Empat

Shanessa sama terkejutnya dengan Nevan ketika mendengar kabar pertunangan lima hari lagi. Bedanya, dia panik lantaran belum mempersiapkan apapun.

"Papa udah bilang, minta pendapat kalian dulu, tapi Tante Tiwi bersikeras kalian pasti setuju," Ardi menjelaskan.

"Ya ampun, Pa. MUA langganan aku nggak bisa. Gimana, nih?" Shanessa menatap ponselnya panik. Rupanya sedari tadi dia sibuk mengubungi sana dan sini.

Ardi mendengus, lantas ikut mengambil ponsel dan menghubungi seseorang, sedangkan Shanessa memperhatikan dengan seksama.

"Dimana, sayang?"

Sebelah alis Shanessa terangkat, bingung.

"Segera beri kabar kalau ada kendala, ya."

"Huum. Hati-hati."

"Emang Tari bisa make up, Pa?" Tanya Shanessa tak sabar.

Ardiman mengernyit. "Siapa yang nyari tukang make up? Papa cuma pengen tau kabar anak Papa, kok."

Shanessa mengerucutkan bibirnya, membuat sang papa terkekeh.

"Makanya jangan sering-sering nyuruh Tari keluar kota. Tiap Minggu pasti ada aja kerjaan yang buat dia nginap di luar. Papa juga kan yang khawatir."

Ardiman membenarkan letak kacamatanya. "Dia yang mau," lirihnya kemudian.

Kalau begini, Shanessa tau pembahasan akan jadi berat. Maka, dia mengubah topik pembicaraan. Bukan dia tidak peduli, tapi dia belum berani menentukan pada siapa dia akan berpihak.

"Pokoknya waktu acaraku, Tari harus ada."

Ardiman tersenyum, lantas mengangguk setuju.

"Pa?"

"Hm?"

Tatapan Shanessa berubah serius. Membuat Ardiman mengangkat sebelah alisnya curiga.

"Apa?" Tanyanya lembut.

"Masalah masa lalu Nevan..." Perkataan Shanessa mengambang di udara dan Ardiman tahu betul jika sang anak enggan melanjutkan.

Ardiman menggeser tubuhnya mendekati Shanessa dan merangkul pundak sang putri. "Seperti yang pernah papa bilang, semua keputusan ada ditanganmu." Ardiman tersenyum hangat, lalu melanjutkan, " Kalau bagimu nggak masalah, maka bagi papa juga tidak."

Bibir Shanessa bergetar sebelum akhirnya membentuk senyuman lega, lantas menghambur memeluk erat papa tersayang.

***

Lima hari berlalu. Nevan bahkan tidak ingat kalau mamanya tidak mengingatkan untuk mengambil cincin pesanan. Semua hal menjadi urusan sang mama, kecuali cincin pertunangan.

Di kediaman Ardiwinata, sudah terlihat kesibukan dan kepanikan sejak subuh. Para pelayan catering dan ART mengambil alih kesibukan, sedangkan panik menjadi bagian Shanessa.

Baju yang awalnya sudah ia yakini paling sempurna untuk digunakan di acara istimewa, mendadak menjadi tidak menarik hari ini.

"Sayang, ini cuma dihadiri keluarga inti aja, kok. Keluarga pakde kamu di Jogja, Kakek muda, sama Beberapa anaknya," ucap Ardiman menenangkan.

Beliau lupa kalau Shanessa tidak semudah itu ditaklukkan.

"Tari, temenin aku ke mall, yuk," rengek Shanessa sambil menguncang tubuh sang sepupu.

Gantari meringis, melirik sebentar sang paman minta bantuan. Meski, acara masih nanti sore, tapi ke mall dan belanja dadakan bukanlah ide yang tepat.

"Kamu cantik, Shaness. Pakai apapun cocok." Gantari menangkupkan telapak tangannya ke pipi Shanessa, lalu melanjutkan, "Lagi pula, bertanggung jawablah dengan pilihanmu sendiri."

Shanessa menundukkan kepalanya. Ya, kebaya dusty pink ini memang menjadi pilihannya kemarin. Ia ingat sudah jatuh cinta pada kebaya modern ini pada pandangan pertama dan mempersiapkan segala aksesoris senada sebagai pelengkap.

