Satu

Nevan sudah mulai bekerja dan Shanessa menyempatkan diri datang untuk makan siang bersama. Padahal pukul 12.15 WIB nanti ada jadwal kuliah dan Shanessa sama sekali tidak khawatir terlambat. Ya, baginya kuliah memang tidak terlalu penting.

Mereka memilih makan di kantin kantor bersama rekan-rekan baru Nevan, setelah itu memutuskan duduk di kursi taman sambil berbincang.

Sejak tadi Shanessa cekikikan saja. Ia benar-benar tampak bahagia sejak kepulangan Nevan.

Bahkan ketika Nevan baru menceritakan sepenggal kisah dan Shanessa langsung menyambutnya dengan ledakan tawa.

"Ini nggak lucu, loh," protes Nevan akhirnya.

"Ah, masa. Temanmu memilih jurusan karena takut pada ayahnya itu lucu, Sayang."

Nevan mendengkus, lalu tersenyum geli. Kemudian, ditatapnya Shanessa dalam. Sebenarnya apa kurang gadis itu? Selama ini Shanessa sudah membanjirnya banyak cinta tanpa tuntutan.

Shanessa yang ditatap demikian, sontak menjadi salah tingkah. Terlebih ketika Nevan meletakkan sebelah telapak tangannya ke atas kepala Shanessa, lalu perlahan turun menutup mata sang kekasih. Tangannya yang lebar dan hangat membuat Shanessa mulai memejamkan mata.

Nevan melakukan hal itu cukup lama, hingga Shanessa berujar menggoda, "Aku kira akan ada adegan drama korea."

Mendengar ucapan Shanessa tersebut, Nevan langsung terkekeh pelan. Ia menarik tangannya dari mata Shanessa, kemudian berkata, "Aku nggak pernah nonton drama Korea, sayangnya."

Shanessa mengerucutkan bibirnya, kemudian teringat sesuatu. "Sebenarnya, mau ngomong serius apa sama papa?"

"Sama kakek juga," ralat Nevan.

Shanessa mengangguk, kemudian memicingkan matanya. "Harusnya ngasih tau aku dulu nggak, sih?"

Nevan diam saja. Ia menengadahkan kepalanya menatap langit yang mulai meredup. Membiarkan sepoi-sepoi angin menyapu wajahnya.

Shanessa masih menatap Nevan berharap jawaban, lantas ditariknya ujung lengan kemeja pria itu. Membuat Nevan menyerah juga.

Akhirnya Nevan memutar tubuh dan menatap Shanessa lekat. "Akan aku beritahu disaat bersamaan, dan ...." Nevan menggantungkan kalimatnya, tatapannya semakin dalam ketika melanjutkan, "Semua keputusan aku serahkan kepadamu."

***

Seorang pria berusia 40 tahunan dengan kacamata yang membingkai sepasang matanya menghela napas lelah ketika keluar dari mobil APV hitam. Sudah dua minggu ini dia tidak pulang ke rumah dan mondar-mandir mengurus bisnisnya di Kalimantan. Dia menyusuri rerumputan yang melapisi halaman rumah dengan langkah gontai.

Di belakangnya mengekor seorang gadis berkulit putih pucat dengan rambut ikal sebahu. Alis yang merambat rapi secara alami, membingkai apik matanya yang kecil, namun mampu mengintimidasi.

Ditambah lagi, hidungnya yang mungil dan mancung cukup mampu membuat para lelaki betah lama-lama menatapnya dan ingin mencubitnya gemas. Nama wanita itu, Gantari Dihyan Irawan.

"Gantari, semua berkas kasih sama pada Pak Surya aja. Besok kamu libur dulu. Tubuh Om aja rasanya sudah remuk begini," sang paman mengerling, menatap singkat sang keponakan yang masih berjalan di belakang.

Gantari mengangguk pelan. Menjadi asisten sang paman lebih dari setahun ini membuatnya terbiasa cekatan.

Ia masih berjalan sembari menjinjing tas yang berisi setumpuk berkas yang pamannya maksud menuju ke dalam rumah.

"Pa!"

Shanessa berlari dari dalam dan menghambur memeluk pria yang merupakan orang tua tunggalnya.

"Perginya lama banget," ucapnya di sela pelukan sang ayah.

Ardiman terkekeh. Dikecupnya puncak kepala putri semata wayangnya itu sayang.

"Baru dua minggu."

