Saat ini, Elena dan Noctis sudah berada di depan vila ketika selesai makan. Lokasi dari vila ini ada di belakang manor keluarga Madison, dengan atas nama Elena dan diurus oleh Melati, sehingga vila termasuk kepemilikan terpisah dari harta kekayaan keluarga bangsawan Madison. Elena memiliki kehendak penuh untuk mengurusi vila ini menggunakan bantuan Melati.
Ketika mereka berusia 10 tahun, bangsawan di kerajaan Pulchrasia akan masuk ke akademi untuk menimba ilmu sebagai penerus pengurus lembaga pemerintah di masa depan. Minoritas bangsawan kelas rendah hanya akan bersekolah di sekolahan umum di wilayah masing-masing, sedangkan mayoritas yang elite akan masuk ke akademi khusus bangsawan di ibu kota. Elena termasuk dalam kategori kedua, sehingga dia perlu ke ibu kota untuk bersekolah.
'Sebenarnya aku tidak terlalu suka terhadap ide ini. Wilayah dari keluarga Madison berada di paling utara kerajaan, membuat lokasi geografis ini tidak menguntungkan untuk sampai ke ibu kota. Tapi, ya, sudahlah, aku memiliki beberapa cara untuk bisa sampai ke sana dengan cepat,' batin Elena.
"Huwa! Aku tidak menyangka kamu akan tumbuh secepat ini, Putriku. Tidak apa-apa, di sekolah tidak akan terlalu berbahaya, aku yakin kamu akan baik-baik saja. Perhatikan pola makanmu di sana, aku harap kamu bisa berteman baik dengan teman sekelasmu, jangan membuat perkara saat ada acara, dan juga kirimkan surat setiap bulan agar ibu tahu kondisimu…!" Yovanca memeluk erat Elena dengan air mata yang tidak terbendung.
"Ibunda, kamu terlalu berlebihan. Aku hanya akan pergi ke akademi, bukan akan pergi ke rumah suamiku untuk selamanya. Lagi pula, aku berencana untuk pulang setiap hari menggunakan Teleportasi, jadi tidak perlu mengirimkan surat setiap bulannya." Elena memiliki wajah datar ketika mengatakannya.
'Rasa-rasanya akan tidak baik jika aku melepaskan pelukan erat ini secara paksa. Tidak apa lah, lagian aku tidak terlalu terganggu dengan ini. Ibunda memang merupakan ibu yang sangat baik, ya.' Elena sedikit tersenyum ketika berpikir seperti itu.
"Sudah cukup!" Ruin datang ke antara keduanya, lalu memisahkannya secara paksa sebelum mengatakan, "Kak Elena hanya akan pergi ke sekolah dan dia bisa pulang kapan saja menggunakan Teleportasi, Ibunda terlalu berlebihan dengan itu. Lagi pula, Kakak akan pulang setiap hari menggunakan kemampuan Teleportasi."
"Hehe, aku tahu itu. Tapi, bukankah normal bagi seorang ibu untuk merasa sedih atau terharu ketika anaknya beranjak dewasa?" Air mata Yovanca menghilang dengan wajahnya yang langsung berubah cerah.
"Tunggu, apakah Ibunda hanya berakting sejak tadi?" Ruin mengarahkan tatapan mata curiga pada ibunya ini.
"Tepat sekali. Aku tidak benar-benar sedih dan malah merasa senang dengan salah satu Putriku yang akhirnya akan ke sekolah. Aku tidak tahu akan menjadi seberapa besar dampaknya, tapi aku sangat yakin akan terjadi kehebohan besar di sana dengan kedatangan Elena." Yovanca menyeringai sambil mengeluarkan aura gelap mencekam.
Sepertinya dia malah menganggap ini sebagai sesuatu yang hebat dan keren ketika Putrinya —Elena— akan menunjukkan kekuatan pada semua orang dan membuat mereka tercengang kagum. Tapi, jika kehebohan yang terjadi terlalu besar, maka ini sendiri tidak akan bagus untuk semua orang.
"Ibunda, yang satu ini terlalu berlebihan. Aku mungkin bisa menghancurkan ibu kota sendirian saat menggunakan bantuan dari Noctis, tapi bukan berarti aku ingin membuat kekacauan dan memberantakkan apapun yang ada di sana. Selain itu, aku sendiri sudah mempunyai perkara dengan "mereka"." Elena memiliki ekspresi datar, tidak merasa bila ini hebat dan justru merepotkan.
