New Life In Another World
Prediksi musim menjadi sia-sia. Hujan deras, bunga pun berguguran. Angin yang bertiup kencang, membuat udara sedikit terasa dingin.
Stik kembang api yang tersisa masih berada di dalam kotak, menunggu giliran untuk dinyalakan. Meskipun aku tidak terlalu menyukai kepulan asap, tetapi kumerasa bahagia karena bersama dirimu.
Dalam kedinginan ini, kita berdua berbagi kehangatan. Membuatku menjadi tak membenci musim yang tidak stabil ini. Sambil duduk bersandar membaca buku mencoba menirukanmu, dirimu menatapku lembut, lalu tersenyum lebar.
Hari-hari damai yang selalu kita rasakan, inginku melindunginya. Namun, maafkanlah aku karena tidak bisa melakukan hal tersebut.
Terima kasih …
dan, selamat tinggal ....
...❧❧❧❧❧...
[ 1 jam sebelumnya di kediaman Aria ]
“Kamu serius akan pulang, Haru?” tanya Aria menunjukkan ekspresi wajah sangat cemas.
Aria, seorang gadis yang manis berusia 22 tahun. Berpenampilan biasa saja, tetapi menarik, karena perawakannya itu ‘bisa dikatakan’ cukup berisi. Dia memiliki rambut lurus berwarna sedikit pirang, berpadu dengan iris matanya yang berwarna biru seperti langit cerah di pagi hari.
Gadis yang mengenakan pakaian tidur berwarna biru dengan motif beruang itu adalah kekasih Haru.
“Ya. Maafkan aku, Aria. Aku tidak bisa menginap, meski orang tuamu pun menyuruhku untuk tetap tinggal,” jawab Haru yang sedang duduk di kursi teras seraya mengikat tali sepatunya.
“Kenapa? Bukankah besok kamu libur?”
“Memang.”
“Terus?”
“Aku sudah pernah memberitahukanmu, bukan? Meski aku memiliki waktu libur sekalipun, aku tetap saja mendapatkan tugas.”
Haru beranjak berdiri, kemudian mengenakan jaketnya. Dia mengambil ponsel dari saku celana dan menunjukkannya pada Aria, agar gadis itu membaca dan mengetahui isi pesan terkait pekerjaan yang harus dikerjakan besok.
“Ini … mengecewakan! Bisa-bisanya mengganggu hari libur orang lain!”
Aria menggerutu hebat. Ekspresi wajah cemas beberapa saat yang lalu, langsung berubah drastis memperlihatkan jikalau dia menjadi sangat kesal. Sedangkan Haru, dia memberikan senyum lembut menanggapi kekasihnya itu.
“Mau bagaimanapun, aku tidak bisa menolak. Para atasan terlalu mengandalkanku.”
“Aku tidak menyalahkanmu. Orang-orang dari perusahaanmu itu memang tidak bisa diharapkan!”
“Kamu mungkin benar. Sejujurnya, aku sendiri pun kesal mendapati keadaan seperti ini. Yang jelas, setelah semua pekerjaanku selesai, aku pastikan menyempatkan untuk datang menemuimu lagi.”
Berkata seraya memegangi pipi kekasihnya itu, Haru mencoba untuk menenangkan Aria.
“Um ....” Aria mengangguk. “Aku selalu menantikan kedatanganmu, Haru.”
Haru berhasil membuat Aria cukup merasa puas.
“Terima kasih karena sudah mengerti. Tolong sampaikan pada orang tuamu kalau aku pulang.”
“Um … akan aku beritahukan pada mereka nanti.”
“Kalau begitu, aku pamit. Setelah kamu masuk ke dalam, cepatlah beristirahat, oke!”
“Iya. Kamu tidak perlu khawatir tentang itu.”
Haru tersenyum sebagai tanggapan. Dia mengelus lembut kepala Aria, dan memberikan kecupan manis di dahinya. Aria pun tampak senang.
“Hati-hati, ya.”
“Ya.”
Setelah berpamitan, Haru berbalik dan pergi meninggalkan kediaman Aria untuk segera pulang. Sedangkan Aria, hanya terus menatap Haru hingga sosok pemuda tersebut tidak terlihat lagi dalam jangkauan pandangannya.
...❧❧❧❧❧...
Suasana komplek perumahan di malam itu, memang sangatlah sepi, dan waktu menunjukkan hampir menjelang tengah malam.
