu berkedut, dahinya pun sedikit mengerut. Seraya menatap Haru dengan tatapan dingin, dia berkata, "Apa kamu bodoh?ーAh, lupakan … kamu ini memang bodoh.
"Meskipun kamu tidak memberitahukannya padaku, aku sudah tahu akan hal itu."
Seraya bertopang dagu, Haru membalas perkataannya dengan tatapan mengejek, "Hou … baiklah, mari kita coba dengarkan."
Laki-laki ini, keras kepala sekali !
Aku heran, ternyata ada, ya … seorang perempuan waras yang mau menjadi kekasihnya.
Gadis itu merasa kesal, batinnya pun sampai menggerutu. Baru kali ini dia mendapati arwah gentayangan spesial yang memiliki sifat seperti Haru. Itu karena tamu yang pernah singgah sebelumnya, tidak pernah banyak bicara dan mengangguk-angguk saja.
Bukan hanya itu, hal ini juga menjadi kali pertama baginya merasa cukup senang. Karena gadis itu menganggap, seperti dia sudah mendapatkan seorang teman yang bisa diajak mengobrol dan bersenda gurau. Meski dia sendiri pun tahu, jikalau pertemuannya dengan Haru hanyalah sebatas pertemuan yang singkat.
Kemudian gadis itu turut menopang dagu dan tersenyum tipis. Ekspresi yang diperlihatkannya kini tampak mendominasi keadaan. Lalu dia memunculkan portal kecil berbentuk oval di sampingnya, dan mengambil sebuah kertas serta pena dari dalam portal tersebut.
Kedua benda itu kini terlihat melayang, seolah menunggu perintah untuk mulai mencatat setiap perkataan yang hendak diucapkan oleh gadis tersebut. Tanpa berlama-lama, dia pun langsung membeberkannya pada Haru.
ㅤ
...__________ ◊ __________...
Nama : Haru (Tidak memiliki nama keluarga atau marga).
Usia : 22 Tahun.
Pekerjaan : Pegawai kantoran.
Pekerjaan sampingan : Pedagang.
Status : Belum menikah, tetapi memiliki pasangan bernama Aria.
Ciri-ciri fisik :
• Memiliki gaya rambut lolita harajuku, dengan kombinasi warna antara hitam dan putih.
• Memiliki iris mata yang berbeda, dengan kombinasi warna yang sama sepertiku, Dewi Erythia. Akan tetapi, berkebalikan.
• Memiliki tinggi badan : 170cm.
• Memiliki berat badan : 65kg.
• dan memiliki golongan darah : O.
Sifat :
• MENYEBALKAN!
Alasan tewas :
• Korban pembunuhan berencana.
...__________ ◊ __________...
ㅤ
Setelah mendengarkan semua yang dikatakan oleh Erythia, Haru bertingkah biasa saja. Tujuan dia yang sebenarnya adalah, untuk memancing sang Dewi mengatakan sesuatu yang sangat membuatnya penasaran.
Sebenarnya Erythia sendiri sempat mengatakannya (sebuah nama), tetapi Haru tidak mendengarkan dengan jelas bagian sakral tersebut. Dia mengira bahwa sang Dewi masih saja bersikeras untuk tetap bungkam.
"Hou … kurasa ada yang salah dengan informasi tersebut."
Seraya sedikit menanggahkan kepalanya, Haru memberikan pernyataan dengan santai.
"Kamu bilang salah?" Erythia menyanggah dengan penuh percaya diri. "Kamu bisa melihat data itu dengan matamu sendiri." Kemudian memberikan kertas tersebut pada Haru.
Haru mengambil benda yang melayang ke arahnya itu, dan membaca isi tulisan yang sudah tercoret di sana. Dia men-skip bagian tidak penting terkait dirinya, dan ya … BINGO! Apa yang sudah dia rencanakan, ternyata worth it.
Mata dari Haru langsung terfokus pada nama seorang perempuan yang tercantumkan di kertas, dan tentu saja dia segera mengingatnya.
Bukan berarti Erythia sengaja menuliskan namanya di kertasーtidak seperti itu. Itu karena secara tidak sadar, dia sedang dituntun oleh Haru untuk memberitahukannya. Dikarenakan mereka berdua memiliki warna iris mata yang sama, hal tersebut justru dimanfaatkan sebagai umpan untuk memancing sang Dewi melakukannya.
Alasannya cukup sederhana. Kerap kali Erythia melakukan kontak mata terhadap Haru, dia menunjukkan sedikit rasa ketertarikan akan sosok seseorang yang memiliki warna iris mata sama seperti miliknya itu. Namun, hanya posisi letak yang menjadi pembeda.
Atau mungkin justru karena Erythia sedang memikirkan, 'bagaimana jikalau seandainya dia sendiri memiliki letak warna iris mata yang sama seperti Haru ?'
