"Di dunia ini penuh dengan orang jahat, jadi jangan lagi ditambah dengan dirimu."
By Rajuk Rindu
💖💖💖💖💖💖
FLASHBACK
Sepasang mata mengintai semua kejadian yang menimpa Khanza, dan pemilik mata itu tersenyum puas. Marasa bahwa dia dalam pihak yang menang. Dengan tarikan napas yang lega pemilik mata itu, mengeluarkan sebuah amplop dari tas tangannya.
"Ini pembayaran untukmu, kerjamu lumayan bagus." Wanita itu menyodorkan amplop kertas padi pada seorang leleki paroh baya.
Lelaki yang didapati Roland bersma Khanza tadi, menerima amplop yang di berikan wanita cantik itu, uang tunai sebesar 200 juta, sambil tersenyum, dia bergumam "dengan uang ini aku bisa berpoya-poya dan berjudi lagi."
"Jika Roland dan Khanza bercerai dalam bulan ini juga, kau akan kuberikan bonus lima kali lipat dari yang kau terima hari ini." lanjut wanita itu seraya tersenyum sinis.
"Okey! saya akan pastikan mereka akan bercerai secepatnya." kata Heru terkekeh.
“Rasain kau Roland, itu akibatnya jika kau bermain-main dengan om mu ini.” Gumam Heru.
Rasa dendam yang mengakar sudah membara di dada Heru, membuatnya nekad melakukan ini. Masih terbayang di ingatan Heru, bagaimana penolakan Roland saat dia butuh pinjaman untuk membayar hutang-hutangnya.
"Roland, Om butuh uang 500 juta." Heru mengiba, agar Roland memberinya uang lagi, pada waktu itu
"Maaf Om, aku tidak akan memberikan uang sepeserpun untuk Om, sudah berkali-kali Om menghabiskan uang di meja judi, biar saja polisi membawa Om." kata Roland waktu itu penuh dengan amarah.
Heru terpaksa menjual mobil dan saham miliknya untuk membayar hutang-hutangnya, kalau tidak, dia akan mendekam di penjara. sejak kejadian itu Heru sangat marah kepada keponakannya dan berjanji akan membuat hidup Roland hancur.
Heru menyetui perjanjian dengan seorang wanita yang telah lama mencintai Roland dan merasa kalau Khanza telah merampas Roland dari sisinya, wanita itu adalah Agnis rekan bisnis Roland, beberapa hari sebelum acara pernikahan Roland dan Khanza digelar. Agnis wanita cantik dan seksi itu, ingin mengambil kembali Rolandnya, menurutnya hanya dia satu-satunya pemilik Roland, karena dari sekolah menengah dia sudah jatuh cinta pada Roland, jauh sebelum Roland mengenal Khanza, kehadiran Khanza membuat cinta Agnis ditolak Roland.
"Maafkan aku Agnis, aku sudah punya wanita lain." kata Roland waktu Agnis mengutarakan isi hatinya.
"Baiklah kalau begitu, aku hargai kejujuranmu, kalau boleh tau siapakah wanita yang beruntung itu?" Agnis tersenyum renyah. Dia masih bisa menyembunyikan kekecewaan hatinya, saat Roland menyebut wanita lain.
"Khanza." Roland dengan bangga menyebut nama gadis, anak teman sekaligus rekan bisnis papanya itu.
"Khanza, anak tante Ranti?" ulang Agnis bertanya meyakin.
“Iya, dia gadis yang sangat cantik.” Ujar Roland tak henti memuji.
Khanza memang cantik, kecantikannya masih original, terlihat dari penampilannya hanya dipoles make up sekedarnya.
"Okeylah kalau begitu, selamat ya." Agnis menyodorkan tangan memberi ucapan selamat kepada Roland, karena sudah berhasil menaklukkan hati Khanza.
Walaupun kelihatannya, Agnis ikhlas Roland bersama Khanza, namun dihatinya bertekad akan mendapatkan Roland. tidak ada seorang wanita pun yang boleh memiliki Roland selain dirinya dan jika dia tidak bisa memiliki Roland, begitu juga dengan Khanza, dan Agnis akan bermain cantik untuk misinya itu.
Dan malam itu, dia memulai aksinya, di saat para tamu sedang banyak dan berdatangan silih berganti, dia menyelinap, kemudian memasukkan sesuatu ke dalam gelas minuman.
“Selamat ya Khanza.” Ujar Agnis mendekati Khanza sambil membawa dua gelas minuman.