"Percaya saja pada pilihanmu," tegas Gantari.

Dari belakang, Ardiman mengusap lembut rambut Gantari. Tersenyum bangga pada sang keponakan yang nampaknya berhasil mengembalikan kepercayaan diri sang putri.

Baginya, Gantari sangat berharga. Putri dari Abang kandungnya itu sudah dianggap sebagai anaknya sendiri sejak melihat Gantari kecil dilahirkan.

Pukul 14.30 WIB Shanessa tersenyum menatap hasil riasannya. Kebaya modern dengan atasan brukat berwarna dusty pink yang menjuntai hingga paha dipadukan dengan jarik batik cokelat serta rambut disanggul gaya modern dengan pemanis jepit berkilau membuat Shanessa membenarkan kata kata Gantari, bahwa ia harus percaya dengan pilihannya.

Dadanya berdegup kencang. Hari ini babak baru hubungannya dengan Nevan akan dimulai. Beberapa kali dia tampak menarik napas. Belum akad saja, dia sudah gugup begini, Shanessa terkekeh sendiri. Kemudian, pikirannya tertuju pada seseorang, Gantari. Ia langsung berjalan menuju kamar Gantari dengan sepatu hak tinggi berwarna peach.

Ketika pintu dibuka, seperti yang Shanessa duga Gantari tidak berada di kamar, lantas ia mengeluarkan ponsel dan mencoba menghubungi sang sepupu. Tidak diangkat.

Shanessa segera membuka aplikasi WhatsApp dan mengetik pesan singkat.

"Kalau kamu nggak ada. Aku batalkan semuanya."

Cek list dua.

Namun, tidak berwarna biru, tapi siapa peduli. Karena Shanessa tau betul kalau pesan itu sudah dibaca. Pengaturan model begitu emang bakal dijadikan andalan bagi manusia-manusia males basa-basi.

"Jangan kekanakan."

Nah, kan, dibalas.

"Kamu lebih mengenal aku."

"Aku ada urusan penting. Selamat dan maaf."

"Kamu paling mengenal aku." Shanessa mengetik ulang jawab yang sama. Kemudian, keluar dari kamar Gantari.

Lima belas menit, Gantari sudah muncul di rumah dengan kaus hitam lengan panjang, celana jeans, sepatu sneaker, dan topi baseball yang sontak membuat Shanessa memutar bola matanya.

"Sepupu mau nikah, begini gayanya?"

"Tunangan," ralat Gantari.

"Tunangan itu selangkah sebelum nikah," decak Shanessa sebal. " Cepat mandi. Baju udah aku siapkan di atas kasur. Udah kayak pasangan suami istri aja kita, kan?" Sindir Shanessa.

Gantari berbalik malas dan menuju kamar sesuai instruksi.

"Jangan coba-coba pakai baju lain. Kamu kenal aku, kan?" ucap Shanessa santai sambil meniup kukunya.

Sosok yang diancam tersebut, menggerutu tak jelas, namun ia melanjutkan langkah menuju kamar.

***

Pakde dan istri sudah datang sejak pagi. Beliau adalah kakak satu-satunya dari almarhumah ibu Shanessa dan beliau pula yang nantinya akan menjadi perwakilan keluarga untuk menyambut keluarga Nevan.

Bude Sri tak henti-hentinya memuji kecantikan sang keponakan dan selalu berada disisi Shanessa.

Kakek muda hadir bersama om Hilman, putra bungsunya. Kakek muda ini adik bungsu kakek. Beliau sangat bersemangat dan gaul diusianya, maklum mantan rocker.

"Dihyan!" Kakek muda berteriak, kemudian mendekat merangkul sang cucu yang baru turun dari tangga.

Gantari meringis lantaran sekarang dia menjadi objek perhatian semua orang. Terimakasih atas lengkingan suara Kakek muda.

"Cantik, gila, kamu Dihyan!"

Ya Allah. Bisa tidak volume suara Kakek dikurangi sedikit. "Cantik atau gila, nih, kek?"