Tidak sampai di situ saja, ada juga sebuah coretan di kertas menggunakan huruf kapital yang membuat Haru merasa agak jengkel. Itu adalah Erythia yang menyebutkan jikalau sifat Haru 'menyebalkan'.
Yang jelas, Haru menolak keras satu pernyataan itu, tetapi dia tidak ingin ambil pusing, dan membiarkannya saja tanpa menegur Erythia sama sekali. Dia hanya menunjukkan kekesalannya dengan menatap sang Dewi melalui tatapan dingin tanpa ekspresi.
...***...
"Ya-Ya, baiklah. Kuakui kamu tahu tentangku. Bahkan informasi pribadi yang seharusnya tidak perlu dituliskan pun, kamu malah menuliskannya."
"Karena itu aku menyebutmu bodoh."
Sudut bibir Haru berkedut saat dia mendengar Erythia yang sedari tadi terus-menerus menganggapnya bodoh.
Dewi sialan! Sifatnya bahkan lebih buruk daripada Aria. Omongannya itu menusuk sekali !
"Terserah sajalah."
Haru memalingkan pandangannya seraya menyilangkan kedua tangan. Ekspresi yang terlukis di wajahnya begitu datar, menunjukkan seolah dia tidak peduli. Sedangkan Erythia terkekeh. Dia merasa benar-benar senang.
Selang beberapa saat, Haru kembali menatap Erythia.
"Ah, iya. Ada hal lain yang ingin kutanyakan lagi."
"Katakan saja."
"Baiklah. Pertanyaanku adalah, apa kamu tidak bosan dengan tempat ini?
"Maksudku, kalau saja kamu tidak merefleksikan pemandangan luar angkasa bertaburkan banyak bintang yang bersinar, tempat ini cuma sebatas ruang hampa semata.
"Aku masih ingat dengan jelas saat pertama kali aku membuka mata di alam ini. Semuanya terlihat hitam, dan terasa sangat hampa. Aku bahkan tidak dapat melihat tanganku sendiri."
Tepat seperti yang Haru katakan. Alam reinkarnasi yang dihuni oleh Dewi Erythia terbentuk dari ruang hampa. Jikalau dipandang dalam sudut ilmu astronomi, itu tidak berbeda seperti “Bootes Void”, atau yang kita kenal dengan sebutan The Great Nothing.
Adalah kehampaan terbesar yang ada di Alam Semesta, dan merupakan sebuah wilayah ruang yang teramat luas. Kira-kira berbentuk seperti bola, yang mengandung sangat sedikit galaksi, juga terletak di sekitar rasi bintang Boötes.
Erythia tertegun mendengar perkataan Haru. Dia benar-benar bingung harus merespon bagaimana. Apakah harus tampak bahagia, atau justru sebaliknya?
"Kalau aku mengedepankan egoku, kamu mungkin benar. Tentu saja aku bosan dengan pekerjaanku ini. Sudah jelas kalau aku ingin segera pensiun dan merasakan sensasi yang baru. Pada kenyataannya, mau bagaimanapun juga, ini sudah menjadi tugasku. Aku tidak bisa mengeluh karena hal itu.
"Aku adalah seorang Dewi, tepatnya Dewi Kelahiran. Semua makhluk yang terlahir berawal dari ketiadaan dan kehampaan. Kamu hanya memiliki arwahmu, tanpa raga yang nyata. Setelah kamu bereinkarnasi, kamu mengalami fase penciptaan, dan kamu pun akan memiliki rupa. Itu adalah sosok nyatamu yang bukan hanya sekedar siluet semata.
"Karena ketiadaan dan kehampaan itulah yang membuat sosokku harus tinggal di alam ini. Lagi pula, tugasku adalah membimbing arwah spesial sepertimu untuk mendapatkan kesempatan hidup kembali di dunia yang berbeda. Meski terbilang sangat jarang sekali aku mendapatkan tamu khusus, jadi aku cuma menghabiskan waktuku dengan penuh kebosanan."
Erythia menjawab detail semua pertanyaan Haru. Mendengarkan itu semua, sontak membuat Haru jadi ingin melakukan sesuatu untuk menolong sang Dewi.
Kurasa, aku sudah tahu terkait langkah apa yang harus kuambil selanjutnya. Tentu saja ini akan menjadi suatu hal yang menarik.
Dengan begini sudah kuputuskan. Kuharap itu bisa membantu mengembalikan keceriaan di balik keputusasaannya, walau mungkin tidak sebanding dengan apa yang benar-benar dia inginkan.
Bersabarlah sedikit lagi, Dewi Erythia. Kamu pasti menyukainya. Karena kebahagiaan akan segera menjemputmu.
^^^To be continued …^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
itachi
jangan jangan
2022-01-15
2