"Berpura-pura membenci, lebih menyakitkan dari berpura-pura mencintai."
By Rajuk Rindu
💖💖💖💖
Roland kembali ke Villa, di mana dia mengurung Khanza. Dan dia sudah memesan beberapa kebutuhan untuk Khanza bertahan hidup, semarah apapun dia, dia tidak akan membiarkan Khanza mati kelaparan, dan dia juga tidak akan membiarkan Khanza kelayapan keluar, karena dia tidak ingin ada satu orangpun, termasuk keluarganya tahu tentang prahara yang menimpa rumah tangganya yang baru berumur satu hari, jika ada yang mengekposnya, maka hancurlah reputasinya.
“Tuan, ini semua pesanannya.” Seorang kurir menurunkan pesanan Roland.
“Letakkan saja di atas meja makan.” Kata Roland.
“Ini nasi uduknya, Tuan.”
“Letakkan saja di mejakan.”
Setelah meletakkan semua pesanan Roland, kurir itu pun pamit begitu menerima bayaran.
Roland masuk ke kemar, diliriknya jam weker di meja kerjanya, sudah menunjukkan pukul 08 lewat 15 menit, dia bergegas menyambar handuk, hari ini, ada janji menemui rekan bisnisnya dari Malaysia, kemaren dia sudah memerintahkan asisten pribadinya yang akan menemui Mr. John, karena dia berencana akan pergi berbulan madu, karena bulan madunya gagal total, dia memutuskan akan menemui sendiri Mr John, Roland segera masuk ke kamar mandi membersihkan diri, setelah selesai ritual mandinya, dia pun berpakaian.
Saat teringat di mana dia mengurung Khanza, dia pun bergegas menuju ke ruang tengah, diambilnya kunci kamar di laci nakas yang terletak di samping televisi.
Klikkk, Roland menekan tombol remote, begitu pintu terbuka, dia masuk, terus memendai seluruh sudut kamar, tidak ada sosok Khanza, sayup terdengar suara gemericik air.
“Pasti wanita itu di kamar mandi.” Pikir Roland, Roland pun duduk di tepi ranjang menunggu Khanza keluar sembari memaikan ponselnya.
Suara gemericik air tidak terdengar lagi, Roland menatap pintu kamar mandi, namun lima belas menit berjalan tidak ada tanda-tanda seseorang akan keluar. Roland kembali menunggu hingga sepuluh menit kemudian Roland beranjak dari duduknya, dia mendekati ke pintu kamar mandi dan meraih knop pintu.
“Brakkk.” Tubuh Roland ambruk, dia kaget tiba-tiba pintu terbuka. Karena kagetnya membuat tubuhnya tidak seimbang dan jatuh menimpa tubuh Khanza, hingga mereka berdua jatuh bersamaan. Tubuh Roland berada di atas tubuh Khanza. Dengan kedua tangannya Khanza mendekap dadanya, agar handuk yang membalut tubuhnya tidak terlepas.
“Singkirkan tubuh kotormu dariku.” Ujar Roland, dia mendorong tubuh Khanza agar bergeser. Khanza menatap wajah lelaki yang baru sehari jadi suaminya itu, di manik mata itu masih terlihat kilatan kebencian.
Dengan bertumpu di pinggiran daun pintu, Khanza berusaha bangkit, tangan kanannya meraih gagang pintu. Baru saja dia berhasil sedikit mengangkat tubuhnya, dia melorot kembali ke lantai.
“Auuuu..." rintih Khanza, dia kembali lagi mencoba berdiri, tapi gagal, kaki kanannya terasa sakit dan nyeri, karena tertindih tubuh Roland yang tinggi dan kekar.
Melihat Roland tidak memperdulikannya, Khanza berusaha berinsut dengan menggunakan kedua telapak tangannya, dia berusaha mencapai ke depan pintu dan keluar dari kamar mandi.
“Kau pasti hanya berpura-purakan, supaya aku kasihan padamu.” Ucap Roland sambil berjongkok, terus mencengkram kuat dagu Khanza. Khanza menepis tangan Roland.
Khanza yang sudah berhasil menyandarkan tubuh di dinding kamar, meluruskan kaki kanan yang terasa sakit. Dengan tangan kanan diurutnya pelan, rasa sakit dipergelangan kakinya menyatu dengan rasa sakit di hatinya, tiba-tiba dua bulir Kristal menetes di sudut mata indahnya.
Roland masih dalam posisi berjongkok, saat matanya menatap pergelangan kaki kanan Khanza yang mulai memerah dan membengkak, dia menyodorkan lengannya, kemudian menggendong Khanza yang hanya tertutup handuk ke tempat tidur, kulit putih dan harum tubuh Khanza seketika mengusik darah lelaki Roland, serta merta Roland menepisnya.
