Prahara Malam Pertama1

Assalamualaikum

Ketemu lagi🙏🙏🙏

"Andai aku boleh meminta, aku ingin kau terlahir kembali, seperti saat pertama aku mengenalmu."

By Rajuk Rindu

💝💝💝💝

Saat melihat Khanza masuk ke kamar mandi, Roland beranjak, dia keluar dari kamar.

“Brakkkk.” Wajahnya masih dipenuhi dengan amarah. dia membanting pintu dengan kasar.

Bergegas dia melangkah menuju lift, menekan lantai dasar, Roland turun menuju parkir, masuk ke dalam mobil, terus memacu mobilnya ke jalan raya.

Jam dipergelangan Roand sudah menunjukkan pukul satu dini, seharusnya pada saat ini, dia sedang mengarungi mahligai terpanas dengan deru napas kenikmatan sang pengantin, mengabiskan malam pertama dengan istri tercinta.

Mengingat itu, perlahan Roland menelan salivanya, dan saat bayangan kejadian menjijiikan itu kembali muncul, mendadak dia memukul stir mobil berkali-kali, hingga jalan mobilnya sedikit oleng.

“Ah! Sial! Kenapa bayangan itu terus saja menghantuiku.” Gumam Roland lirih, seketika netranya memanas, dua bulir Kristal bening meluncur di situ tanpa diminta.

Dua puluh menit kemudian, Roland membelokkan mobil memasuki parkir sebuah bar. Sejenak dia menatap bar yang bertulisan Kasandra bar Shinjuku, perlahan Roland membuka pintu mobil, lalu keluar dan melangkahkan kaki masuk ke dalam bar.

“Roland!” sapa pemilik bar yang merupakan teman lama Roland yang bernama Riki, sambil membolakan mata, Riki menatap Roland dari ujung rambat hingga ujung kaki, memastikan kalau yang dilihatnya benar-benar lelaki yang sudah tiga tahunan ini tidak berkunjung ke barnya.

“Apa yang membuatmu, hingga sampai ke sini lagi?” lelaki yang menyapanya tadi, menepuk lembut pundak Roland.

“Aku butuh kehangatan.” Ucap Roland membalas tepukan pemilik bar itu.

“Kau butuh berapa wanita?” lelaki itu bertanya, sambil mengernyitkan dahinya hingga berkerut, karena dia tahu kalau malam ini, merupakan malam pengantin Roland. Dan tadi siang pun dia sempat menghadiri undangan dari teman lamanya itu.

“Apa pengantinmu lagi datang bulan, hehehe.” Ujar Riki, sambil tersenyum kecut, dia pun tidak bermaksud untuk mendengar jawaban dari Roland, yang ada dipikirannya hanya memuaskan pelanggan dan dapat duit banyak.

Lelaki itu memerintahkan seorang pelayan wanita seksi, untuk menemani Roland, dengan membawa sebotol wisky dan sebuah gelas, wanita seksi yang bernama Qimo mendudukkan bokongnya di samping Roland. Sekilas Roland menatap Qimo yang mengenakan dres tanpa lengan dengan belahan leher berbentuk v, di saat wanita itu menunduk menuangkan wisky kedalam gelas, terlihat jelas sembulan gunung kembarnya yang dibatasi selat.

Glekk, sekali lagi Roland menelan salivanya. Sudah lama dia tidak bermain-main dengan wanita bar, yah … sejak dia mengenal Khanza, sejak itu dia memutuskan untuk tidak menyentuh botol minuman dan wanita malam lagi. Dan malam ini, dia kembali ketempat terkutuk ini, menenggak minuman dan memeluk kupu-kupu malam.

Roland sudah menenggak dua gelas wisky, dia sama sekali tidak tertarik dengan Qimo, yang sedang bergelayut manja mencari perhatiannya. Roland mengeluarkan sebatang rokok, lalu mengambil korek api, menghidupkan rokonya, kemudian menghisap lama dan dalam, terus menghembuskan asap yang banyak, hingga melayang-layang di udara.

“Lelaki yang dingin.” Batin Qimo sambil menatap lelaki tampan di sampingnya. Sedikit pun Roland tidak berminat menyentuhnya. Pada hal banyak lelaki yang mengantri ingin mencicipi sensasi nikmatnya bercinta dengan Qimo. Karena dia merupakan asset yang paling berharga yang dimiliki Kasandra bar Shinjuku.