Dia merasa tidak setuju dengan sikap Yovanca yang ingin dia membuat banyak kegaduhan sampai semua orang merasa kaget. Selain itu, Elena sudah memiliki urusan yang belum diselesaikan dengan suatu kelompok tertentu, sehingga membuat dia memiliki pekerjaan yang lebih dari pada hanya menjadi murid biasa. Di kala kesibukan ini, akan menjadi lebih merepotkan jika membuat lebih banyak urusan dengan membuat perkara.
"Tidak, apa, 'kan, Putriku sayang. Jika mereka memperlakukanmu dengan buruk atau kamu mendapatkan perlakukan yang tidak adil, maka kamu boleh menyerang mereka secara sepihak, lho. Kalau kerajaan ini sampai menuntutmu, biar Ibunda-mu ini yang mengurus biaya pindah ke negara lain. Kamu tidak perlu khawatir sama sekali," kata Yovanca yang terdengar ringan, seakan ini bukan merupakan masalau serius.
"Hmph!" Elena melipat tangannya sambil mendengus sombong, lalu melanjutkan, "Jika mereka melakukan tindakan unfair (/\= tidak adil) maka fanfare (/\= pawai; keramaian; gembar-gembor) yang akan aku lakukan pasti akan meriah."
Tentu saja apa yang dimaksud Elena bukan sesuatu yang damai dan menyenangkan, melainkan sesuatu berdarah-darah dan menunjuk kepada penyerangan kepada negara ini. Memang benar jika ini diucapkan dengan bercanda, namun akan menjadi sesuatu yang sangat menyeramkan kalau ini benar-benar dilakukan Elena.
"Hehehe, kamu memang Putriku yang sangat hebat, ya. Tenang saja, Putriku, Ibumu ini akan membantumu sebisanya. Selain itu, kamu juga harus menjaga kesehatanmu selama itu terjadi dan jangan sampai mati saat di dalamnya, ya." Yovanca mengelus-elus rambut Elena sambil menunjukkan senyumnya yang lebar.
"Kakak, Ibunda, huh…." Ruin tampak lelah melihat Kakak Perempuan dan Ibunya memikirkan sesuatu yang berbahaya dan mengancam kesejahteraan negara ini.
Dia, sebagai anggota termuda dalam keluarga ini, tidak tahu apa yang bisa diperbuatnya untuk menghentikan mereka berdua yang lebih senior. Satu-satunya hal yang bisa dilakukannya adalah memasang wajah imut dan meminta kepada mereka berdua untuk menghentikan sesuatu berbahaya yang mereka lakukan. Sebagai adik perempuan yang imut, seharusnya dia akan disayangi oleh kakak-kakaknya.
Noctis muncul dari belakang Ruin dan mengatakan, "Apa kamu khawatir dengan mereka berdua?"
"Tidak juga." Ruin menggelengkan kepalanya sebelum menjawab, "Aku tahu kalau mereka hanya bercandanya dan akan memilih untuk langsung pergi dari pada melakukan ini, tapi tetap saja isi dari percakapan mereka sangat menyeramkan, Noctis-sensei."
Noctis membuat senyuman kecil dan menepuk pelan kepala Ruin, lalu mengatakan, "Sudahlah, kamu tidak perlu memikirkan tentang itu semua. Sebagai anak kecil sepertimu, kamu hanya perlu belajar beberapa hal dasar dan tidak perlu mengurusi sesuatu yang berbobot berat seperti itu. Biarkan kami, orang dewasa yang melakukan itu."
"Um, baiklah, Sensei." Ruin mengangguk.
"Lalu." Noctis mengarahkan pandangannya pada Elena dan Yovanca dan mengatakan, "Sampai kapan kalian akan bercakap-cakap seperti itu? Jangan salahkan aku kalau Elena sampai ketinggalan bel masuk pertama!"
"Oke, Noctis. Aku sangat memahami hal itu, kok. Tapi meskipun kamu mengatakannya seperti itu, masih ada lebih dari 20 menit sebelum itu terjadi." Elena mengarahkan jempolnya pada Noctis.
"Kamu bisa memanfaatkan waktu itu untuk mencari teman, 'kan?" Noctis menatap tajam pada Elena, memberikan penegasan.
"Ayolah, Noctis. Kamu tahu sendiri kalau orang yang memiliki kontrak dengan ciri-ciri warna hitam dianggap menyeramkan dan sulit untuk hidup di dunia ini, 'kan? Dari pada mencoba berteman dengan mereka …." Elena memeluk pinggang Yovanca dan mengatakan, "Aku lebih suka menghabiskan waktuku bersama Ibunda."
"Wah, wah, kamu adalah Gadis yang sangat sayang dengan ibumu ini, ya." Yovanca menekan kepala Elena lebih erat lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
~≈Prince of ice≈~
Jadi keinget saat akan masuk awal semester.
2021-10-19
0