Kakek muda terbahak. Gantari meraih tangan kakek dan menciumnya. "Kurangi rokoknya. Tangan kakek udah nggak enak dicium."

Kakek muda mengerling. "Rokok itu udah kayak Julietnya kakek. Mana bisa Romeo hidup tanpa Julietnya."

Gantari mendengus saja membuat kakek muda terkikik lagi.

"Tapi, kamu beneran cantik, loh. Untung nggak mirip Irawan," bisik kakek muda geli sendiri. Kemudian dengan dagu terangkat dan dada yang dibidang-bidangkan ia menyediakan lengannya untuk diamit Gantari. Beruntung Gantari peka, jadi dia langsung mengamit lengan satu-satunya laki-laki yang bisa membuatnya bersikap seperti seorang Dihyan.

Seperti yang sudah diwanti-wanti Shanessa, jika kostum sudah disediakan, maka jadilah hari ini Gantari tampil feminin. Ia tampil dengan mini dress simpel berwarna pastel selutut, riasan wajah natural, lipstik merah kalem dan sepatu high heels berwarna nude. Rambut ikal sebahunya ia biarkan tergerai membuat Gantari layak menjadi saingan berat si tokoh utama di acara hari ini.

Semua orang tergelak tak habis pikir dengan tingkah kakek muda. Kakek Ardiwinata menatap mereka. Ada sorot sedih sekaligus iri melihat pemandangan tersebut.

Om Hilman datang memberitahu jika yang ditunggu tiba. Tiga buah mobil sudah memasuki pelataran rumah dan beberapa anggota keluarga Ardiwinata sudah berdiri di teras menyambut kedatangan mereka. Shanessa maju dan menyambut keluarga sang calon imam dengan malu-malu. Tante Tiwi tidak sekali memuji kecantikan calon menantu, sedangkan Fauzan, ayah Nevan, juga tampak hadir dan tersenyum hangat. Sepengatahuan Shanessa beliau lebih sering berada di luar negeri.

Nevan hadir dengan balutan formal. Kali ini dia memakai batik dengan celana kain dan rambut disisir rapi. Sepatu pantofel menambah kesan gagah pada dirinya. Sebenarnya, dipakaikan pakaian model apapun cocok untuk Nevan yang memang memiliki tubuh jenjang dan kulit putih. Andaikan dia rajin tersenyum, kita bisa melihat jika sebenarnya lelaki tampan itu memiliki lesung pipi.

Basa-basi sudah dilakukan ala kadarnya. Keluarga Nevan juga sudah dipersilahkan masuk ke ruangan yang sudah di sediakan. Om Fuzan dan Om Ardi tampak menanyakan kabar satu sama lain. Tante Tiwi mengamit lengan Shanessa dan tertawa kecil, tapi tawanya seketika berhenti saat melihat salah satu sosok yang sudah menunggu di dalam ruang keluarga, Gantari. Wajahnya pias, ia melepaskan tangannya dari lengan Shanessa. Tidak ada yang menyadari perubahan raut ibu Nevan itu.

Sebelum acara inti dimulai, Tiwi memohon izin ke kamar mandi. Ia memutar kenop pintu dengan tangan gemetar. Jantungnya memompa tak karuan, dia tidak ingin acara hari berantakan. Ia meremas ujung kebayanya dan segera keluar dari sana setelah mengembuskan napas kuat.

Langkahnya terhenti, ketika menjumpai Bi Tarti. Dengan gugup, ia meminta Bi Tarti untuk memanggil Gantari dan menunggunya di teras samping rumah.

Tak lama Gantari keluar dengan wajah biasa. Mata kecil, namun memiki tatapan tajam, ia hujamkan tanpa sengaja. Bibir mungilnya masih terkatup. Tak berniat sedikit pun untuk memulai.

"Kenapa kamu bisa ada disini?" Desis Tiwi.

Gantari masih enggan bersuara. Tatapan khasnya begitu menakutkan hingga diam-diam membuat Tiwi menggigil disela keangkuhannya.

"Jangan menghancurkan kehidupan putraku, lagi," ucapnya tajam.

Seringai muncul dibibir Gantari membuat napas lawan bicaranya tercekat.