Setelah hujan deras berhenti mengguyur permukiman, suhu udara turun dan terasa sangat dingin. Meski Haru sudah mengenakan jaket tebal sekalipun, dinginnya udara malam tetap menembus dan merasuk, bahkan seolah menusuk-nusuk tulang.
“Huh … dingin sekali. Bersama dengan Aria memang terbaik,” gumam Haru saat menyusuri jalanan seraya menyilangkan kedua tangan di dadanya.
Sampai tibalah dia di depan sebuah gang, Haru memutuskan berhenti sejenak untuk mengambil bungkus rokok dari dalam saku jaketnya. Dia mengambil satu linting tembakau, lalu membakar dan menghisapnya seraya melanjutkan berjalan pulang.
Semenjak Haru melewati perempatan jalan pertama, dia tidak menyadari jikalau ada beberapa orang yang sedang mengikutinya.
Seraya menunggu best moment seperti ini datang, sebelumnya, para penguntit berdiam diri dan memantau keadaan dari salah satu rumah kosong yang berada tidak jauh dari kediaman Aria.
Satu orang dari mereka segera berlari memutari jalanan untuk mencegat Haru secara langsung dari arah depan. Siluet hitam kini tengah berdiri menyamping di depan tiang listrik yang berada di sudut jalanan.
Dari kejauhan, Haru sudah melihat sosok tersebut, tetapi dia hanya menghiraukannya. Dia tidak pernah memiliki pikiran buruk terhadap orang lain, sekalipun yang bersangkutan terlihat sangat mencurigakan.
Dengan suara yang sedikit parau, sosok misterius itu mulai berbicara dengan nada santai, “Kau muncul lama sekali. Aku sudah lelah menunggumu dari tadi.”
Perkataan barusan membuat Haru menghentikan langkah kakinya. Ada jeda beberapa saat sebelum dia memberikan balasan.
“Kau siapa? Ada urusan apa denganku?”
“Urusan, ya .... Responmu menggelikan sekali!”
Hey, Bung … mungkinkah kau sedang mabuk ?
Tiba-tiba saja mencegatku dan bertingkah sok akrab padaku !
Seketika itu Haru mulai waspada dengan sekitarnya, tetapi tetap bersikap tenang. Dia sempat melirik sejenak ke belakang, untuk memastikan tidak ada ancaman mengepung dari kedua arah.
“Oy, tunjukkan dirimu. Keluar!” Haru meninggikan nada bicaranya.
“Hou … sepertinya, ini akan menjadi sangat menarik. Kuharap kau tidak menyesal karena sudah berkata seperti itu padaku!” balas sosok misterius itu seraya berjalan ke luar perlahan.
Eh? Mengenakan topeng ?
Cih, dasar brengsek !
Sosok berpenampilan serba hitam tersebut, mulai menampakkan diri seutuhnya. Namun, seperti apa yang Haru lihat, sosok misterius itu menyembunyikan parasnya di balik topeng aneh yang dia kenakan.
“Hey, Bung … ada apa dengan wajahmu?
“Apakah kau tidak merasa percaya diri, atau mungkin kau sedang bermain peran sebagai Super Sentai, hah?!”
“HAHAHA ...!! Apa yang salah dengan itu?
“Setiap perkataan yang kau ucapkan memang menarik. Kuakui itu!”
“Ah, terima kasih pujiannya.”
“Hou … pujian, ya … ckckck. Terserahlah apa katamu. Lagi pula, aku tidak peduli. Yang jelas, seorang penjahat tengil yang sudah merebut buruan orang lain sepertimu, harus segera diadili!”
TungguーHah …?!
Apa yang sedang dia bicarakan, sih ?!
Dia ingin meniru acara prank seperti di program televisi luar negeri itu, ya? Begitukah maksudnya ?
Sial! Aku yakin sekali dan berani bertaruh, pasti ada yang salah dengan otaknya. Dia tidak waras !
Tentu Haru kebingungan dan merasa risih dengan pernyataan pada kalimat terakhir yang terkesan cukup serius dan berbahaya. Dia pun tidak melonggarkan kewaspadaannya sama sekali. Justru, dia terlihat sangat siap jikalau akan terjadi pertarungan yang tidak mungkin dapat dihindari.
“Baiklah, sudah cukup dengan basa-basinya. Kau … MATILAH!” teriaknya.
Sosok misterius tersebut langsung berlari kencang mendekati Haru yang tengah berdiri di sana. Lantas, Haru membuang rokok di jarinya dan dengan sigap segera memasang kuda-kuda pertahanan diri. Dia sudah menyimpulkan jikalau ada yang tidak beres dengan yang bersangkutan setelah cukup mengamati.