Shanessa cemberut. Ia melonggarkan pelukan dan menatap ayahnya lembut, "Aku kangen papa."

Ardiman Ardiwinata membulatkan matanya, kemudian menoleh pada Gantari, "Apa kemarin dia meminta oleh-oleh?"

Pertanyaan itu hanya dibalas senyum tipis oleh Gantari. Kemudian, Shanessa buru-buru mencubit pinggang sang ayah hingga tertawa renyah. Mendadak ia lupa dengan rasa lelah yang dikeluhkannya tadi.

Ayah dan anak itu kemudian memasuki rumah dengan canda tawa. Segala kabar langsung Shanessa ceritakan tanpa jeda.

Di belakang, Gantari hanya menatapnya dengan senyum tipis. Raut wajahnya mendadak berubah sendu. Dia juga merindukan ayahnya.

***

Nevan mengembuskan napasnya dalam. Pagi ini Shanessa memberi kabar jika sang ayah sudah pulang dan sekarang dia sedang bersiap untuk menemuinya.

Kemeja polos berwarna biru langit dengan celana chino nutella yang membungkus tubuhnya sudah membuat Nevan tampak begitu formal. Ditambah sepatu pantofel berwarna cokelat gelap dan rambut yang disisir super rapi membuatnya benar-benar terlihat kaku. Sejak kapan ini menjadi stylenya? Entahlah.

Nevan menekan bel dan langsung disambut senyum tersipu Shanessa. Shanessa tampak cantik dengan dress berwarna peach selutut. Rambutnya ia biarkan tergerai hingga menyentuh punggung. Dia cantik dalam kesederhanaannya.

"Ayo, masuk," ajaknya sumringah.

Nevan melangkah masuk sesuai instruksi. Di dalam, rupanya Kakek dan Ayah Shanessa sedang menikmati teh pagi mereka.

"Selamat pagi." Nevan menyapa, kemudian menghampiri secara bergantian untuk mencium tangan mereka

Kakek mengangguk ringan, lantas menepuk sisi sofa di sampingnya, sebagai kode agar Nevan duduk disana.

"Ini dia yang tidak sabar menunggu kepulangan mu," ucap Darya Ardiwinata, sang tetua keluarga.

Ardiman tersenyum menanggapi. Dia memanggil Shanessa agar ikut duduk di sampingnya.

"Kenapa jadi tegang begini, ya?" celetuk Shanessa yang disambut tawa renyah dari Darya dan Ardiman. Berbeda dengan Nevan yang sedang membulatkan tekad untuk menyampaikan hal yang ia maksud kemarin.

Nevan pernah terluka. Dia sendiri saja masih ragu, apa luka itu sudah sembuh atau belum. Hatinya pernah patah, dan dia juga tak tau apa patahan itu sudah bertunas kembali atau belum.

Wanita masa lalunya yang selama ini sengaja ia kubur dalam-dalam kini ingin ia buka. Meski sakit, meski harus tertatih, tetapi harus. Karena dia sudah memutuskan membuka lembaran baru dengan Shanessa dan semua harus dimulai tanpa kebohongan.

"Ada hal yang ingin saya sampaikan pada Shanessa, Om, dan Kakek," mulai Nevan. Belum apa-apa dadanya sudah sesak. Belum apa-apa otaknya sudah penuh dengan kilasan kusut masa lalu.

Maka itu dia terdiam sesaat, mencoba mengumpulkan keberanian, kemudian melanjutkan, "Saya ingin memiliki hubungan yang lebih serius dengan Shanessa, jadi ...."

"Tunggu sebentar! Ada satu anggota keluarga Ardiwinata lagi yang belum ada disini," potong Shanessa cepat.

Ia ingin kabar bahagia ini disaksikan langsung oleh semua anggota keluarga. Kemudian, tanpa menunggu lagi, Shanessa beranjak dan dengan sedikit berlari menaiki anak tangga.

Nevan mengembuskan napasnya pelan. Dia menunduk menatap tangannya yang berada di atas paha. Hanya kamuflase saja.

"Anak itu kapan seriusnya?" kekeh sang ayah sembari menatap Shanessa yang masih berlari tanpa dosa.

Nevan tersenyum. Ia hanya diam selama kepergian Shanessa.

"Ini dia! Serius, aku lupa memperkenalkan kalian." Suara Shanessa menyeruak lagi, membuat Nevan mengangkat kepala dan menoleh ke arah sumber suara.

"Dia sepupuku ... Gantari."