Merasa Roland tak tertarik padanya, rasa penasaran bergelayut dalam benak mesumnya, pikiran nakalnya mulai dilancarkan, tangan letik jemarinya membuka satu kancing kemeja Roland, terus tangan kanannya masuk menysusup dan meraba bulu-bulu halus di dada Roland.

“Apa tuan ingin ku puaskan di tempat tidur.” Bisik Qimo di telinga Roland.

Roland sama sekali tidak terkejut dengan aktifitas yang dilancarkan Qimo, karena dia sudah biasa dengan suasana begitu, andai ini tiga tahun yang lalu, Qimo sudah habis ditelannya mentah-mentah hingga tak bersisa. Tapi kali ini tidak, perlahan ditariknya tangan Qimo dan menjauhkan dari tubuhnya. Seperdetik kemudian Roland beranjak, berdiri dari duduknya.

“Nih ambil.” Roland meletakkan segepok uang ratusan di atas meja.

“Saya belum melakukan apa-apa untuk tuan.” Ujar Qimo seraya membulatkan mata melihat apa yang diberikan Roland.

“Baru menemani minum, dia diberi sebanyak ini, jika menemani tidur pasti lebih banyak lagi.” Pikit Qimo.

“Jika tuan menginginkan saya menemani tuan sepanjang malam, saya akan ikut bersama tuan.” Ujar Qimo sembari bergelayut manja di lengan Roland.

Roland menepis tangan Qimo, kemudian dia beranjak keluar.

“Dasar lelaki payah.” Gerutuk Qimo dengan wajah cemberut, dia pun meraup lembaran merah yang tergeletak indah di atas meja.

Sementara Roland terus keluar dari bar, menuju mobil, begitu berada di dalam mobil, dia bingung mau pulang ke mana, kembali ke hotel dia malas melihat wajah Khanza, kembali ke rumah, pasti orang rumah akan banyak tanya, dengan perasaan galau Roland meluncur meninggalkan bar menuju jalan raya.

"Apa aku ke apartemant saja." pikirnya.

Jalanan terlihat sepi, karena jam segini pasti sebagian penghuni sedang terlelap indah, tanpa sadar Roland memacu mobilnya menuju hotel, tempat dia meninggalkan Khanza, begitu sampai ke hotel, dia masuk hotel, tapi tidak langsung ke atas, langkah kaki berbelok ke cafe hotel.

"Sendiri tuan." Sapa seorang waiters sambil menyodorkan daftar menu. Roland mengangkat wajahnya sekilas menatap waiters tersebut, lalu meraih daftar menu yang tergeletak di depannya. Dia hanya memesan secangkir kopi. Lima menit kemudian pesanan Roland sudah terhidang. Roland segera menyeruput kopi pesanannya, berusaha untuk membuang semua beban resahnya.

"Ya Tuhan.. kenapa beban ini terlalu berat." Raland menangkupkan kedua tangannya, kemudian *******-***** kepalanya.

Setengah jam kemudian, Roland menatap layar ponselnya, jam sudah menunjukkan pukul empat dini, Roland beranjak dari duduknya, dia memindai ruangan café, hanya dia dan dua orang office boy yang sedang membersihkan meja.

Perlahan Roland melangkah menuju lift, lalu menekan tombol angka 3, lift membawanya naik ke atas. Langkah kakinya gontai, dia terlihat sekali sangat lelah lahir bathin, begitu sampai di depan pintu, dimerogoh saku celananya mengeluarkan sebuah remote control, dan menekannya, pintu pun terbuka.

Begitu pintu terbuka, mata Roland terbelalak melihat pemandangan di depannya, Khanza tertidur pulas hanya dengan handuk yang hampir lepas di tubuhnya, sementara selimutnya tersingkap tanpa sadar.

“Dasar wanita tidak waras, bisa-bisanya dia tidur dengan nyenyak di sini.” Batin Roland.

“Kenapa selama ini, aku bisa terjebak dengan kelembutan Khanza, dan aslinya, dia tidak lebih baik dari sampah.”

“Beyarrrrr.” Roland meraih sebuah gelas berisi air dan menyiramkan ke wajah Khnaza.

“Bangun!” sentak Roland sambil menarik selimut yang hanya menutupi kaki Khanza.