"Mendengarnya, aku jadi tertarik," balas Gantari tenang.

Kepalan tangan Tiwi berubah menjadi tamparan kuat di pipi Gantari. Gantari masih bergeming, namun sorot matanya bertambah gelap.

Seseorang datang dengan langkah cepat dan mencengkeram tangan Tiwi. Terlalu kuat, hingga si wanita berkebaya navy itu meringis.

"Nevan?" Desis Tiwi tak percaya.

Di seberang, Gantari kembali menyeringai. Dia mengangkat kepalanya, hingga membuat helaian rambut yang tadi menutupi sebagai wajahny hengkang.

"Wanita murahan itu pura-pura menjadi sahabat Shanessa untuk menganggu mu lagi!"

Nevan menegakkan tubuhnya. Matanya masih enggan menatap Gantari. Meski kenangan Gantari tak bagus diotaknya, tapi mendengar kata "murahan" membuatnya tak suka. "Dia cucu keluarga Ardiwinata," desisnya tajam.

Ucapan Nevan barusan membuat sang ibu mundur selangkah. Ia menggeleng tak percaya. Ingin kembali membantah, tapi sang putra sudah lebih dulu menariknya pergi.

Terpopuler

Comments

maura shi

maura shi

pasti nikahnya karena slh fhm,trs g d restui,g tau dr keluarga kaya,uda q duga pisahnya nevan-tari ada kaitannya sm emaknya nevan