Deg! Nevan merasa jantungnya berhenti berdetak. Disana ia melihat Shanessa yang sedang tersenyum dan seorang gadis lainnya yang sama sekali tak berniat menatapnya.

Nevan tidak langsung merespons. Dia masih terdiam cukup lama. Memandang keduanya dengan tatapan tidak terbaca.

Mendadak wajah Nevan berubah makin suram saja. Berkali-kali ia memalingkan wajahnya, tak lagi menatap ke arah Shanessa.

Gantari mengambil alih pembicaraan. Ia berdeham memecah kecanggungan, lantas pamit mau pergi.

"Mau kemana, Gantari?" Ardiman mengamati pakaian Gantari, kemudian mengernyit. "Liburlah dulu. Istirahat."

"Ada hal mendesak harus diselesaikan," balas Gantari singkat.

Ardiman mendengkus. "Lihat, Ayah! Cucumu gila kerja sekali."

Cucu? Pikiran Nevan berkecamuk.

Kakek tergelak. Kemudian mengangguk bangga. Sedangkan, Gantari tak banyak bicara lagi, dia hanya mengangguk hormat kemudian pergi begitu saja.

Sejak kepergian Gantari, hening kembali menguasai karena tidak ada yang bersuara. Termasuk yang ditunggu pengakuannya. Hingga, akhirnya Shanessa menyentuh pundak Nevan hati-hati.

"Sayang?"

Nevan tersentak. Dia tampak gelagapan, namun kemudian bisa segera mengendalikan diri. Tubuhnya membungkuk dengan kepala tertunduk. Sesaat dia menatap kosong tangannya yang bertaut erat.

Akhirnya Nevan menarik napasnya dalam. Pengakuan ini tidak boleh ditunda lagi. "Aku ....," ia menjeda ucapannya, tampak mengumpulkan keberanian, baru kemudian melanjutkan, "Sudah pernah bercerai sebelumnya."

Nevan berdiri dan mengangguk hormat untuk sekedar pamit, lantas berlalu cepat dari sana. Pikirannya kacau, hatinya kembali berantakan.

Kenapa di saat ia ingin membuka hati, sang mantan istri justru muncul kembali?

Dia ... Gantari Dihyan Irawan.

Terpopuler

Comments

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

apa Kakek gantari engga tau klo cucunya udah menikah?

lanjutttt bau bau Clbk ini sih 🤭

2023-03-28

0

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman

ini alurnya mundur kak kak?

menarik nihh
lanjut baca deh

2023-03-28

0

Eti

Eti

dia mantan istriku.......kata Nevan.