Seraya berlari, sosok misterius tersebut mengepalkan salah satu tangannya. Setelah mengambil jarak cukup dekat dengan Haru, dia langsung meluncurkan tinjunya itu tepat ke arah wajah Haru.
BUUKKK !
Itu berhasil ditangkis oleh Haru dengan mudah. Haru kemudian mundur beberapa langkah dan segera mendekat lagi, untuk meluncurkan tendangan balasan dari arah samping seperti tongkat baseball, tepat ke arah badan lawan dengan bagian atas kakinya.
Akan tetapi, usahanya itu gagal! Sosok misterius tersebut merespon bahaya yang datang dengan cepat, lalu salto beberapa kali menghindar ke belakang untuk mengambil jarak aman.
“Cih!”
Reflek yang ditunjukkan oleh sang lawan, benar-benar membuat Haru merasa kesal sementara mengontrol emosinya.
“Menarik sekali. Aku bahkan tidak menyangka kau akan bertahan dan memberikan perlawanan. HAHAHA ...!!” ucap sosok misterius itu seraya bertepuk tangan, di akhiri dengan tertawa seperti orang kerasukan.
“Hey, Bung … apa masalahmu tiba-tiba menyerangku?!
“Aku tidak pernah mengusikmu, bahkan aku juga tidak mengenalmu!”
Haru tetap bersikap santai, mencoba mengorek informasi.
Mendengar ocehan Haru yang tidak penting, sosok misterius tersebut langsung menanggahkan kepalanya. Dia menjadi semakin murka dan dipenuhi oleh amarah.
“Tidak usah banyak bacot. MATILAH KAU, KEPARAT!”
“Dasar brengsek!”
Sosok misterius tersebut kembali meluncurkan pola serangan yang sama seperti sebelumnya, tetapi kali ini ke arah yang berbeda. Sudah jelas Haru berhasil menangkisnya. Namun, dia tidak menyadari jikalau satu tangan yang lain dari lawannya itu, ternyata sudah memegangi sebuah pisau lipat tajam, dan tengah diarahkan langsung untuk menusuk perut Haru.
“Dengan ini … SEKAKMAT!”
“Eh?”
Haru yang tidak sadar sudah tertusuk, perlahan mulai merasakan sakit dan nyeri pada bagian perutnya. Dia langsung melihat ke arah bagian tubuh yang terkena tusukan, hingga membuatnya tersungkur mundur beberapa langkah.
Bersamaan dengan cairan merah di bagian tubuh yang terluka, berangsur-angsur merembes ke luar hingga menembus lapisan pakaian yang Haru kenakan. Sedangkan, sosok bertopeng tersebut hanya melihat miris Haru dengan tatapan kejam dari balik topengnya. Dia tersenyum puas.
Seraya memegangi luka tusukan, kedua kaki Haru benar-benar terasa lemas dan tidak sanggup menopang keseimbangan tubuhnya untuk tetap berdiri. Tidak lama kemudian, dia terjatuh dari bangkitnya. Akan tetapi, tidak sampai di situ saja. Secara tiba-tiba, muncul seseorang dari arah belakang berlari mendekatinya.
BUUKKK !
Satu sosok lain yang tidak dikenal, tanpa merasa iba dan segan langsung memukul kepala Haru dengan sangat kencang menggunakan tongkat baseball. Lantas, Haru pun tumbang.
Sial! Pengeroyokan !
Ini sudah jelas pembunuhan yang direncanakan !
Brengsek! Orang-orang ini benar-benar sudah kehilangan kewarasan mereka !
Haru sempat mengutuk di dalam hati karena kesadarannya masih ada. Selain itu, meskipun darah segar mengalir deras dari kepala sampai memenuhi wajahnya, dia masih bisa melihat langkah kaki para tersangka mulai berlari pergi meninggalkan dirinya yang sudah terkapar tidak berdaya.
Argh ...! Sial! Kesadaranku perlahan mulai hilang. Pandanganku juga mulai kabur.
Aria … maafkan aku yang tidak bisa menepati perkataanku untuk mengunjungi dan bertemu denganmu lagi.
Hingga pada akhirnya, Haru benar-benar tidak sadarkan diri dan tergeletak begitu saja di sebuah gang komplek perumahan tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Ananda Harahap
kurang sadis
2024-07-24
0
Ya Fi
anda puitis sekali kisanak
2023-08-31
0
Mr STeeL
coba dulu hehe
2022-04-29
1