“Khanza bukan siapa-siapa, dia tak lebih hanya wanita murahan.” Batin Roland seketika timbul rasa jijik Roland, Roland pun segera melepaskan Khanza, hingga Khanza terlempar ke kasur.
"Aduhhh...." Khanza memegang pergelangan kakinya, dia tak menyangka kalau Roland akan melepaskannya secara mendadak. Khanza mengaduh kesakitan sambil memegangi kakinya.
Sebenci apapun Roland pada Khanza, dia tidak bisa membiarkan Khanza kesakitan, rasa ibanya timbul seketika, dia mengambil minyak gosok dan mengurut kaki Khanza yang terkilir. Khanza meringis kesakitan, tapi Roland tak perduli, diurutnya kaki Khanza sampai Khanza tidak meringis lagi. Selesai mengurut kaki Khanza, Roland beranjak membuka lemari pakaian, mengambil satu stel dres tanpa lengan, bra dan cd, kemudian melempar kasar ke arah Khanza.
“Terima kasih, Mas.” Ucap Khanza lirih
"Jangan kegeeran." bentak Roland.
Roland melengos, dia tidak memperdulikan ucapan Khanza. Dia melangkah keluar dan kembali lagi dengan membawa satu box nasi uduk . Dia meletakkan box nasi dan dua botol air mineral di atas meja rias.
“Kalau masih ingin hidup, makanlah.” Kata Roland.
"Terima kasih, Mas." ucap Khanza untuk kedua kalinya.
Roland masih tetap dengan wajah datarnya, hanya sekilas melihat kearaj Khanza, kemudian beranjak meninggalkan Khanza. Khanza hanya menatap punggung suaminya hingga menghilang di balik pintu.
Roland keluar villa, lalu menekan tombol remote dan mengunci villa dari luar.
Setelah kepergian Roland, Khanza memakai baju yang tadi dilempar Roland ke wajahnya, kemudian dia meraih sisir dan menyisir rambutnya yang terlihat kusut, Khanza menatap wajah di cermin, bekas tamparan Roland masih melebam dipipinya, perlahan dirabanya, rasa sakit kembali menusuk hatinya, tanpa diminta air matanya kembali meluncur deras, dia menangis tersedu. Hingga tubuhnya tergoncang.
“Sudah Khanza berhentilah menangis.” Batinnya dalam hati seraya menguatkan diri.
"Aku harus kuat, tak ada yang bisa menolongku di sini." batinnya lagi.
Perlahan diusapnya sisa airmata yang masih menempel di wajah. kemudian dia berinsut dari duduk, menggapai nasi uduk yang berjarak satu meter dari tempat tidur, saat nasi uduk sudah berada dipangkuannya, dengan tangan yang sedikit gemetar, dia membuka box nasi itu, dia sangat lapar, dari semalam sore perutnya belum di isi apa-apa, perlahan dimasukkannya suapan demi suapan, walaupun selera makannya hilang, namun dia memaksakan diri untuk menghabiskan makananya. dia harus kuat, bagaimanapun perlakuan Roland kepadanya.
Selesai makan Khanza berdiri pelan, lalu turun dari tempat tidur, mencoba berdiri, masih terasa nyeri, tapi tidak sesakit tadi, dengan pertumpu pada kedua tangannya, sambil berpegangan pada apa saja yang bisa menyeimbangkan tubuhnya, dia menyusuri dinding kamar, kemudian keluar, dan terus meyusuri dinding, hingga dia sampai ke dapur. Khanza meraih kursi dan duduk di depan meja makan.
Matanya tertumpu pada barang-barang yang ada di meja makan, ada minyak goreng, telur, beberapa kaleng susu, keju, roti, cornet, nauget dan barang-barang kebutuhan lainnya.
“Apa Roland membeli ini semua untukku.” Pikir Khanza.
Khanza mengemas barang-barang tersebut ke dalam kulkas, ternyata di dalam kulkas sudah ada persedian ikan, daging dan udang.
“Apa Roland sudah mau memaafkanku." batin Khanza dengan rasa syukur. Khanza melanjutkan aktifitasnya membersihkan dapur. Dia berharap setelah ini hubungannya dengan Roland akan membaik.
"Auuuuu." tiba-tiba Khanza menjerit, hampir saja dia tergelincir.
💖💖💖💖
Para readers kece
Kasih like and komen ya
Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Santai Dyah
aku pilih yang on goin saja lanjut thor
2021-10-20
3