“Yuk, kita bersulang, merayakan hari bahagiamu.” Ucap Agnis seraya menyerahkan gelas minuman yang tadi sudah diberinya sesuatu.
“Terima kasih, Agnis.” Kata Khanza seraya menerima minuman yang disodorkan Agnis, tanpa curiga sedikit pun, dia bersulang dan menenggak isi gelas minuman itu hingga tuntas.
Melihat Khanza menghabiskan minumannya, Agnis tersenyum manis, seperdetik kemudian, dia membiarkan Khanza mendekati ke arah Roland, dia pun menyingkir menemui Heru.
“Sudah beres, jalankan rencana kedua.” Kata Agnis.
“Siap.” Ujar Heru kemudian dia melangkah kembali ke ruang pesta sambil mengamati Khanza dari jauh.
Sepuluh menit kemudian, Khanza merasa kepalanya berdenyut, ruangan pesta seakan berputar-putar, dia berusaha menggapai kursi agar bisa duduk dan istirahat.
“Kamu kenapa?” Tanya Agnis berpura-pura prihatin.
“Tidak apa-apa.” Kata Khanza berusaha bertahan, dan berharap denyutan dikepalanya akan segera berlalu, hingga dia bisa kembali menemani Roland menemui tamu-tamunya.
“Wajahmu pucat sekali.” Kembali Agnis mengeluarkan jurus ampuhnya, biar terkesan dia sangat perduli dengan wanita yang sudah merampas lelaki yang sangat dicintainya itu.
Rasa sakit di kepala Khanza semakin terasa, kini keringat sebesar jagung sudah mulai membasahi keningnya, bahkan telapak tangannya pun terasa dingin karena menahan sakit di kepala yang menderanya. Khanza menarik nafas dalam, kemudian mengerjapkan matanya yang sudah terasa berat.
“Lebih baik kamu istirahat.”
“Tapi Agnis…”
“Tidak usah khawatir, nanti aku akan menemani Roland untuk menemui tamu-tamunya.” Kata Agnis meyakinkan Khanza.
“Terima kasih, kamu baik banget.” Ucap Khanza untuk yang kedua kalinya.
“Aku memang baik, aku akan menemani suamimu selamanya setelah ini.” Batin Agnis dengan percaya diri, dia tertawa senang di dalam hati, melihat kebodohan wanita yang begitu saja mempercayainya.
“Teruslah menjadi wanita bodoh, sampai kau ditendang suamimu itu.” Gumam Agnis lagi. Dia sangat ingin melihat wanita itu menangis darah karena sudah mempercayaiinya.
Khanza beranjak dari duduknya, sambil berpegangan di tepi meja, dia melangkah mendapati Roland.
“Kamu kenapa sayang?” Tanya Roland saat melihat wajah Khanza pucat dan keringatan.
“Tidak apa-apa sayang, mungkin hanya kecapean.”
“Kamu istirahat saja sayang.”
“Iya sayang, kepalaku terasa pusing.”
“Ayok sayang, biar mas temani.” Ujar Roland seraya meraih jemari tangan istrinya.
“Aku bisa sendiri sayang, kalau mas menemani aku, nggak enak dengan tamu kita.”
“Kamu yakin sayang.”
“Iya sayang.”
“Mas antar ke kamar ya.”
“Tidak usah sayang, aku bisa sendiri.”
“Baiklah.” Kata Roland seraya mengecup kening isrinya.
“Mas akan segera menyusul ke atas, setelah semua tamu pulang.” Bisik Roland mesra di telinga istrinya. Dan dijawab anggukan oleh wanita pujaannya itu.
Roland melepaskan genggaman tangannya, dan membiarkan Khanza berjalan menjauh darinya dengan tatapan mata iba hingga Khanza menghilang dari pandandannya.
Saat melihat Khanza menuju lift seorang menhalanginya, dan mengata lift sedang bermasalah. Khanza memutar tubuhnya menuju tangga darurat.
Pada saat menaiki tangga ke tiga, pandangan Khanza sudah kabur dan dia hampir ambruk, dengan sigap, Heru yang dari tadi membuntutinya, menyanggah tubuh Khanza, kemudian mengendongnya masuk ke kamar yang sudah di bookingnya.
Perlahan Heru meletakkan tubuh Khanza yang setengah sadar, lima menit kemudian Agnis muncul di balik pintu.
“Bagaimana keadaannya?”