2021-11-17

1

re

re

Keluarga Tari ngak ada yg tau

2021-10-24

1

m͒0͒π͒&͒3͒🤗ᵇᵃˢᵉ

m͒0͒π͒&͒3͒🤗ᵇᵃˢᵉ

👣👣jejak thor... masih nyimak

2021-08-10

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Satu
3 Dua
4 Tiga
5 Empat
6 Lima
7 Enam
8 Tujuh
9 Delapan
10 Sembilan
11 Sweet Story
12 Sepuluh
13 Sebelas
14 Dua Belas
15 Tiga Belas
16 Empat Belas
17 Lima Belas
18 Enam Belas
19 Sweet Story (2)
20 Tujuh Belas
21 Delapan Belas
22 Sembilan Belas
23 Dua Puluh
24 Dua Puluh Satu
25 Dua Puluh Dua
26 Dua Puluh Tiga
27 Dua Puluh Empat
28 Dua Puluh Lima
29 Dua Puluh Enam
30 Dua Puluh Tujuh
31 Dua Puluh Delapan
32 Dua Puluh Sembilan
33 Tiga Puluh
34 Tiga Puluh Satu
35 Tiga Puluh Dua
36 Tiga Puluh Tiga
37 Tiga Puluh Empat
38 Sweet Story (3)
39 Tiga Puluh Lima
40 Tiga Puluh Enam
41 Tiga Puluh Tujuh
42 Tiga Puluh Delapan
43 Tiga Puluh Sembilan
44 Empat Puluh
45 Empat Puluh Satu
46 Empat Puluh Dua
47 Empat Puluh Tiga
48 Empat Puluh Empat
49 Empat Puluh Lima
50 Empat Puluh Enam
51 Empat Puluh Tujuh
52 Empat Puluh Delapan
53 Empat Puluh Sembilan
54 Lima Puluh
55 Lima Puluh Satu
56 Lima Puluh Dua
57 Lima Puluh Tiga
58 Lima Puluh Empat
59 Lima Puluh Lima
60 Lima Puluh Enam
61 Lima Puluh Tujuh
62 Lima Puluh Delapan
63 Lima Puluh Sembilan
64 Enam Puluh
65 Enam Puluh Satu
66 Enam Puluh Dua
67 Enam Puluh Tiga
68 Enam Puluh Empat
69 Enam Puluh Lima
70 Enam Puluh Enam
71 Enam Puluh Tujuh
72 Enam Puluh Delapan
73 Enam Puluh Sembilan
74 Tujuh Puluh
75 Intermezzo, ceunah
76 Tujuh Puluh Satu
77 Tujuh Puluh Dua
78 Tujuh Puluh Tiga
79 Tujuh Puluh Empat
80 Tujuh Puluh Lima
81 Tujuh Puluh Enam
82 Tujuh Puluh Tujuh
83 Tujuh Puluh Delapan
84 Tujuh Puluh Sembilan
85 Intermezzo (2)
86 Delapan Puluh
87 Delapan Puluh Satu
88 Delapan Puluh Dua
89 Delapan Puluh Tiga
90 Delapan Puluh Empat
91 Delapan Puluh Lima
92 Delapan Puluh Enam
93 Delapan Puluh Tujuh
94 Delapan Puluh Delapan
95 Delapan Puluh Sembilan
96 Sembilan Puluh
97 Sembilan Puluh Satu
98 Sembilan Puluh Dua
99 Sembilan Puluh Tiga
100 Sembilan Puluh Empat
101 Sembilan Puluh Lima
102 Sembilan Puluh Enam
103 Sembilan Puluh Tujuh
104 Sembilan Puluh Delapan
105 Sembilan Puluh Sembilan
106 Seratus
107 Seratus Satu
108 Seratus Dua
109 Seratus Tiga
110 Seratus Empat
111 Seratus Lima
112 Seratus Enam
113 Seratus Tujuh
114 Seratus Delapan
115 Seratus Sembilan
116 Seratus Sepuluh
117 Seratus Sebelas
118 Seratus Dua Belas
119 Seratus Tiga Belas (End)
120 Pengumuman
121 Extra Part: Hari Pernikahan
122 Extra Part : Malam Pertama
123 Extra Part : Ikhlas
124 Extra Part: Keringat
125 S2: Khawatir
126 S2: Ide Fikri
127 S2: Marahan
128 S2: Nggak Cinta
129 S2: Bicara dan Mendengar
130 S2: Biji Wijen
131 S2: Emang Kenapa?
132 S2: Kata Vivian
133 S2: Insiden
134 S2: Tidak Mengharapkan
135 S2: Hilang
136 S2: Salah
137 S2: Dilema
138 S2: Alasan
139 S2: Sama-sama Terluka
140 S2: Tawaran Mengerikan
141 S2: Jangan Ulangi Lagi
142 S2: Penjelasan
143 S2: Kalimat Ajaib
144 S2: Yang Aku Mau
145 Pengumuman Ceunah
146 S2: Teletubbies
147 Pengumuman Sayembara
148 S2: Ancaman
149 S2: Sering-sering
150 S2: Bukan Aku atau Kamu
151 S2: Mas
152 S2: Berakhir Bahagia
153 Bonchap: Fikri Oh Fikri
154 Bonchap: Mantan Terindah
155 Bonchap: Bergerak
156 Bonchap: Radar Pelakor
157 Bonchap: Juru Kunci
158 Bonchap: Panik
159 Luar Biasa
160 Kaelandra Adha
161 Fikriansyah Fadhilal Pradana
162 Angkasa
163 Jalan Itu Bernama Shanessa
164 Pesona Angkasa
Episodes