Khanza tersadar, karena siraman air di wajahnya, entah berapa lama dia pingsan kerena menggigil dan kesakitan yang dirasakannya di sekujur tubuh.

“Dasar tak tahu malu.”

“Cepat pakai bajumu, kamu kira aku tertarik dengan tubuh kotormu itu.” Maki Roland sambil mendelekkan matanya tajam.

Tanpa suara Khanza mengikuti perintah suaminya, dia beranjak dari tempat tidur, untung dia masih punya sisa tenaga, hingga bisa bangun dan berjalan pelan menuju lemari. Khanza mengambil satu stel baju, bra dan boyshorts, lalu masuk ke kamar mandi, begitu selesai berpakaian di kembali lagi ke kamar.

“Cepat! Kemasi barang-barangmu.” Perintah Roland dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Khanza berjongkok mengambil travel bag yang tergeletak di samping lemari, dia memasukkan barang-barangnya dengan menupuk begitu saja.

"Apa barang-barang mas di kemas juga." Khanza bertanya lirik.

"Jangan pernah sentuh, barang-barangku dengan tangan kotormu itu!" bentak Roland lagi.

"Ayukkk! cepat keluar!" Roland menarik koper yang dipegang Khanza.

"Tutup wajah jelekmu itu dengan selendang ini." Roland melempar selendang yang tadi diambilnya di mobil, mungkin selendang adiknya Zila yang tertinggal di mobil.

Khanza menutup kepalanya dengan selendang pasmina dari Roland, Roland pasti tidak ingin orang-orang melihat wajah Khanza yang lebam dan luka di bibir bekas tamparannya. pada hal dulu Roland sangat bangga memamerkan wajah Khanza yang cantik dan Anggun ke teman-temannya.

Roland melengakah dengan pandangan lurus ke depan, di sisinya Khanza mengikuti dengan kesan tergesa, Roland sengaja menggandeng tangan Khanza, biar terlihat baik-baik saja dengan pernikahannya.

“Salam subuh.Tuan.” seorang office boy menyapa, sambil mengabil travel bag dari tangan Roland, kemudian membiarkan Roland dan Khanza melangkah di depan.

Office boy meletakkan travel bag di loby, kemudian dibawa scurity dan memasukkan ke bagasi mobil. Setelah memasukkan travel bag, security itu lalu membuka pintu mobil dan mempersilahkan Khanza masuk.

“Selamat berbulan madu, Tuan.”

“Hati-hati nyetirnya.” Ujar security itu lagi.

Roland meluncur meninggalkan hotel, menuju jalan raya, dia memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, Khanza memperhatikan jalan yang dilewati Roland. Dia mencoba memutar memorinya, mengingat-ingat sesuatu, Ke mana Roland akan membawanya.

"Apa Roland, akan membuangku, tempat apa ini." batin Khanza menatap jalanan yang tak dikenalnya.

