Assalamulaikum
Bertemu lagi para Readers kece
"Saat orang lain tak bisa menghargaimu, buatlah berharga untuk dirimu sendiri"
By Rajuk Rindu
💖💖💖💖💖
Sudah tiga bulan berlangsung pernikahan Roland dan Khanza, Roland menjalani hidupnya seperti biasa, berangkat ke kantor setiap hari, sementara Khanza terkurung di villa, tidak ada yang tahu, Roland tetap memusuhi dan memperlakukan Khanza dengan kasar. Dan Khanza hanya pasrah dengan perlakuan suaminya, ponselnya disita, hingga Khanza tidak bisa berintraksi dengan siapa pun.
Pagi ini, pukul delapan Roland sudah duduk manis di meja kerja sambil menikmati sarapan bubur ayam kesukaannya. Bubur ayam itu buatan istri Rifal asisten pribadinya.
“Bagaimana kalau kau buka angkringan bubur ayam.” Kata Roland sambil menyuap sisa akhir buburnya.
“Saya tak punya lahan dan dana bos.” Ujar Rifal, dulu istrinya juga pernah mengusulkan ide yang sama.
“Gampang, nanti kita survey di mana lahan yang cocok.”
“Butuh dana yang banyak bos.”
“Soal dana jangan dipikirkan, kita bisa kerjasama.”
“Serius bos.” Ucap Rifal antusias, istrinya pasti senang banget mendengar berita ini.
Roland pun mengangguk, menyatakan keseriusannya, akan membantu Rifal itu membuka usaha angkringan bubur ayam. Rifal berterima kasih pada Roland kemudian kembali ke meja kerjanya.
Sementara di depan kantor Roland, seorang wanita seksi dan cantik sedang berjalan anggun memasuki area kantor, Agnis yang baru sampai ke kantor Roland, hatinya berbunga-bunga, ketika melihat mobil Lamborghini Sian. Mobil keluaran Lamborghini yang di banderol harga US$ 3,6 juta, itu setara dengan Rp 53 miliar, milik Roland sepagi ini sudah nangkring indah di depan kantor.
“Langkahku memang baik, Roland sedang berada di kantor.” Gumam Agnis seraya tersenyum simpul.
“Selamat pagi, Nona Agnis.” Sapa resepsionis ramah.
“Pagi Nona cantik.” Balas Agnis sambil tersenyum manis, Agnis memang sangat pandai memuji, siisi kantor Roland sangat akrab dengannya, karena dia sangat ramah pada siapa saja, tidak ada nada yang menyangka, kalau dia mempunyai sifat jelek di sebalik keramahannya.
“Apakah tuan Roland sudah datang?” Tanya Agnis sekedar basa-basi.
“Ada, Nona, silakan.”
“Terima kasih.” Ucap Agnis kemudian melangkah menuju lift.
Begitu lift terbuka, Agnis bergegas masuk dan menekan tombol angka tiga, sepermenit kemudian lift terbuka kembali, Agnis melangkah anggun menuju ruangan Roland, dia sudah tak sabar, ingin tahu kabar Roland setelah tiga bulan pernikahannya, Agnis sengaja pergi keluar kota dan menstop komunikasinya dengan Roland.
“Apakah Roland dan Khanza sudah berpisah?” Agnis tersenyum saat membayangkan, kalau mahligai rumah tangga Roland dan Khanza hanya tinggal kenangan.
Klik … Agnis memutar knop pintu ruangan Roland, Roland yang sedang focus di depan laptop, tidak menyadari kalau memasuki ruangannya. Roland memang sosok gila kerja, dia tidak pernah bermain-main dengan proyek yang sedang ditanganinya, makanya setiap apa saja yang dikerjakannya, hasilkan akan sangat memuaskan.
"Hay,.. selamat pagi tuan Roland." kata Agnis seraya langsung mengembangkan kedua tangannya memeluk Roland, tentu saja Roland kaget mendapat serangan mendadak dari Agnis.
“Hay, Agnis! kamu apa kabar.” Roland membalas sapaan Agnis kemudian menatap wajah Agnis yang hanya berjarak beberapa inci.
"Bagaimana bulan madunya, asik dong." Agnis bertanya sambil melingkarkan lengannya ke leher Roland. Dan mendudukkan bokongnya di paha Roland, seperti biasa jika dia bertemu Roland. Dulu Roland akan segera membalas pelukan Agnis dengan kecupan mersa dibibirnya yang merah merona.
"Ehhh... jaga jarak." kata Roland menyingkirkan lengan Agnis, dan memintanya duduk di kursi yang ada di depan meja kerjanya.
“Eh, sory, sudah ada peraturan baru ya.” Ucap Agnis merasa nggak nyaman dengan ucapan Roland barusan.
"Bukan mahram." lanjut Roland
"Sekarang aku sudah beristri, statusnya sudah bereda." Ujar Roland sengaja menggoda Agnis.