“Dia sudah tak sadarkan.”
Sebuah jarum suntik dan botol kecil berisi sesuatu, yang entah obat apa, sudah ada digenggaman Agnis, seraya tersenyum penuh kemenangan dia meraih pergelangan tangan Khanza, seperdetik kemudian jarum suntik itu sudah menancak di pergelangan Khanza, saat jarum itu ditekan lebih dalam, cairan perangsang itu masuk ke tubuh Khanza.
“Sempurna, sebentar lagi obat ini akan bereaksi.” Ujar Agnis sembari memasukkan jarum suntik dan botol kecil yang sudah kosong ke dalam kantong plastic, terus menyimpan di dalam tasnya.
“Saat obatnya mulai beraksi, tugasmu adalah mempermainkan gairahnya, sehingga dia merengek meminta dipuaskan.” Ucap Agnis tersenyum senang.
“Apa aku boleh melakukannya?" tanya Heru dengan muka mesumnya.
"Terserah kamu."
"Dasar otak mesum." gumam Agnis. tapi dia tak perduli.
“Ah…” terdengar lenguhan Khanza, tangannya mulai meraba-raba tubuhnya sendiri, dia menggelinjang seperti orang kepanasan dan kehausan ingin diberi kepuasan.
“Bagus, lucuti semua pakaiannya.” Ucap Faira.
“Tapi…”
“Lucuti!” Perintah Agnis lagi saat melihat Heru ragu-ragu.
Heru melucuti aksesoris yang melekat di kepala Khanza, terus dengan sekali tarik dia menurunkan resleting gaun pengatin yang masih melekat di tubuh Khanza, Heru menelan salivanya sendiri, saat melihat punggung mulus Khanza tersingkap, seperdetik kemudian gaun yang dipakai Khanza sudah melorot.
"Lakukan." perintah Agnis.
Heru naik ketempat tidur, dia memagut bibir ranum Khanza, lalu kedua tangan mempermainkan ****** yang terlihat mencuat di balik bra. Hingga membuat Khanza menggelinjang manja.
“Mas.” Khanza merasa ada gairah yang menghentak-hentak birahinya.
Dengan tangan gemetar Heru membuka pengain bra dan melepaskannya, Heru semakin gugup saat melorotnyakan penutup segitiga biru yang menutupi barang sensitif Khanza yang masih tersegel, kini terpampang pemandangan indah di depannya, gunung kembar yang menantang serasa ingin di daki dan hutan kenikmatan yang ditumbuhi rumput-rumput ilalang yang jarang-jarang.
Glekk… sekali lagi dia menelan selivanya, seperti ada yang memberontak diselangkangannya, jika saja tidak ada perjanjian dan peraturannya dengan wanita Agnis, dari tadi dia pasti sudah mulai mendaki, agar bisa ke puncak yang begitu menggelitik gairahnya.
Khanza yang dituntut dengan gairah yang leteup-letup, semakin gencar melakukan penyerangan pada Heru, pengaruh obat perangsang yang sudah disuntikkan Agnis dengan dosis tinggi, sudah membuatnya tidak bisa mengendalikan diri, Khanza sudah kehilangan kewarasannya, dia mendesah tanpa sadar mengeluarkan suara-suara lenguhan aneh, berharap segera dapat pemuasan.
“Sekarang lucuti pakaianmu, sebentar lagi Roland akan naik.” Kata Agnis.
Tanpa pikir panjang Heru membuka semua yang melekat di tubuhnya, dia mulai membalas serangan-serangan Khanza, hingga membuat Khanza semakin panas.
Klik, Agnis menekan remote lampu, begitu lampu di kamar itu mati, bergegas Agnis ke luar, dia sengaja membuka sedikit pintu kamar, agar saat Roland melewati kamar itu, suara ******* Khanza bisa terdengan jelas. Agnis kemudian masuk ke kamar yang berada di depan kamar yang diboking Heru.
“Selamat bersenang-senang Khanza.” Gumamnya sambil menghempaskan tubuhnya di atas kasur.
💖💖💖
Reader kece, jangan lupa tekab like dan kasih komentar ya.
Terima kasih🙏🙏
Ntar aku bakalan UP tiap hari kok
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
YaNaa Putra Umagap
jadi khanzah nih belum ternoda kah ato sudah...🤔
2021-10-24
0
Santai Dyah
kabut cinta hadir thor di tunggu up selanjutnya
2021-10-20
2