💝💝💝💝

Hay.. para readers yang kece

Aku butuh like dan komen kamu

kasih ya...🙏🙏

Please

Terima kasih

Terpopuler

Comments

Oyat Rohayati

Oyat Rohayati

ceritanya sungguh menajbukan sehingga ingin terus membaca ceritanya

2021-10-22

1

lihat semua
Episodes
1 Prahara Malam Pertama
2 Prahara Malam Pertama1
3 Rencana Agnis
4 Di Villa
5 Misi Agnis
6 Permintaan Khanza
7 Menemukan Sesuatu
8 Khanza Demam
9 Rumah Sakit
10 Ke Apartement
11 Membantu Lastri
12 Azura dan zila
13 Kepura-puraan
14 Berbelanja
15 Bunda Dian
16 Kedatangan Agnis
17 Hari Pertama Bekerja
18 Cemburu
19 Menjadi Direktur
20 Roland Galau
21 Menghadiri Lamaran
22 Salah Paham
23 Salah Paham 2
24 Jebakan Agnis
25 Diusir
26 Menemui Heru
27 Terlambat
28 Meninggalkan Apartement
29 Thailand
30 Ke Pabrik
31 Model Dadakan
32 Orderan
33 Tak Sesuai Rencana
34 Angel dan Abimayu
35 Yuan dan Tim
36 Terpesona
37 Kebohongan
38 Persinggahan
39 Anakku
40 Perih yang Sempurna
41 Biang Kerok
42 Perasaan Ranti
43 Hati Ranti
44 Bungalow
45 Asa yang Tak Mungkin
46 Kedatangan Si Comel
47 Hadiah
48 Rindu Ayah
49 Berbaikan
50 Dinner
51 Mencari Kebenaran
52 Kisah Roland
53 Kisah Roland
54 Pesta Topeng
55 Mematai-matai
56 Bermain
57 Terluka
58 Kecewa
59 Kuhantar Kepulanganmu
60 Marah
61 Rumah Sakit
62 Vonis Dokter
63 Demi Anakku
64 Asa yang Tak Sampai
65 Buah Hatiku
66 Berdarah Kembali
67 Berharap
68 Dengan Syarat
69 Tranplantasi
70 Pertemuan yang Tak Terduga
71 Kebenaran
72 Pertemuan
73 Ranti dan Abimayu
74 Kebahagiaan Khanza
75 Curiga
76 Kemarahan Nance
77 Tangis Ranti
78 Pengakuan Kharemm1
79 Pengakuan Kharemm2
80 Depresi
81 Pertukaran
82 Mengalah
83 Meninggalkan Thailand.
84 Babak Baru
85 Terbuai
86 Misi Abimayu1
87 Misi Abimayu2
88 Misi Abimayu3
89 Di Kantor Nanca
90 Menemani Nanca
91 Kekacauan
92 Berita Duka
93 Berbaikan
94 Perusuh
95 Menemui Abimayu
96 Masa Lalu Pembawa Petaka
97 Takut Jarum suntik
98 Tantangan Khanza
99 Persiapan Syukuran
100 Keluarga Lengkap
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Prahara Malam Pertama
2
Prahara Malam Pertama1
3
Rencana Agnis
4
Di Villa
5
Misi Agnis
6
Permintaan Khanza
7
Menemukan Sesuatu
8
Khanza Demam
9
Rumah Sakit
10
Ke Apartement
11
Membantu Lastri
12
Azura dan zila
13
Kepura-puraan
14
Berbelanja
15
Bunda Dian
16
Kedatangan Agnis
17
Hari Pertama Bekerja
18
Cemburu
19
Menjadi Direktur
20
Roland Galau
21
Menghadiri Lamaran
22
Salah Paham
23
Salah Paham 2
24
Jebakan Agnis
25
Diusir
26
Menemui Heru
27
Terlambat
28
Meninggalkan Apartement
29
Thailand
30
Ke Pabrik
31
Model Dadakan
32
Orderan
33
Tak Sesuai Rencana
34
Angel dan Abimayu
35
Yuan dan Tim
36
Terpesona
37
Kebohongan
38
Persinggahan
39
Anakku
40
Perih yang Sempurna
41
Biang Kerok
42
Perasaan Ranti
43
Hati Ranti
44
Bungalow
45
Asa yang Tak Mungkin
46
Kedatangan Si Comel
47
Hadiah
48
Rindu Ayah
49
Berbaikan
50
Dinner
51
Mencari Kebenaran
52
Kisah Roland
53
Kisah Roland
54
Pesta Topeng
55
Mematai-matai
56
Bermain
57
Terluka
58
Kecewa
59
Kuhantar Kepulanganmu
60
Marah
61
Rumah Sakit
62
Vonis Dokter
63
Demi Anakku
64
Asa yang Tak Sampai
65
Buah Hatiku
66
Berdarah Kembali
67
Berharap
68
Dengan Syarat
69
Tranplantasi
70
Pertemuan yang Tak Terduga
71
Kebenaran
72
Pertemuan
73
Ranti dan Abimayu
74
Kebahagiaan Khanza
75
Curiga
76
Kemarahan Nance
77
Tangis Ranti
78
Pengakuan Kharemm1
79
Pengakuan Kharemm2
80
Depresi
81
Pertukaran
82
Mengalah
83
Meninggalkan Thailand.
84
Babak Baru
85
Terbuai
86
Misi Abimayu1
87
Misi Abimayu2
88
Misi Abimayu3
89
Di Kantor Nanca
90
Menemani Nanca
91
Kekacauan
92
Berita Duka
93
Berbaikan
94
Perusuh
95
Menemui Abimayu
96
Masa Lalu Pembawa Petaka
97
Takut Jarum suntik
98
Tantangan Khanza
99
Persiapan Syukuran
100
Keluarga Lengkap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!