Deg, kata-kata Roland membuat jantung Agnis terasa sakit seperti ada ribuan jarum yang menusuk, saat Roland menghindar dan menyebut nama Khanza. Biasanya, begitu dia datang, Roland akan memeluknya mesra, kemudian mencium pipi kiri dan pipi kanan. Roland sudah berubah 360 derajat padanya.
"Iya...iya." Agnis menjauh dan duduk dikursi depan meja kerja Roland.
“Kayaknya kamu gemukan ya sekarang, baru juga tiga bulan tak ketemu.”
“Iya dong, kan sudah ada tukang masak.”
“Emang Khanza pandai masak.”
“Masakannya enak banget.” Bohong Roland sekenanya, karena selama ini, dia tidak pernah mau menyentuh makan Khanza, apa lagi memakannya.
“Sepertinya tidak terjadi apa-apa dengan Roland dan Khanza, mereka baik-baik saja.” batin Agnis. Bahkan Roland terlihat sangat senang dan bahagia.
“Apa kabar istrimu?” Tanya Agnis basa basi. Dia mulai penasaran, ingin lebih tahu kabar Khanza.
“Baik.” Jawab Roland.
“Di mana dia sekarang?”
“Di rumah? Tidak ngantor?”
“Tidak! kami lagi program, jadi Khanza nggak boleh capek-capek.” Ujar Roland, entah dari mana dia dapat ide untuk mengarang cerita seperti ini.
“Biarlah berbohong, yang jelas Agnis tidak lagi bertanya?” Gumam Khanza.
Kembali lagi rasa sakit menusuk jantung Agnis, saat Roland mengatakan kalau mereka sedang program mendapatkan momongan, Agnis dengan gaya piawai penuh kelicikan menyampaikan maksud dan tujuannya menemui Roland, dia ingin mengajak Khanza bergabung dibutiknya, karena Agnis tahu, kalau Khanza lulusan Rhode Island School of Design Amerika, sudah banyak baju-baju yang didesainer Khanza di butik Ranti dan peminatnya sangat banyak, dan sekarang dia ingin Khanza mendesain baju-baju di butiknya.
“Mana mungkin ku izinkan Khanza bekerja, kami kan lagi program.”
“Ayolah Roland, aku butuh tenaga professional seperti Khanza.”
“Kerjanya nggak berat-berat kok, bisa sambil program.”
“Iya, izinkan ya, aku mohon.” Ucap Agnis bermohon.
Jika Khanza menerima tawaran bekerja di butiknya, Agnis akan lebih mudah mengawasi gerak gerik Khanza, dan bisa dengan mudah melaksanakan misi-misi berikutnya.
Awalnya Roland menolak, karena Roland tidak ingin Khanza berintraksi dengan orang luar lebih leluasa, tapi karena rayuan dan trik Agnis, akhirnya Roland mengangguk tanda setuju. Sebenarnya dulu Roland sudah pernah merencanakan akan membuatkan butik untuk Khanza lebih besar dari punya Agnis. Tapi rencana itu gagal, karena dia sangat kecewa pada Khanza.
"Okey, nanti saya bicarakan dengan Khanza." Kata Roland akhirnya menyerah.
“Keluar yuk, sambil ngopi-ngopi.” Ajak Agnis.
“yuk! di cafe sebelah aja ya.” Roland pun setuju sambil mematikan laptopnya.
Roland dan Agnis keluar ruangan menuju lift turun kelantai dasar dan terus masuk ke cafe karen yang bersebelahan dengan kantor Roland. Mereka mengambil meja paling pojok.
Waiter datang menawarkan menu dengan secarik kertas dan sebuah pena. Roland memesan dua gelas Bubble milk tea, tak sempat lima menit pesananpun sudah terhidang.
Ponsel Roland bergetar ada panggilan masuk dari sekretarisnya, mengabarkan kalau pak hadi dan pak bagus dari kantor cabang unit telah sampai.
Baru dua teguk Roland menyeduh minumannya, dia sudah ingin beranjak, ada rasa kecewa di wajah Agnis dia berharap bisa lebih lama lagi bersama Roland.
“Okey Agnis, saya harus balik ke kantor lagi, lain kali kita ketemu lagi.” Kata Roland.
“Jangan lupa yang tadi sampaikan ke Khanza ya.” Agnis tersenyum tipis
“Iya, ntar disampaikan.” Roland beranjak meningalkan Agnis dengan wajah cemberutnya.
"Okeylah, kabari aku secepat ya." kata Agnis sambil melambaikan tangan.
Agnis masih duduk termagu di kursinya, wajahnya ditekuk kerana sedikit kesal dengan Roland yang sekarang seperti menjaga jarak dengan dirinya. Andai saja Khanza tidak hadir dan merusak semuanya, Roland sudah pasti menikah dengannya.
💖💖💖💖
Para readers kece
Author butuh dukungan like dan komen.
Terima kasih🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
YaNaa Putra Umagap
agnis perempuan gak tau malu banget....
2021-10-24
0