Updated 164 Episodes

1
Prolog
2
Satu
3
Dua
4
Tiga
5
Empat
6
Lima
7
Enam
8
Tujuh
9
Delapan
10
Sembilan
11
Sweet Story
12
Sepuluh
13
Sebelas
14
Dua Belas
15
Tiga Belas
16
Empat Belas
17
Lima Belas
18
Enam Belas
19
Sweet Story (2)
20
Tujuh Belas
21
Delapan Belas
22
Sembilan Belas
23
Dua Puluh
24
Dua Puluh Satu
25
Dua Puluh Dua
26
Dua Puluh Tiga
27
Dua Puluh Empat
28
Dua Puluh Lima
29
Dua Puluh Enam
30
Dua Puluh Tujuh
31
Dua Puluh Delapan
32
Dua Puluh Sembilan
33
Tiga Puluh
34
Tiga Puluh Satu
35
Tiga Puluh Dua
36
Tiga Puluh Tiga
37
Tiga Puluh Empat
38
Sweet Story (3)
39
Tiga Puluh Lima
40
Tiga Puluh Enam
41
Tiga Puluh Tujuh
42
Tiga Puluh Delapan
43
Tiga Puluh Sembilan
44
Empat Puluh
45
Empat Puluh Satu
46
Empat Puluh Dua
47
Empat Puluh Tiga
48
Empat Puluh Empat
49
Empat Puluh Lima
50
Empat Puluh Enam
51
Empat Puluh Tujuh
52
Empat Puluh Delapan
53
Empat Puluh Sembilan
54
Lima Puluh
55
Lima Puluh Satu
56
Lima Puluh Dua
57
Lima Puluh Tiga
58
Lima Puluh Empat
59
Lima Puluh Lima
60
Lima Puluh Enam
61
Lima Puluh Tujuh
62
Lima Puluh Delapan
63
Lima Puluh Sembilan
64
Enam Puluh
65
Enam Puluh Satu
66
Enam Puluh Dua
67
Enam Puluh Tiga
68
Enam Puluh Empat
69
Enam Puluh Lima
70
Enam Puluh Enam
71
Enam Puluh Tujuh
72
Enam Puluh Delapan
73
Enam Puluh Sembilan
74
Tujuh Puluh
75
Intermezzo, ceunah
76
Tujuh Puluh Satu
77
Tujuh Puluh Dua
78
Tujuh Puluh Tiga
79
Tujuh Puluh Empat
80
Tujuh Puluh Lima
81
Tujuh Puluh Enam
82
Tujuh Puluh Tujuh
83
Tujuh Puluh Delapan
84
Tujuh Puluh Sembilan
85
Intermezzo (2)
86
Delapan Puluh
87
Delapan Puluh Satu
88
Delapan Puluh Dua
89
Delapan Puluh Tiga
90
Delapan Puluh Empat
91
Delapan Puluh Lima
92
Delapan Puluh Enam
93
Delapan Puluh Tujuh
94
Delapan Puluh Delapan
95
Delapan Puluh Sembilan
96
Sembilan Puluh
97
Sembilan Puluh Satu
98
Sembilan Puluh Dua
99
Sembilan Puluh Tiga
100
Sembilan Puluh Empat
101
Sembilan Puluh Lima
102
Sembilan Puluh Enam
103
Sembilan Puluh Tujuh
104
Sembilan Puluh Delapan
105
Sembilan Puluh Sembilan
106
Seratus
107
Seratus Satu
108
Seratus Dua
109
Seratus Tiga
110
Seratus Empat
111
Seratus Lima
112
Seratus Enam
113
Seratus Tujuh
114
Seratus Delapan
115
Seratus Sembilan
116
Seratus Sepuluh
117
Seratus Sebelas
118
Seratus Dua Belas
119
Seratus Tiga Belas (End)
120
Pengumuman
121
Extra Part: Hari Pernikahan
122
Extra Part : Malam Pertama
123
Extra Part : Ikhlas
124
Extra Part: Keringat
125
S2: Khawatir
126
S2: Ide Fikri
127
S2: Marahan
128
S2: Nggak Cinta
129
S2: Bicara dan Mendengar
130
S2: Biji Wijen
131
S2: Emang Kenapa?
132
S2: Kata Vivian
133
S2: Insiden
134
S2: Tidak Mengharapkan
135
S2: Hilang
136
S2: Salah
137
S2: Dilema
138
S2: Alasan
139
S2: Sama-sama Terluka
140
S2: Tawaran Mengerikan
141
S2: Jangan Ulangi Lagi
142
S2: Penjelasan
143
S2: Kalimat Ajaib
144
S2: Yang Aku Mau
145
Pengumuman Ceunah
146
S2: Teletubbies
147
Pengumuman Sayembara
148
S2: Ancaman
149
S2: Sering-sering
150
S2: Bukan Aku atau Kamu
151
S2: Mas
152
S2: Berakhir Bahagia
153
Bonchap: Fikri Oh Fikri
154
Bonchap: Mantan Terindah
155
Bonchap: Bergerak
156
Bonchap: Radar Pelakor
157
Bonchap: Juru Kunci
158
Bonchap: Panik
159
Luar Biasa
160
Kaelandra Adha
161
Fikriansyah Fadhilal Pradana
162
Angkasa
163
Jalan Itu Bernama Shanessa
164
Pesona Angkasa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!