2022-09-13

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Satu
3 Dua
4 Tiga
5 Empat
6 Lima
7 Enam
8 Tujuh
9 Delapan
10 Sembilan
11 Sweet Story
12 Sepuluh
13 Sebelas
14 Dua Belas
15 Tiga Belas
16 Empat Belas
17 Lima Belas
18 Enam Belas
19 Sweet Story (2)
20 Tujuh Belas
21 Delapan Belas
22 Sembilan Belas
23 Dua Puluh
24 Dua Puluh Satu
25 Dua Puluh Dua
26 Dua Puluh Tiga
27 Dua Puluh Empat
28 Dua Puluh Lima
29 Dua Puluh Enam
30 Dua Puluh Tujuh
31 Dua Puluh Delapan
32 Dua Puluh Sembilan
33 Tiga Puluh
34 Tiga Puluh Satu
35 Tiga Puluh Dua
36 Tiga Puluh Tiga
37 Tiga Puluh Empat
38 Sweet Story (3)
39 Tiga Puluh Lima
40 Tiga Puluh Enam
41 Tiga Puluh Tujuh
42 Tiga Puluh Delapan
43 Tiga Puluh Sembilan
44 Empat Puluh
45 Empat Puluh Satu
46 Empat Puluh Dua
47 Empat Puluh Tiga
48 Empat Puluh Empat
49 Empat Puluh Lima
50 Empat Puluh Enam
51 Empat Puluh Tujuh
52 Empat Puluh Delapan
53 Empat Puluh Sembilan
54 Lima Puluh
55 Lima Puluh Satu
56 Lima Puluh Dua
57 Lima Puluh Tiga
58 Lima Puluh Empat
59 Lima Puluh Lima
60 Lima Puluh Enam
61 Lima Puluh Tujuh
62 Lima Puluh Delapan
63 Lima Puluh Sembilan
64 Enam Puluh
65 Enam Puluh Satu
66 Enam Puluh Dua
67 Enam Puluh Tiga
68 Enam Puluh Empat
69 Enam Puluh Lima
70 Enam Puluh Enam
71 Enam Puluh Tujuh
72 Enam Puluh Delapan
73 Enam Puluh Sembilan
74 Tujuh Puluh
75 Intermezzo, ceunah
76 Tujuh Puluh Satu
77 Tujuh Puluh Dua
78 Tujuh Puluh Tiga
79 Tujuh Puluh Empat
80 Tujuh Puluh Lima
81 Tujuh Puluh Enam
82 Tujuh Puluh Tujuh
83 Tujuh Puluh Delapan
84 Tujuh Puluh Sembilan
85 Intermezzo (2)
86 Delapan Puluh
87 Delapan Puluh Satu
88 Delapan Puluh Dua
89 Delapan Puluh Tiga
90 Delapan Puluh Empat
91 Delapan Puluh Lima
92 Delapan Puluh Enam
93 Delapan Puluh Tujuh
94 Delapan Puluh Delapan
95 Delapan Puluh Sembilan
96 Sembilan Puluh
97 Sembilan Puluh Satu
98 Sembilan Puluh Dua
99 Sembilan Puluh Tiga
100 Sembilan Puluh Empat
101 Sembilan Puluh Lima
102 Sembilan Puluh Enam
103 Sembilan Puluh Tujuh
104 Sembilan Puluh Delapan
105 Sembilan Puluh Sembilan
106 Seratus
107 Seratus Satu
108 Seratus Dua
109 Seratus Tiga
110 Seratus Empat
111 Seratus Lima
112 Seratus Enam
113 Seratus Tujuh
114 Seratus Delapan
115 Seratus Sembilan
116 Seratus Sepuluh
117 Seratus Sebelas
118 Seratus Dua Belas
119 Seratus Tiga Belas (End)
120 Pengumuman
121 Extra Part: Hari Pernikahan
122 Extra Part : Malam Pertama
123 Extra Part : Ikhlas
124 Extra Part: Keringat
125 S2: Khawatir
126 S2: Ide Fikri
127 S2: Marahan
128 S2: Nggak Cinta
129 S2: Bicara dan Mendengar
130 S2: Biji Wijen
131 S2: Emang Kenapa?
132 S2: Kata Vivian
133 S2: Insiden
134 S2: Tidak Mengharapkan
135 S2: Hilang
136 S2: Salah
137 S2: Dilema
138 S2: Alasan
139 S2: Sama-sama Terluka
140 S2: Tawaran Mengerikan
141 S2: Jangan Ulangi Lagi
142 S2: Penjelasan
143 S2: Kalimat Ajaib
144 S2: Yang Aku Mau
145 Pengumuman Ceunah
146 S2: Teletubbies
147 Pengumuman Sayembara
148 S2: Ancaman
149 S2: Sering-sering
150 S2: Bukan Aku atau Kamu
151 S2: Mas
152 S2: Berakhir Bahagia
153 Bonchap: Fikri Oh Fikri
154 Bonchap: Mantan Terindah
155 Bonchap: Bergerak
156 Bonchap: Radar Pelakor
157 Bonchap: Juru Kunci
158 Bonchap: Panik
159 Luar Biasa
160 Kaelandra Adha
161 Fikriansyah Fadhilal Pradana
162 Angkasa
163 Jalan Itu Bernama Shanessa
164 Pesona Angkasa
Episodes

Updated 164 Episodes

1
Prolog
2
Satu
3
Dua
4
Tiga
5
Empat
6
Lima
7
Enam
8
Tujuh
9
Delapan
10
Sembilan
11
Sweet Story
12
Sepuluh
13
Sebelas
14
Dua Belas
15
Tiga Belas
16
Empat Belas
17
Lima Belas
18
Enam Belas
19
Sweet Story (2)
20
Tujuh Belas
21
Delapan Belas
22
Sembilan Belas
23
Dua Puluh
24
Dua Puluh Satu
25
Dua Puluh Dua
26
Dua Puluh Tiga
27
Dua Puluh Empat
28
Dua Puluh Lima
29
Dua Puluh Enam
30
Dua Puluh Tujuh
31
Dua Puluh Delapan
32
Dua Puluh Sembilan
33
Tiga Puluh
34
Tiga Puluh Satu
35
Tiga Puluh Dua
36
Tiga Puluh Tiga
37
Tiga Puluh Empat
38
Sweet Story (3)
39
Tiga Puluh Lima
40
Tiga Puluh Enam
41
Tiga Puluh Tujuh
42
Tiga Puluh Delapan
43
Tiga Puluh Sembilan
44
Empat Puluh
45
Empat Puluh Satu
46
Empat Puluh Dua
47
Empat Puluh Tiga
48
Empat Puluh Empat
49
Empat Puluh Lima
50
Empat Puluh Enam
51
Empat Puluh Tujuh
52
Empat Puluh Delapan
53
Empat Puluh Sembilan
54
Lima Puluh
55
Lima Puluh Satu
56
Lima Puluh Dua
57
Lima Puluh Tiga
58
Lima Puluh Empat
59
Lima Puluh Lima
60
Lima Puluh Enam
61
Lima Puluh Tujuh
62
Lima Puluh Delapan
63
Lima Puluh Sembilan
64
Enam Puluh
65
Enam Puluh Satu
66
Enam Puluh Dua
67
Enam Puluh Tiga
68
Enam Puluh Empat
69
Enam Puluh Lima
70
Enam Puluh Enam
71
Enam Puluh Tujuh
72
Enam Puluh Delapan
73
Enam Puluh Sembilan
74
Tujuh Puluh
75
Intermezzo, ceunah
76
Tujuh Puluh Satu
77
Tujuh Puluh Dua
78
Tujuh Puluh Tiga
79
Tujuh Puluh Empat
80
Tujuh Puluh Lima
81
Tujuh Puluh Enam
82
Tujuh Puluh Tujuh
83
Tujuh Puluh Delapan
84
Tujuh Puluh Sembilan
85
Intermezzo (2)
86
Delapan Puluh
87
Delapan Puluh Satu
88
Delapan Puluh Dua
89
Delapan Puluh Tiga
90
Delapan Puluh Empat
91
Delapan Puluh Lima
92
Delapan Puluh Enam
93
Delapan Puluh Tujuh
94
Delapan Puluh Delapan
95
Delapan Puluh Sembilan
96
Sembilan Puluh
97
Sembilan Puluh Satu
98
Sembilan Puluh Dua
99
Sembilan Puluh Tiga
100
Sembilan Puluh Empat
101
Sembilan Puluh Lima
102
Sembilan Puluh Enam
103
Sembilan Puluh Tujuh
104
Sembilan Puluh Delapan
105
Sembilan Puluh Sembilan
106
Seratus
107
Seratus Satu
108
Seratus Dua
109
Seratus Tiga
110
Seratus Empat
111
Seratus Lima
112
Seratus Enam
113
Seratus Tujuh
114
Seratus Delapan
115
Seratus Sembilan
116
Seratus Sepuluh
117
Seratus Sebelas
118
Seratus Dua Belas
119
Seratus Tiga Belas (End)
120
Pengumuman
121
Extra Part: Hari Pernikahan
122
Extra Part : Malam Pertama
123
Extra Part : Ikhlas
124
Extra Part: Keringat
125
S2: Khawatir
126
S2: Ide Fikri
127
S2: Marahan
128
S2: Nggak Cinta
129
S2: Bicara dan Mendengar
130
S2: Biji Wijen
131
S2: Emang Kenapa?
132
S2: Kata Vivian
133
S2: Insiden
134
S2: Tidak Mengharapkan
135
S2: Hilang
136
S2: Salah
137
S2: Dilema
138
S2: Alasan
139
S2: Sama-sama Terluka
140
S2: Tawaran Mengerikan
141
S2: Jangan Ulangi Lagi
142
S2: Penjelasan
143
S2: Kalimat Ajaib
144
S2: Yang Aku Mau
145
Pengumuman Ceunah
146
S2: Teletubbies
147
Pengumuman Sayembara
148
S2: Ancaman
149
S2: Sering-sering
150
S2: Bukan Aku atau Kamu
151
S2: Mas
152
S2: Berakhir Bahagia
153
Bonchap: Fikri Oh Fikri
154
Bonchap: Mantan Terindah
155
Bonchap: Bergerak
156
Bonchap: Radar Pelakor
157
Bonchap: Juru Kunci
158
Bonchap: Panik
159
Luar Biasa
160
Kaelandra Adha
161
Fikriansyah Fadhilal Pradana
162
Angkasa
163
Jalan Itu Bernama Shanessa
164
Pesona Angkasa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!